bc

Antara Cinta dan Pengabdian

book_age18+
43
FOLLOW
1K
READ
HE
brave
bxg
serious
soldier
office/work place
lies
like
intro-logo
Blurb

Narayana Bramasta Argayuda menjadi seorang penulis demi membiayai hidup serta kuliah kedokteran yang tidak disetujui oleh sang ayah.

Cita-cita menjadi Psikiater itu pula membuatnya harus melepaskan identitasnya sebagai pewaris tunggal Victoria Property & Zeus Groups.

Tanpa sengaja saat mencari inspirasi novel, Narayana terlibat kontrak pacaran dengan Alan Aditya Raysa, Tentara berpangkat Kapten. Keduanya memilih menjadi sepasang kekasih untuk saling menguntungkan satu sama lain.

chap-preview
Free preview
1. Tipuan Editor Novel pada Narayana
Sebuah suara keyboard terdengar, begitu cepat. Narayana tengah menyelesaikan sebuah ketikannya. Hingga getaran ponsel membuatnya menghentikan jemari yang tengah mengetik, ia melirik ke arah layar ponsel. “Penjualan bulan ini sangat meningkat.” Teks yang terlihat dari layar ponselnya. “Kenapa juga harus memberitahu yang sudah jelas aku tahu.” Setelah membaca pesan itu, ia kembali menyelesaikan ketikannya. Narayana harus menyelesaikan satu episode lagi kemudian akan tidur. Pikirannya sesaat buyar karena teks yang diterimanya, ia pun memilih rehat sesaat untuk kembali mengembalikan mood yang tadi hilang. Secangkir coklat panas adalah favoritnya untuk mengembalikan mood. Kamar yang sedikit berantakan karena begitu banyak buku-buku yang berserakan di mana-mana. Sebelum menulis dia akan membaca untuk menambah ide di dalam kepalanya. “Fyuh. Ayo, Na. Selesaikan satu chapter baru istirahat,” gumamnya sambil meregangkan otot-otot tangan dan kembali menarik di keyboard laptop. Narayana bukan penulis romance, ia penulis thriller. Ia lebih suka menulis novel crime. Jadi, jangan pernah menginginkan adegan romantis dalam novelnya. Atau love line antar pemeran utama. Setelah dua jam berkutat di hadapan laptop, akhirnya ia menyelesaikan ketikannya. “Fyuh. Akhirnya selesai juga,” gumam Narayana. “Syukurlah, akhirnya bab kali ini selesai juga, tapi rasanya kurang greget. Sial. Ternyata sudah jam segini. Sebaiknya aku revisinya besok,” katanya sambil men-shutdown laptopnya kemudian menuju ranjangnya. Ia kembali melirik ponsel miliknya. “Dia lagi. Kenapa dia mengirim pesan jam segini sih,” gerutu Narayana katanya memeriksa pesan yang masuk. “Dasar Editor killer,” tambahnya kemudian menyimpan kembali ponselnya di atas meja. Dddrr …. Deringan disertai getaran ponsel di atas nakas membuat Narayana segera bangun dan mengangkat panggilan yang mengganggu waktunya. Ia baru saja tertidur. “Narayana!” Pekikan suara terdengar di seberang panggilan. “Aku bisa mendengarmu, kak Leena.” “Are you insane?” Narayana tidak tahu apa yang dimaksud oleh wanita di seberang telpon. “Ada apa? Aku baru saja tidur.” “Apa kau tahu berapa jam aku menunggumu mengirimkan part terakhir?” Narayana yang sejak tadi memejamkan mata, membuka mata dan melihat jam 8 pagi. “Ini masih pagi. Aku ingin tidur. Kau akan membuat ending novelku hancur kalau terburu-buru. Biarkan aku tidur agar bisa menyelesaikannya. Aku akan mengirimkannya hari ini,“ ucap Narayana kemudian mematikan telpon secara sepihak. Tidak hanya itu, ia bahkan mematikan ponselnya agar tidak dihubungi, dia ingin beristirahat sebelum menyelesaikan ending novelnya. Dua jam kemudian, Narayana tengah duduk di depan laptop dan kembali mengetik untuk menyelesaikan naskahnya. Ddrrr... Ddrr... Ddrr... Suara Ponsel bergetar di balik saku jaketnya. “Kau tidak lupa hari ini bukan?” Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. “Aku harus mencari tambahan uang lagi untuk kebutuhan dua tahun di sana. Apa aku kerja paruh waktu saja sambil menulis naskah baru?” gumamnya dalam hati. Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya lagi. Membuatnya begitu terburu-buru pergi. Sebuah restoran bernuansa modern dipadukan dengan desain klasik kuno. Narayana masuk ke dalam sebuah restoran tersebut. Suasana tidak begitu ramai, namun terdapat beberapa pengunjung. “Oh, Na. Sini...” Sebuah sapaan untuk gadis itu dari seorang wanita umurnya sekitar 35 thn. “Oh kak Leena,” sapa Narayana sambil duduk di bangku depan wanita yang dipanggil editor itu. “Naskah tadi tidak ada yang perlu diperbaiki, ending novelnya pun sangat bagus. Beberapa penerbit besar ingin meminang naskahnya untuk dibukukan. Jika kau terima, aku akan mengurus kontrak dengan mereka,” jelas Leena pada Narayana yang baru saja duduk. Narayana duduk dan memesan makanan. “Lakukan saja.” “Penjualannya stabil. Banyak yang ingin memiliki bukunya, jadi aku rasa tidak salah jika mencetak bukunya seperti novel-novelmu sebelumnya.” Narayana tidak merespon, hal ini sudah terjadi beberapa kali. Melihat sikap Narayana yang dingin, Leena sudah paham dengan sikap wanita yang tengah berada di hadapannya itu. “Jadi, apa yang akan kau lakukan setelah naskah ini selesai?” “Naskah baru, hampir selesai. Mungkin aku, akan mengirimkannya minggu ini, kemudian akan melanjutkan naskah baru lagi,” jawab Narayana. “Baiklah. Aku ingin kau menandatangani kontrak untuk naskah barumu,” ucap Leena. Tanpa membaca kontrak, Narayana langsung saja menandatangani kontrak. “Kak Leena, apa kau memiliki kenalan yang lagi membutuhkan tenaga kerja? Jika ada, aku ingin bekerja paruh waktu tanpa menghambatku dalam menulis naskah baru,” tanya Narayana. “Kenapa? Bukankah gaji menjadi penulis selama ini cukup untukmu?" tanya Leena. “Aku akan pergi tahun depan ke Amerika untuk mengambil pendidikan profesiku. Kau tahu ‘kan, biaya kuliah kedokteran sanga mahal,” kata Narayana dengan nada melemah. “Kenapa tidak meminta pada Tuan Bramasta saja? Orang tuamu ‘kan sangat kaya. Siapa yang tidak kenal pengusaha Argayuda, coba?” Narayana menghela napasnya dengan kasar. “Itu tidak mungkin, dia bahkan tidak ingin membiayai sekolah, bagaimana aku meminta uang padanya.” Leena menganggukan kepala. Dia tahu apa yang dikatakan Narayana. “Baiklah, aku akan membantumu mencari pekerjaan,” kata Leena sambil mengecek kontrak yang telah ditandatangani oleh Narayana. “Jangan katakan jika aku yang menjadi penulis pada Ayah ataupun Bunda.” Narayana sedikit menegaskan pada wanita di hadapannya itu. “Tenang saja, aku tidak akan mengatakannya, kok. Lagipula kami akan kehilangan penulis berbakat sepertimu jika aku akan membocorkan identitas aslimu.” Perasaan Narayana sedikit lega mendengarnya. “Oh iya, Na, kami ingin kau membuat sebuah perubahan dalam naskahmu kali ini,” seru Leena. “Pastinya,” kata Narayana dengan nada meremehkan. “Kami ingin kau menambahkan unsur romantis dalam naskahmu kali ini. Maksudku bukan hanya unsur romantis tetapi romance lebih banyak daripada thriller. Ya, bisa dikata menulis novel romance," jelas Leena membuat Narayana terbelalak kaget. “Tidak, aku tidak bisa mencampurkan unsur romantis pada novelku,” kata Narayana menantang. “Aku ini penulis thriller. Apa yang akan mereka katakan jika aku menulis novel romantis. Pokoknya, aku tidak akan menulis novel romantis,” kata Narayana dengan nada sedikit tinggi. Karena kesal, Narayana beranjak pergi tetapi langkahnya terhenti karena sebuah kalimat dari Editor. “Kau tidak bisa melanggar kontrak,” kata Leena sambil menunjuk sebuah perjanjian yang tidak bisa ditolak oleh Narayana. Walaupun kesal, Narayana kembali duduk mengikuti apa yang dikatakan oleh Leena. “Jangan terlalu kesal seperti itu, kita akan mencetak rekor baru jika kau menulis novel dengan genre berbeda dari sebelumnya. Pasti akan laris di pasaran dan akan dilirik oleh produser-produser besar. Ini akan, menambah uang kuliahmu nanti,” kata Leena. “Baiklah, sampai jumpa nanti. Aku akan memikirkan bagaimana caranya agar aku mendapatkan ide untuk menulis naskah baru,” kata Narayana sambil beranjak pergi meninggalkan Leena. “Aaa. Narayana. Kau tidak perlu khawatir soal pekerjaan. Kau akan mendapatkan pekerjaan jika kau di tempat kuliahmu nanti,” kata Leena sambil tersenyum Narayana mengacak rambutnya, karena begitu kesal hingga semua orang menatap ke arahnya. Saat ia akan keluar tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat sepasang suami istri yang akan masuk ke dalam restoran. “Ayah, Bunda?” Narayana memanggil dua orang itu dengan sebutan Ayah dan Bunda. “Nana, apa yang kau lakukan di sini?” tanya sang bunda. “Bertemu teman,” jawabnya singkat. “Nana pergi dulu.” “Apa kau akan pergi begitu saja saat melihat orang tuamu? Apa kau sudah tidak punya sopan santun setelah meninggalkan rumah dan mengejar cita-citamu itu, Narayana?” Suara sang ayah menghentikan langkah Narayana.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook