bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

book_age18+
64.3K
FOLLOW
622.7K
READ
drama
kicking
male lead
harem
like
intro-logo
Blurb

Setelah kecelakaan pesawat, kami tiba di sebuah pulau yang penuh cinta dan bahaya.

Gadis yang polos, kakak yang dingin mempesona, wanita yang pintar … aku menjadi satu-satunya tempat bergantung bagi para rekan kerja cantik yang aslinya sangat sulit dijangkau.

Di pulau ini, hukum yang berlaku adalah hukum rimba dan siapa yang kuat akan bertahan hidup.

Di pulau ini para wanita lebih aktif, berani, dan sangat b*******h. Mereka menyerahkan hati dan tubuh mereka padaku, juga cemburu padaku karena aku melindungi mereka dengan fisikku yang kuat dan semangat bertarungku yang besar.

Pulau ini sudah ditakdirkan menjadi daerahku, surga untuk para wanita …. juga neraka para musuh.

chap-preview
Free preview
Bab 1 Selamat dari Bencana
Ketika terbangun, aku menyadari diriku berada di tepi sebuah pantai. Tubuhku terendam air laut dan terasa ada rasa sakit yang membakar di wajahku. Aku berusaha untuk berdiri, melihat ke laut yang tak berujung diselingi burung camar yang sesekali terbang di atasnya. Puing-puing pesawat berserakan tak jauh dari pantai dan masih mengepulkan asap hitam tebal. Samar-samar di sekitarnya, terlihat potongan lengan manusia. "Astaga!" Tanpa sadar, aku berseru. Pemandangan ini benar-benar menjijikkan. Bau amis darah yang menyeruak membuat perutku mual. Huek! Setelah memuntahkan air laut dari dalam perutku, barulah aku merasa jauh lebih baik. Aku duduk diam di pantai beberapa saat dan merasa kondisi tubuhku sudah sedikit pulih. Samar-samar aku ingat bahwa diriku, bersama rekan-rekan kerjaku pergi ke rapat tahunan yang dipimpin oleh manajer umum. Kemudian di tengah perjalanan kami bertemu cuaca konveksi dan badai. Awalnya kupikir ini hanyalah badai biasa, namun tak disangka badai ini malah menjadi penyebab kecelakaan pesawat. Aku tidak pernah menduga bahwa saat kembali tersadar, aku sudah terdampar di pulau terpencil ini. Menahan perasaan mual, aku pun berjalan maju, hingga tiba-tiba aku menemukan seseorang tergeletak di pantai yang entah sudah mati atau masih hidup. Orang itu adalah supervisor kami, Miao Bing. Miao Bing di perusahaan selalu bersikap dingin dan menjaga jarak, seperti seorang pengusaha wanita tangguh. Sekarang pun, meski terbaring di pantai, dia masih tetap menunjukkan sedikit pesona langka yang dimilikinya. Seragam kerjanya yang basah karena air laut melekat erat di tubuhnya, menampakkan sosok yang anggun itu dengan jelas di depanku. Jas hitamnya sudah hanyut entah ke mana, menyisakan kemeja putih yang transparan karena air laut, memperlihatkan bra renda hitam yang dia kenakan. Lekuk payudaranya yang indah dengan ukuran setidaknya 38D menjulang ke atas, puncak p******a yang berwarna merah muda terlihat jelas dari balik kemeja putihnya, juga lingkaran coklat di sekitarnya yang terlihat samar. Rok mini yang dikenakannya terdorong naik karena air laut hingga memperlihatkan pantatnya. Stockingnya robek karena pasir dan kerikil sehingga thong abu-abu miliknya itu tersingkap di depan mataku, karena Miao Bing terbaring menyamping, bokongnya yang bagaikan lekukan buah persik membuatku tanpa sadar terus menatapnya. Tak disangka Miao Bing ternyata adalah gadis yang luar dalamnya sangat berlawanan. Mengenakan thong yang begitu menggoda seperti ini, apakah biasanya dia hanya berpura-pura dingin? Aku perlahan-lahan berjalan mendekat dan menggendongnya. Di dalam benakku, tidak pernah terbayang bahwa akan ada saat di mana aku dapat menggendong manajer cantik yang dingin ini. Dengan cepat kuletakkan Miao Bing di atas pasir yang lembut, memeriksa tubuhnya, dan baru merasa tenang saat melihat tidak ada luka. Bagaimanapun, ini adalah pulau terpencil. Akan jadi masalah sulit jika dia benar-benar terluka. Tepat saat aku selesai memeriksa tubuhnya, Miao Bing tersadar. "Chen Fan, apa yang kamu lakukan!" Mata Miao Bing tanpa sadar membelalak saat melihatku, menatapku dengan waspada sambil bertanya dengan dingin. "Kalau aku ingin melakukan sesuatu, akan kulakukan sejak tadi. Untuk apa menahan diri?" Aku menepuk d**a Miao Bing dengan keras dan menghardiknya, "Kalau bukan karena diriku, kamu pasti sudah mati tersedak air laut sekarang!" Air laut? Miao Bing baru mengingat kecelakaan pesawat itu setelah mendengar ucapanku. "Kamu, kamu bilang, kita semua masih hidup?" Miao Bing memeluk dadanya dengan kedua tangan, dan wajah cantiknya juga terlihat pucat. "Untuk saat ini masih hidup!" ujarku enteng. Tadi aku sudah melihat sekeliling. Tempat ini adalah pulau terpencil dan barang bawaan kami sudah hilang saat pesawat jatuh. Alat komunikasi seperti ponsel, kalau pun ditemukan, pasti sudah tidak akan mendapat sinyal di sini. Miao Bing melihat sekeliling, dan begitu dia melihat laut yang tak berujung, seluruh tubuhnya tanpa sadar gemetar. Kapan lagi orang seperti dirinya, yang merupakan karyawan elit, melihat pemandangan seperti ini? "Kamu tunggu di sini, aku akan melihat apakah masih ada orang lain yang selamat." Tanganku bertumpu di atas tanah, dan aku pun perlahan berdiri. "Jangan tinggalkan aku!" Miao Bing tiba-tiba berbalik dan memeluk pahaku erat-erat saat melihatku berdiri. "Aku ..." tepat saat aku hendak akan mengatakan sesuatu, aku merasakan sensasi lembut di bagian bawah tubuhku. p******a montok Miao Bing terjepit di antara pahaku dan mulutnya menekan juniorku. Tak lama kemudian, juniorku memberikan reaksi dan menekan mulut Miao Bing. "Ah ..." Miao Bing berseru dan hendak menghindar. Sedetik kemudian, entah apa yang terlintas di pikirannya, Miao Bing membuka mulut dan menggigit celanaku. Karena musim panas, aku hanya mengenakan celana yang sangat tipis dan sentuhan giginya membuat tubuh bagian bawahku semakin mengeras. Ini pertama kalinya seorang gadis melakukan hal yang begitu intim padaku. "Selama kamu tidak meninggalkanku, aku akan memuaskanmu dalam segala hal." Setelah beberapa saat, Miao Bing mengangkat kepalanya dan menatapku dengan air liur yang menetes dari sudut mulutnya, seperti jalang kecil yang minta disetubuhi. "Aku tidak akan pergi, aku hanya ingin melihat apakah ada orang lain di pulau ini dan bisakah kita mendapatkan sesuatu untuk dimakan." Dengan putus asa, aku berusaha menenangkan Miao Bing. Kami sekarang berada di pulau terpencil. Walaupun Miao Bing menggodaku hingga aku ingin menyetubuhinya sekarang, bertahan hidup masih lebih penting daripada bercinta. "Kamu tidak berbohong padaku?" Miao Bing masih menatapku dengan tak percaya dan kedua payudaranya masih mengapit kakiku. "Aku tidak bohong." Aku mendorongnya perlahan, "Patuhlah dan tunggu saja aku di sini." "Baiklah!" Miao Bing mengangguk dengan lembut dan terus memperhatikan punggungku karena takut aku akan menghilang dari pandangannya. Aku berjalan menyusuri pantai dan melihat ke segala arah mencari alat yang bisa kugunakan. Di tengah jalan, aku menemukan sebuah tas ransel yang di dalamnya terdapat kotak obat kecil untuk perawatan sehari-hari. "Kenapa tas ini terlihat seperti milik Luo Yiyi?" Setelah memeriksa tas tersebut dengan saksama, aku menyadari bahwa ini adalah tas milik Luo Yiyi, wanita cantik di perusahaan. Luo Yiyi adalah penyiar berita nomor satu di perusahaan kami. Dia muda juga cantik dengan wajah berbentuk oval, bulu mata lentik dan bola mata bagaikan permata hitam. Saat tersenyum, Luo Yiyi bagaikan bunga persik yang mekar merekah. Seseorang bahkan pernah membayar puluhan juta hanya untuk melihat Luo Yiyi. Namun, Luo Yiyi dengan sopan menolak bahkan menawarkan untuk mengembalikan uang yang diberikan oleh para orang kaya tersebut. Sejak itu, popularitas Luo Yiyi menjadi semakin melonjak dan menjadi penyiar berita nomor satu perusahaan kami. "Mungkinkah dia masih hidup?" Memikirkan hal ini membuatku tanpa sadar mempercepat langkahku. Benar saja, aku melihat tubuh Luo Yiyi tidak jauh dari tempatku berada. Gaun panjangnya yang elegan sudah robek dan sekarang Luo Yiyi hanya mengenakan satu set pakaian dalam yang imut. Kulit halusnya yang merah muda bersinar menggoda di bawah sinar matahari. Aku hanya bisa mempercepat langkahku. Ketika mendekati Luo Yiyi, aku baru menyadari pergelangan kakinya tersayat, "Yiyi!" aku memegang kakinya dengan lembut dan menyeka darahnya sampai bersih. Luo Yiyi masih tidak memberikan reaksi. Aku lalu membungkuk dan menggendongnya di punggungku. Tubuhnya kurus, namun montok. Meski dadanya tidak sebesar Miao Bing, tetapi bentuknya bulat dan penuh. Saat tanganku memegang bokongnya, jariku kebetulan menyentuh celana dalam Luo Yiyi. Karena bergerak terlalu kuat, ujung jariku sepertinya sudah menyentuh bagian kewanitaannya yang lembut. "Emm!" Luo Yiyi yang berada di punggungku mengerang pelan. "Yiyi, kamu sudah sadar?" aku buru-buru bertanya. Luo Yiyi yang berada di punggungku tidak menjawab, tapi ujung jariku sepertinya basah. Jangan bilang ... Aku kembali menekankan ujung jariku dengan sedikit lebih kuat dan Luo Yiyi kembali mengerang. Cairan yang mengalir ke jariku semakin banyak dan Luo Yiyi yang menempel di tubuhku pun mengerang. Sepertinya gadis ini belum sadar dan hanya bereaksi secara naluriah saja. Aku hanya menggosoknya dengan ringan, namun sudah begitu banyak cairan yang mengalir. Kukira Luo Yiyi adalah gadis yang polos. Tak disangka cukup b*******h tinggi juga. Saat aku membawa Luo Yiyi kembali, Miao Bing menatapku dengan tatapan penuh harap. Meskipun aku bukan siapa-siapa di perusahaan, namun sekarang di pulau terpencil ini satu-satunya pria hanyalah aku saja. Tanpa aku, Miao Bing pasti sudah lama ambruk. Sekarang satu-satunya harapan dia adalah aku. "Chen Fan, aku, aku lapar!" Miao Bing hanya melirik Luo Yiyi sekilas lalu menatapku dengan sedih. Tatapan mata Miao Bing membuatku panik. Manajer Miao yang dulu begitu suka menyendiri sekarang terlihat seperti anak kucing di depanku. Melihatku tidak mengiyakan permintaannya, Miao Bing langsung bergegas ke arahku lagi. Kali ini aku bisa dengan jelas merasakan Miao Bing menarik turun celana dalamku dan puncak payudaranya yang putih menempel erat di dadaku, "Chen Fan, kamu harus melindungiku!" Miao Bing melilitkan tubuh dan bokongnya, menekan tubuh bagian bawahku dengan erat. "Sekarang sudah tidak ada bahaya lagi. Kita hanya perlu bertahan sebentar dan menunggu penyelamatan datang!" Aku membelai punggung Miao Bing untuk menenangkannya, "Kecelakaan pesawat sebesar ini pasti akan ada tim penyelamat." "Benar, benar. Pasti akan ada tim penyelamat." Miao Bing seakan telah menemukan harapannya. Aku bisa merasakan ketakutan Miao Bing—ketakutan akan hal yang tidak diketahuinya, "Sebentar lagi aku akan pergi untuk melihat apakah ada orang lain yang masih hidup. Semakin banyak orang, semakin besar peluang kita untuk bertahan hidup." kataku. Kalau hanya bergantung padaku, akan sulit untuk menjamin keselamatan Miao Bing dan Luo Yiyi. Ditambah lagi keduanya adalah perempuan. Kalau ini adalah hari-hari kerja biasa, tidak apa-apa membiarkan mereka menangani urusan di perusahaan sendirian. Tapi jika para perempuan ini dibiarkan hidup sendiri di sini, takutnya mereka akan mati kelaparan dalam waktu tiga hari. "Baiklah, kalau begitu kamu harus berhati-hati." Miao Bing memelukku erat-erat dan berbisik di telingaku, "Aku bisa memberimu keperawananku." Keperawanannya? Aku menatap Miao Bing dengan curiga dan mata membelalak. Melihat gerakan terampil Miao Bing barusan, dia tidak terlihat seperti orang yang tidak berpengalaman. Menghadapi tatapanku, Miao Bing mengangguk dengan tegas. "Kalau begitu tolong simpan baik-baik untukku." Aku mengangkat dagu Miao Bing dan berkata sambil tersenyum, "Kamu jaga baik-baik Luo Yiyi, aku akan pergi melihat apakah ada yang bisa dimakan." Sekarang kami bertiga hampir tidak memiliki apapun untuk bertahan hidup. Aku harus kembali ke puing-puing pesawat untuk melihat apakah ada yang bisa kugunakan. Setelah mencari beberapa saat, akhirnya aku menemukan beberapa belati di sekitar puing-puing pesawat. Belati itu seharusnya merupakan barang sitaan orang lain, namun sekarang belati ini sudah memecahkan sebagian besar kesulitanku. Tetapi, mungkin keberuntunganku sudah habis digunakan. Selain menemukan belati, aku hanya menemukan beberapa botol air mineral. Sama sekali tidak ada barang lainnya. Untungnya dari tengah batu karang tepi pantai, ada beberapa ikan kerapu yang terdampar. Meski hanya ada 3 ekor, tapi ini sudah merupakan kejutan yang menyenangkan. Aku baru saja mengambil ikan kerapu itu dan mengemasnya menggunakan buku yang baru aku temukan sesaat lalu. Saat berjalan menuruni karang, samar-samar aku melihat sesosok manusia, "Ada orang lain?" Setelah memanjat karang, barulah aku mengenali orang di depanku itu. Dia adalah pramugari kami. Kami sempat mengobrol singkat di pesawat. Kondisinya sekarang ini sedikit menyedihkan. Sutra hitamnya robek di beberapa tempat, memperlihatkan kulitnya yang seputih salju. Aku pun mendekat untuk memeriksa napasnya. Masih hidup! Tepat saat aku melangkah maju untuk mengangkat pramugari itu, tiba-tiba aku mendengar raungan dari dalam pulau. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Menantu Dewa Naga

read
176.4K
bc

Scandal Para Ipar

read
692.7K
bc

PLAYDATE

read
118.6K
bc

Marriage Aggreement

read
80.1K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
859.4K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook