Bab 4 Melawan Serigala

1209 Words
Serigala! Seekor serigala! Dengan bulu berwarna hitam, dan sepasang mata hijau, serigala tersebut menatapku lekat-lekat. Rasa ketakutan yang tak terlukiskan seketika menyadarkanku. Miao Bing sepertinya masih belum menyadarinya. Dia masih mengisap dengan sekuat tenaga, lidahnya yang lentur menari ke sana kemari, seolah-olah ingin menyedotku sampai kering. Wanita ini ... Sekarang aku memiliki keinginan untuk mendorong Miao Bing. Namun, aku tidak berani. Jika aku membuat gerakan, takutnya serigala lapar di hadapanku ini akan langsung menerkam. "Chen Fan, jangan bergerak!" Miao Bing mengangkat kepala dan menjilat lendir di mulutnya lalu berkata, "Kamu akan menusuk tenggorokanku kalau bergerak sembarangan, sakit." "Ssst!" Aku perlahan mengangkat kepalaku dan membuat gerakan untuk menyuruhnya diam. "Kenapa?" Miao Bing juga menyadari ada yang tidak beres dan memiringkan kepalanya dengan penasaran. Sedetik kemudian Miao Bing mendadak berteriak keras. "Serigala!" Mendengar teriakan Miao Bing, keringat dingin langsung bercucuran dari dahiku. Jalang ini ingin aku mati! Benar saja, serigala liar itu bergegas mendekat setelah mendengar teriakan Miao Bing. Karena terlalu tergesa-gesa, aku mendorong Miao Bing lalu dengan cepat memakai celanaku dan berguling ke samping. "Aung!" Serigala liar itu menengadah ke langit lalu melolong panjang. Tubuh serigala itu memiliki beberapa bekas luka dan bulunya kemerahan karena noda darah. Apakah serigala ini binatang yang tadi bertarung dengan binatang buas lainnya? Jika serigala ini terluka, mungkin aku masih memiliki kesempatan. Kalau tidak, hidupku dan Miao Bing akan berakhir di sini. Wajah Miao Bing sudah pucat pasi, sekujur tubuhnya gemetar, dan tangannya yang menumpu tanah bergerak tanpa henti. "Sialan, jangan bergerak sembarangan!" Melihat sikap Miao Bing membuatku memarahinya. Semakin bergerak, semakin akan jadi incaran serigala! Benar saja, serigala liar itu lalu berjalan mendekati Miao Bing selangkah demi selangkah. "Dasar jalang sialan, hanya bisa membuat masalah." Aku mengulurkan tangan mencoba meraih sesuatu dan kebetulan menyentuh sebuah batu. Bang! Tanpa berpikir panjang, aku langsung melemparkan batu itu dengan seluruh kekuatanku. "Aung!" Serigala itu melolong begitu terkena lemparan batuku. Saat berikutnya, binatang liar itu melepaskan Miao Bing dan menatap tajam ke arahku dengan mata hijaunya yang berkilat. Seolah-olah seranganku barusan sudah membuatnya marah. "Serigala sialan! Ayo kemari!" Aku meraung pada serigala liar itu. Tangan kananku mengeluarkan belati dari saku dan diam-diam melepas sarungnya. Sekarang sudah terlambat untuk kabur; hanya dengan bertarung mati-matian barulah kami dapat memiliki sedikit peluang untuk bertahan hidup. Alhasil, baru saja aku mengeluarkan belati, serigala liar itu sudah berada di depanku. Secara refleks aku menghindar, sehingga cakar serigala itu hanya berhasil meninggalkan beberapa goresan di kakiku. "Hampir saja!" Aku berseru dalam hati. Jika reaksiku tadi terlambat sedikit saja, aku pasti sudah diterjang serigala ini. Namun, kecepatan serigala liar ini sepertinya sudah melambat. Kemudian saat aku melihat serigala itu mendarat di tanah, tubuhnya jelas terlihat gemetar. Apakah serigala ini terluka? Aku menatap tubuh serigala liar itu dengan saksama, dan akhirnya menemukan luka di perutnya. Darah dari luka itu mengalir di sepanjang bulunya dan menetes ke tanah. "Peluangku bertambah 30%." Aku bangkit perlahan, tangan kiriku memegang sebuah batu. Aung! Serigala liar itu berbalik, melolong, dan kembali menerjangku. Kali ini aku berusaha untuk menjaga diriku agar tetap tenang. Ketika serigala liar itu menerjang, batu di tanganku terlempar tepat mengenai kepalanya. Serigala liar itu terhuyung-huyung lalu jatuh ke tanah. Memanfaatkan serigala yang sedang kesakitan itu, aku ingin membunuhnya! Entah dari mana keberanianku berasal, aku bergegas menyerang. Lututku menekan lukanya, dan belatiku menusuk leher serigala itu dengan tepat. Cakarnya mengenai tubuhku dengan ganas, dan rasa sakit yang menusuk hampir membuatku tidak bisa memegang belatiku kuat-kuat. Namun, akal sehatku mengatakan padaku, jika aku mundur, serigala liar di depanku ini pasti akan menyerangku kembali. Jadi aku menahan rasa sakit, mencabut belati, dan menusuknya sekali lagi. Tusukan pertama! Tusukan kedua! Tusukan ketiga! …… Aku juga tidak tahu sudah menusuk berapa kali, darah dari lukanya terciprat ke wajahku, dan aku merasakan ledakan panas. Sampai Miao Bing menarikku dari atas tubuh serigala liar itu, barulah akal sehatku kembali. Leher serigala liar itu sudah kutikam sampai tak berbentuk, dan tubuhnya terbaring tak bergerak dalam genangan darah. "Kamu ... apakah kamu baik-baik saja?" Miao Bing berkata dengan sedikit takut, menatapku dengan gemetar. "Sudah mati?" Tangan kananku memegang belati erat-erat, aku melihat ke arah serigala dan bertanya. "Sudah mati, sudah mati sejak tadi. Kamu menikamnya terus-menerus seperti sedang kesurupan." Miao Bing diam-diam melirikku dan berbisik. Sudah mati? Aku menghela napas lega, serigala liar ini akhirnya mati! Pada saat ini, aku merasakan sakit yang membakar di kaki dan punggungku. Ketika menunduk, aku melihat ada beberapa luka panjang yang masih meneteskan darah. "Kamu terluka?" Miao Bing melihat sekeliling lalu tanpa sadar mencoba menyeka luka dengan tangannya. "Ja, jangan gunakan tanganmu." Aku meraih tangan Miao Bing dengan cepat, "Ada terlalu banyak bakteri di tangan, bisa menyebabkan infeksi." "Lalu bagaimana? Darahnya sangat banyak." Wajah Miao Bing pucat pasi dan hampir menangis karena cemas. Dia tahu betul di dalam hatinya bahwa aku adalah satu-satunya pria di antara mereka. Jika sampai terjadi sesuatu padaku, dia pasti tidak akan bisa keluar dari pulau terpencil ini. Satu-satunya yang menunggu mereka hanyalah kematian. "Jangan diseka dulu, harus dibersihkan dengan air bersih." Aku bergegas menghentikan Miao Bing, "Ayo kita kembali dulu. Aku ingat di dalam tas masih ada iodin dan Yunnan Baiyao." Miao Bing memapahku sambil tertatih-tatih kembali ke pantai. Luo Yiyi melihat keadaanku, bergegas berdiri dan membantuku duduk di samping api. Melihat luka di tubuhku, Luo Yiyi juga terkejut. "Kamu kenapa? Kenapa bisa terluka?" Luo Yiyi melihat ke bawah dan melihat luka panjang yang muncul di pahaku. "Yiyi, ambilkan aku sebotol air, aku akan membersihkan lukanya." Aku menunjuk ke ransel di sebelahku dan berkata, "Di dalam tas masih ada iodin, ambilkan sekalian!" "Oh!" Luo Yiyi mengangguk, berbalik dan berjalan menghampiri tas itu, membukanya lalu mengeluarkan air mineral dan iodin. "Bagaimana kalau aku membantumu membersihkannya?" Luo Yiyi melihat lukaku dan berbisik, "Kamu sekarang terluka, tidak mudah kalau kamu melakukannya sendiri." "Baik!" Aku tidak menolak. Kondisiku saat ini memang sulit untuk membersihkannya sendiri. Sementara Miao Bing, karena sedang memapahku, dia jadi tidak bisa meninggalkanku, dan hanya bisa membiarkan Luo Yiyi membantu. Aku duduk dengan hati-hati. Miao Bing takut aku merasa tidak nyaman, sehingga buru-buru duduk terlebih dulu dan meletakkan kepalaku di pangkuannya. "Maaf sudah merepotkan kalian!" Aku memilih posisi yang nyaman dan memperlihatkan luka di kakiku. Tak disangka, Luo Yiyi mengerti cara melakukan penyelamatan pertama dan tahu harus menggunakan air bersih untuk mencuci lukaku. Miao Bing menatapku dengan penuh kasih sayang, dan aku bisa melihat rasa khawatir di matanya. "Kalau sakit, aku bisa membantumu!" Miao Bing berbisik, seolah takut Luo Yiyi akan mendengarnya. "Membantuku? Bagaimana caranya?" candaku. Miao Bing tidak berbicara. Dia mendongak dan menyadari kalau Luo Yiyi sedang menunduk memperhatikan lukaku. Dia dengan cepat meraih tanganku dan memasukkannya ke dalam bajunya. Aku harus mengakui kalau bentuk tubuh Miao Bing sangat bagus. Kelihatannya sedikit montok, namun saat tanganku menyentuh perutnya sama sekali tidak bisa merasakan lemak di sana. Karena terlalu dekat, aku bisa mencium wangi tubuh Miao Bing. Ini adalah aroma unik seorang gadis. Karena tergoda oleh aroma tubuh ini, tanganku mulai nakal. Saat Luo Yiyi tidak memperhatikan, tanganku dengan cepat merayap naik ke p******a Miao Bing. Kencang! Montok! Aku bisa bisa merasakan suhu tubuh Miao Bing. Ketika tanganku menyentuh payudaranya, aku merasakan dengan jelas tubuhnya bergetar. Namun pada saat yang sama, ada rasa sakit yang tiba-tiba menjalar dari kakiku. Karena terkejut, aku tanpa sadar mencengkeram p******a Miao Bing. "Ah!" Kesakitan, Miao Bing pun tidak bisa menahan teriakannya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD