Bab 3 Menemukan Tempat untuk Bermalam

1220 Words
Aku menyerahkan dua ikan bakar pada Miao Bing dan Luo Yiyi, lalu menyisakan satu ekor untuk diriku sendiri. Sedangkan Gu Yufei, wanita ini masih tidak sadarkan diri. Kalaupun dia lapar, tunggu sampai dia sadar baru dibicarakan lagi! Miao Bing menggigit ikan bakarnya, kemudian langsung memuntahkannya lagi, "Ke … kenapa tidak ada rasanya?" Miao Bing menatapku dan berkata dengan kesal, "Sulit dimakan." "Jika tidak dimakan, kamu akan kelaparan!" Aku melirik Miao Bing dan mencibir, "Kamu kira tempat ini rumahmu? Masih ingin berbagai macam bumbu?" "Ini bukan acara BBQ di alam liar!" Mendengar teguranku, Miao Bing menunduk sedih. Dia adalah manajer departemen perusahaan kami dengan gaji tahunan sebesar ratusan juta. Kapan dia pernah merasakan menderita seperti ini? Namun, begitu teringat bahwa mereka sekarang berada di pulau terpencil, Miao Bing dengan terpaksa kembali mengambil ikan bakar itu dan memakannya sambil berlinang air mata. Sementara itu, Luo Yiyi yang berada di samping, makan tanpa mengucapkan sepatah kata dan menghabiskan satu ekor ikan itu dalam sekejap. "Selesai makan, Miao Bing ikut aku untuk melihat lokasi. Kita harus mencari tempat untuk bermalam saat hari mulai gelap." kataku sambil menambahkan beberapa ranting. "Lalu bagaimana denganku?" Luo Yiyi berkata dengan manja. "Kamu tetap di sini untuk menjaga api, jangan sampai apinya padam." Setelah memikirkannya lagi, aku melanjutkan, "Kamu bisa membagi apinya, masukkan daun kering ke dalam air laut lalu jejalkan di atas api." "Kenapa harus begitu?" Luo Yiyi memiringkan kepalanya dan bertanya. "Untuk membuat asap tebal, semoga tim penyelamat bisa melihatnya." kataku dengan suara pelan sambil memandang ke langit. Entah apakah orang-orang di luar sana sudah mendapatkan berita mengenai kecelakaan pesawat kami atau belum. Ketika Luo Yiyi mendengar kata-kataku, dia tiba-tiba mendapatkan kembali semangatnya dan mulai menyibukkan diri. Sementara aku sendiri berdiri dan berjalan menuju ke dalam pulau terpencil itu bersama Miao Bing. Teringat raungan binatang yang baru saja kudengar, sebenarnya aku juga tidak tahu harus berbuat apa. Jika kami benar-benar bertemu dengan binatang buas, kami hanya bisa menyalahkan nasib. Untungnya sepanjang perjalanan, baik Miao Bing maupun aku tidak menemui bahaya. Sebaliknya, kami menemukan sebuah gua yang bisa menampung 4-5 orang, yang letaknya tidak jauh dari tempat kami berdiri. Meskipun gua itu terlihat agak sempit, namun tempat itu masih dapat menampung 4-5 orang. "Chen Fan, apakah kita akan tidur di sini malam ini?" Miao Bing melirik gua itu dengan jijik, di dalam begitu kotor dan masih ada kotoran hewan. "Di dalam terlalu kotor dan baunya juga aneh." "Bagaimana kalau kamu tidak tinggal di sini dan bermalam di luar saja?" Aku tertawa menggodanya. "Aku tidak mau!" Miao Bing teringat suara raungan binatang yang tadi didengarnya dan dengan cepat meraih lenganku, "Tidak peduli di mana pun, aku akan tetap bersamamu." "Kalau begitu dengarkan aku dengan patuh atau aku akan mengumpankanmu ke binatang buas." Aku tidak bisa menahan diri dan mencubit b****g Miao Bing. Sejak kami tiba di pulau terpencil ini, Miao Bing tidak lagi terlihat menjauhkan diri, namun menjadi semakin dekat denganku. "Emm!" Tubuh lembut Miao Bing menggeliat di atas tubuhku, terutama sepasang p******a penuhnya yang bagaikan roti menekan dadaku. Aku mendorongnya menjauh dengan lembut, lalu berkata setelah melihat sekeliling, "Jangan merengek. Sebentar lagi langit akan gelap. Ayo cari daun kering lagi." "Aku ingin beristirahat sebentar denganmu." Miao Bing menyilangkan kakinya dan berkata sambil mengedipkan mata. "Untuk apa beristirahat sekarang? Setelah tempat ini dirapikan, malam hari baru kita bisa beristirahat." hardikku. Miao Bing memutar bokongnya dengan enggan dan berkata dengan sedih, "Baiklah!" Di pulau terpencil ini ada banyak daun kering, entah sudah berapa tahun terkumpul. Tidak butuh waktu lama, aku dan Miao Bing sudah menemukan banyak daun kering. Aku mengubah daun kering menjadi sapu dan pertama-tama membersihkan kotoran di gua. Setelah selesai, barulah aku meminta Miao Bing membawa setumpuk daun kering ke dalam. Untuk mencegah masuk angin saat beristirahat di malam hari, aku secara khusus menebar beberapa lapis daun kering lagi. Meski tidak senyaman ranjang, setidaknya tidak akan membuat badan terasa keras. "Chen Fan, aku tidak menyangka kamu ternyata memiliki keterampilan seperti ini." Setelah Miao Bing menebarkan segenggam daun kering terakhir, dia menempel di tubuhku lagi, "Aku tidak tahu kamu memiliki kemampuan seperti ini sebelumnya di perusahaan." "Masih banyak yang tidak kamu ketahui." Aku memandang ke langit. Sekarang matahari sudah hampir terbenam dan awan berwarna jingga yang indah melayang di atas pulau terpencil. Dalam waktu kurang dari satu jam, suhu di sini setidaknya akan turun beberapa belas derajat. Saat-saat inilah merupakan waktu terberat untuk dilewati. Malam hari di pulau jauh lebih dingin daripada di tempat lain. Aku tahu hal ini dengan jelas karena pengalamanku hidup di tepi laut selama bertahun-tahun. Untungnya gua sudah selesai dirapikan. Sebentar lagi aku akan memanggil Luo Yiyi kemari dan bermalam di sini. Ini adalah pertama kalinya aku bermalam di pulau terpencil. Mungkin masih ada bahaya tidak diketahui yang masih menunggu kami. "Tidak disangka Chen Fan masih sedikit jenius." Miao Bing merangkak ke atas badanku dan menghembuskan napas ke telingaku. Tepat saat aku hendak mendorongnya menjauh, Miao Bing merogoh celanaku. "Apa yang ingin kamu lakukan?" tanyaku tanpa sadar. Miao Bing tidak menjawab, malah memelukku erat-erat dengan satu tangan, sementara tangan lainnya membelai tubuh bagian bawahku dari balik celana dalamku. Perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya tiba-tiba menyerang dan membuat pikiranku kosong seketika. Tangannya yang lembut menyentuh dan membelai ke atas juga ke bawah dari balik celana dalamku. Setelah beberapa saat aku merasa celana dalamku menjadi sedikit basah. "Chen Fan, kamu sensitif sekali!" Miao Bing berkata sambil merangkak ke samping telingaku lalu menggigit daun telingaku. "Bukankah kamu masih perawan? Kenapa bisa tahu banyak hal mengenai ini?" Aku memeluk Miao Bing dengan erat dan meremas bokongnya dengan sekuat tenaga. Bulat penuh! Kencang! Juga montok. Harus kuakui bahwa Miao Bing benar-benar wanita cantik. Baik bentuk tubuh dan wajah semuanya sangat sempurna. "Aku memang masih perawan, namun aku sudah membaca dan menonton banyak film." Miao Bing berkata dengan lembut, "Awalnya aku berencana untuk memberikannya pada suamiku, namun sekarang aku ingin memberikannya padamu." Setelah Miao Bing selesai bicara, dia mulai mencium tulang selangkaku. Kemudian membuka kancing pakaianku dengan satu tangan selagi mencium dadaku dari atas ke bawah. Aku memejamkan mata sambil memeluk kepala Miao Bing dengan kedua tanganku dan menikmati saat ini. Miao Bing membuka ikat pinggangku dengan kedua tangannya lalu menurunkan celanaku dengan perlahan, kemudian menjilat celana dalamku. Celana dalamku dengan cepat sudah basah dijilat olehnya. Miao Bing meraih tanganku dan memasukkan tanganku ke dalam pakaiannya. Tentu saja aku tahu apa yang dia pikirkan, kemudian aku mengulurkan tangan dan meremas payudaranya. "Sakit, lebih lembutlah sedikit." Miao Bing mengerang pelan. Setelah mendengar ucapannya, aku mengurangi tenagaku dan meremas payudaranya yang montok dengan lembut , meremasnya tanpa henti sampai bentuknya berubah-ubah … "Emm!" Miao Bing tidak bisa menahan diri dan mengerang. Mulutnya menggigit erat celana dalamku. Beberapa menit kemudian, celana dalamku sudah basah oleh jilatan Miao Bing. Semua jenis cairan tubuh bercampur menjadi satu dan bentuk tubuh bagian bawahku menjadi semakin jelas terlihat, begitu besar dan menakjubkan. Miao Bing tampaknya tidak puas hanya menjilati celana dalamku, dan setelah menarik napas kuat-kuat, kedua tangannya mulai melepasnya. Bang! Saat Miao Bing menarik celana dalamku, tubuh bagian bawahku tiba-tiba mencuat dan mengenai wajah Miao Bing. "Wah!" Miao Bing membuka mulutnya tanpa ragu dan menelan seluruh juniorku. "Luar biasa!" Aku tanpa sadar menjambak rambut Miao Bing. Namun tiba-tiba, perasaan dingin menjalar dari arah belakangku. Seakan ada sepasang mata yang sedang menatapku dan Miao Bing. Aku segera membuka mata dan menoleh ke belakang, dan tubuhku tersentak tiba-tiba. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD