Mia duduk termangu di ruangannya, dia melipat kedua lengan di atas meja. Wanita itu menopang dagunya seakan dia menopang beban hidup yang berat. Bibirnya tiada henti mengeluarkan desahan kecemasan. Pertemuannya dengan Yannis mengguncang perasaannya, menyakiti mentalnya. Membuatnya menggila dalam angan yang tak tentu arah. Mia menatap langit-langit, dia meraba dadanya yang terasa masih berguncang hebat. Ia menggosok wajahnya dengan perasaan gusar. Mia tidak tahu pasti perasaan apa yang kini bersarang di dalam dadanya, yang pasti Yannis Seperti magnet, terus menarik Mia untuk memikirkan dirinya. "Sadar Mia.., sadar!" Mia memarahi dirinya sendiri. Da merasa bersalah atas perasaan yang hadir di dalam dadanya. Tapi dia sama sekali tidak menginginkan perasaan tak tentu arah itu hadir. A