8. JELASKAN

1156 Words
Dalam perjalanan mengantarkan si kembar, Mia sangat tidak fokus saat mengemudi. Dia sangat yakin Rayhan menyembunyikan sesuatu. Mia terus meraba-raba tanpa tahu arah dan tujuan. Menurut Mia, andai kata ada wanita lain tentu saja suaminya akan menjauh. Jika dilihat Rayhan justru semakin mesra, meski terkadang dia menjadi lebih mudah marah dan lebih banyak diam. Mia merindukan candaan dan kekonyolan suaminya. Namun sepertinya itu tidak lagi terlihat dalam dua minggu terakhir. Dia terus berpikir mengapa suaminya tidak lagi bicara terbuka kepadanya. Untuk memikirkan Rayhan bersama wanita lain itu terlalu ekstrim. Mia tahu dengan jelas, Rayhan adalah tipe lelaki yang menjaga diri, dia adalah lelaki yang punya harga diri tinggi. Rayhan ramah dan mudah untuk diajak berteman, namun dia bukanlah tipe lelaki yang mudah menjalin hubungan apalagi mengkhianati sebuah hubungan. Namun Mia juga tidak dapat menepis perasaan itu jika melihat Rayhan yang bersikap aneh. Hasan dan Husein terus mengoceh mengajaknya bicara di sepanjang perjalanan, namun Mia tidak dapat meladeni pembicaraan kedua puteranya itu. Pikirannya menerawang, melambung jauh. "Cium bunda dulu.." Mia menyurungkan wajahnya saat mereka tiba di depan kelas. Hasan dan Husein mengecup pipi Mia bergantian. Hasan dan Husein segera berlari dan masuk ke kelas saat melihat teman-teman seusia mereka sedang asik bermain. Mia pamit kepada guru si kembar dan dia melanjutkan perjalanan menuju GVS. Mia merindukan tempat itu. GVS bukan hanya sebuah perusahaan yang dia besarkan dengan susah payah. GVS adalah Daniel. Salahkan Mia yang masih merasa ingin dekat dengannya melalui GVS. Salahkan Mia yang telah memiliki kehidupan begitu baik namun terkadang dia masih memikirkan ayah kandung Aidan itu. Bukan dia tidak merasa bahagia bersama Rayhan. Mia sangat bahagia dicintai begitu besar. Hanya saja sembilan tahun pernikahan dirinya bersama Daniel memanglah bukan waktu yang sebentar. Mia berharap saat usia pernikahan dia dan Rayhan telah melampaui masa dirinya bersama Daniel, dia bisa sepenuhnya mengubur perasaannya bersama kenangan mereka. Terlebih lagi Aidan tumbuh semakin tampan, semakin memiliki kemiripan dengan Daniel. Setiap saat melihat Aidan bagaikan melihat Daniel pada dirinya. Cara Aidan tersenyum, sangat serupa dengan Daniel. Dia sangat pandai, Aidan memiliki sifat sangat penyayang dan ia tidak mudah marah. Aidan lebih memilih diam di saat hatinya terluka. Mia berharap perasaannya bukanlah kesalahan. Daniel adalah bagian dari hidupnya, melupakannya adalakah ketidakmungkinan yang mutlak. Bahkan walaupun Mia mati dan dihidupkan kembali hingga puluhan kali, dia akan tetap mengingat Daniel. Mia sangat mencintai kehidupannya yang sekarang. Dia merasa sangat diberkahi. Suami yang sangat mencintainya, anak-anak yang lucu. Kehidupan finansial yang baik. Serta rumah tangga yang damai. Dia sangat bersyukur dengan apa yang di milikinya sekarang. Mia sangat mencintai Rayhan. Sangat-sangat mencintainya. Mia selalu merindukan suaminya itu walaupun dia hanya pergi dalam beberapa jam saja. Saat ini Rayhan sangat sibuk. Maklum saja, bisnis mereka semakin besar. Rayhan membuat beberapa perumahan elit di kota Batu, beberapa apartemen dalam naungan Green Group Company. Tentu saja dia tidak sendiri, Rayhan bekerja sama dengan para investor. Green Vege Store (GVS) pun telah berkembang dengan sangat baik. Mereka bekerja sama dengan hotel berbintang untuk menyuplai sayuran organik. GVS telah memiliki gerai di beberapa kota. Mia berusaha untuk mengembangkan GVS di seluruh kota besar. Dia sedang menunggu bantuan dana yang dari Green Grup Company. Dana untuk memperluas lahan sayurannya. Membuat rumah kaca yang lebih besar dengan peralatan yang lebih mutakhir. Saat ini rumah kaca untuk sayuran organik mereka telah cukup besar, namun masih belum mencukupi jika Mia ingin lebih memperbanyak gerai mereka. GVS memiliki lima ratus pekerja, termasuk di bagian kebun hingga pramuniaga di lima gerai. Green Grup Company adalah perusahan milik Rayhan di bidang pengembang properti. Beberapa perumahan elit, apartemen dan beberapa stasiun pengisian bahan bakar. Namun Rayhan tidak sering berada di kantornya. Dia lebih suka berada di GVS. Rayhan juga menanam saham pada pasar modal. Rayhan bukanlah seseorang yang suka bergaya hidup super mewah. Dia lebih suka terlihat 'berkecukupan' saja. Bukan terlihat kaya raya. Dia hampir tidak pernah lagi melukis. Waktunya banyak tersita untuk mengurus bisnis, dan ya... dia masih berusaha mengejar porselen tercintanya. Seorang petugas keamanan GVS berusaha menggapai pintu kaca saat melihat Mia turun dari mobilnya. "Pagi Bu.." sapa petugas keamanan itu. "Pagi.. Pak," Mia melirik name tag yang terpasang di d**a lelaki usia paruh baya itu, "Pak Ruslan." "Iya Bu" Ruslan mengangguk. "Apakah Bapak selalu membukakan pintu untuk orang-orang?" "Terkadang Bu, terutama para wanita yang menggendong anak mereka. Pintu kaca ini lumayan berat untuk didorong." "Begitu?" Mia mengangguk, "saya akan ganti dengan pintu otomatis secepatnya. Terimakasih Pak.." Mia melangkahkan kakinya memasuki GVS. Mia menyapa semua pegawainya yang berada di gerai. Dia sering datang berkunjung ke GVS, namun biasanya hanya sebentar saja. Mia mengumpulkan mereka di tengah-tengah gerai. "Bisa kalian bergantian ke ruanganku?" Mia menatap dalam para pekerjanya. "Bisa Bu.." Mereka mengangguk serempak. Perasaan mereka seketika merasa tidak nyaman. Mia menyapa para pekerja di bagian admin. Mereka memiliki ruangan terpisah di belakang GVS, dekat dengan ruangan Mia dan Rayhan. Mia meminta laporan keuangan dan laporan penjualan GVS, dan dia juga berkata untuk menemui dirinya di dalam ruangannya. Mia naik ke lantai dua GVS, dia memperhatikan rekaman CCTV beberapa hari terakhir. Ia menghela napas panjang. Mia merasa kesal. Mia kembali turun ke ruangannya. Menunggu beberapa pekerja datang. Para pegawai Mia merasa ada sesuatu yang mendesak hingga mereka dipanggil pimpinan. Sebelumnya tidak pernah seperti ini. "Aku ingin bertanya kepada kalian, apakah suamiku pernah membawa wanita ke sini?" Mia menatap tajam kepada mereka. "Tidak Bu," Mereka menjawab bersamaan. "Kalian yakin? Tidak perlu takut. GVS adalah milikku, aku akan mempertahankan kalian." "Benar Bu, bapak tidak pernah membawa perempuan ke sini, setahu saya begitu. Tapi tidak tau yang lain." Salah seorang dari mereka menjawab dengan gugup. "Kami juga tidak pernah melihat Bu, bapak tidak pernah membawa perempuan ke sini." "Kalian bersumpah?" Mia menekan suaranya. Dia memandangi mereka secara bergantian. Mereka saling pandang satu sama lain. "Kami bersumpah Bu, bapak tidak pernah membawa perempuan ke sini." Suara mereka terdengar gugup. Mia menaikkan alisnya. Dia sama sekali tidak terpuaskan dengan jawaban mereka. Tentu saja Mia tidak menyangka jika pekerja mereka berkata jujur. Rayhan tidak pernah membawa wanita ke GVS, sekalipun hanya di dalam khayalannya. "Sekarang aku minta, bawakan absensi karyawan yang bekerja tepat dua minggu yang lalu." Mia berkata dengan salah satu dari mereka, secepat kilat gadis itu menuju ruangan kantor administrasi. Pekerja Mia merasa jika nyawa mereka berada di ujung tanduk. Mereka menggerutu hebat di dalam hati, bagaimana bisa mereka terjepit di antara suami istri yang sedang berseteru. Sang suami mengancam. Dan sang istri berjanji memberi perlindungan. Andaikan saja aku tidak masuk bekerja hari ini. Gerutu mereka penuh penyesalan di dalam hati tiada henti. Gadis itu kembali dengan membawa sebuah flash disk berisi data absensi para pekerja. Mia memasukan flash disk itu ke dalam komputernya. Dia memanggil nama mereka satu-persatu mereka yang bekerja pada hari itu. Hari tepat di saat Heka datang. Tujuh orang pekerja itu memandang Mia dengan raut wajah pucat pasi. "Kalian semua..! Apa ini?" Mia meletakkan dengan kasar wadah untuk menyimpan rekaman disk CCTV. Wadah itu sepertinya berisi banyak disk. "Sekarang jelaskan!" Mia menuntut jawaban dari mereka semua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD