3. LINTAH

1166 Words
Heka..?!" napas dan suara Rayhan tercekat. Ia tersedak ludahnya sendiri. Heka sangat berbeda. Bahkan dia bisa berbahasa yang sama dengan Rayhan. "Apa kau merindukanku?" Heka mendekat dan secara tiba-tiba mendaratkan kecupan di bibir Rayhan. Rayhan merasakan ada sesuatu yang lembut dan beraroma buah menyentuh bibirnya. Rayhan tersentak, dia mendorong tubuh Heka secara tiba-tiba. Dan tanpa sengaja, tangan Rayhan tepat berada di d**a Heka. Wanita itu hampir terjatuh karena dorongan Rayhan yang kuat. "Sabar Sayang... jangan terburu-buru. Aku baru menyentuhkan bibirku, tapi kau sudah tidak tahan lagi untuk menyentuhku. Semua milikmu Sayang.. tapi tidak di sini." Heka berkata sembari memberikan kerlingan menggoda. Nada bicaranya terdengar begitu memuakkan di telinga Rayhan. Oh.. ayolah Heka.. semua pun tahu itu hanyalah kalimat sampah yang kau ucapkan, karena kemarahanmu atas penolakkan Rayhan. Rayhan menyapu bibirnya dengan kasar. Dia meludah ke lantai. Rayhan menatap tajam ke arah Heka. "Apa yang kau lakukan? Tidakkah kau mempunyai harga diri?" Heka merasakan sakit yang luar biasa di dalam dadanya. Rayhan membuat Heka merasa dirinya adalah lalat yang menghinggapi kotoran lalu mencemari keindahan bibir suaminya. Loko terdiam mematung melihat kejadian di depannya. Sungguh pemandangan yang sangat buruk untuk disaksikan. "Aray.. mengapa sikapmu begitu buruk kepada istrimu?" Heka tersenyum getir. "Kau bukan lagi istriku Heka. Kita telah berpisah. Aku telah mempunyai keluarga yang baru." "Aku tau, haruskah kau bersikap seperti itu? Meludah layaknya bibirku adalah kotoran? Lagi pula kita belum melakukan acara perceraian adat. Kita masih berstatus suami istri." Heka terluka begitu dalam. Dia sangat merindukan Rayhan. Namun suaminya itu memperlakukan dirinya bagaikan seseorang yang sangat menjijikkan untuk dilihat dan disentuh. "Aku tidak suka lipstik Heka!" Rayhan kembali menyapu bibirnya dengan lengan baju. Tentu saja Heka tidak mengetahui betapa tidak sukanya Rayhan pada lipstik. Mungkin Rayhan lupa, ketika mereka bersama di hutan belantara, tidak ada lipstik di sana. Sehingga dia tidak dapat mengatakan ketidaksukaannya. Alis Rayhan terangkat, "Perceraian adat?" nada bicara Rayhan terkejut. "Hal itulah yang ingin aku bicarakan kepadamu." Heka melangkah lebih dekat. Di matanya Rayhan masih terlihat sama. Sangat tampan dan begitu menggoda. Rayhan memiliki s*x appiel yang begitu kuat. Kebanyakan wanita akan terbakar gairah ketika memandangi Rayhan. Tubuh yang tinggi, d**a yang bidang, membuat wanita berhayal dapat merasakan kehangatannya. Wajah yang tampan, dengan kontur tulang rahang yang tegas. Jangan lupakan misai tipis dan terawat menghiasi rahangnya. Tentu saja hidungnya yang mancung dan bibir yang menggoda semakin menambah daya tariknya. Memandangi wajah Rayhan, mampu membuat para wanita menelan air liur mereka. Terhanyut dalam fantasi liar sesaat. Rayhan memundurkan langkah, tatapan Heka membuatnya risih. Dia sangat mengerti arti pandangan itu. Katakanlah, sejak dia remaja, Rayhan selalu menerima hadiah dari para wanita. Yaitu, pandangan mereka yang selalu mengandung hasrat dan gairah. "Jangan terlalu dekat Heka, jaga tingkah laku dan kehormatan dirimu. Untukmu, bukan untukku." Rayhan merasa cemas. Dia memperhatikan ke sekeliling lorong. Rayhan merasa khawatir ada pegawai yang melihat mereka dan mengadukan informasi yang tidak benar kepada Mia. "Aku ingin bicara kepadamu Aray." "Hei... haruskah aku memanggilmu Rayhan? Tapi aku lebih suka memanggilmu Aray. Kaulah Singaku." Heka menggigit bibir bawahnya. Mereka terpisah hampir 6 tahun. Tentu saja Heka sangat merindukan Rayhan dari kepala hingga ke ujung kakinya. "Heka.. tolong..! Jika kau ingin bicara, mari kita bicara dengan baik. Jaga sikapmu. Aku telah memiliki istri." "Tapi aku juga istrimu Rayhan." Heka tetap memaksakan posisinya di dalam kehidupan Rayhan. "Kita telah..." kalimat Rayhan terputus. "Kalian silahkan bicara, aku akan pergi." Loko merasa tidak sanggup lagi berada di antara pertikaian Rayhan dan Heka. Loko merasa akan segera buta dan tuli jika dia berada lebih lama di tempat itu. "Loko.. jangan!" Rayhan meraih bahu Loko. Menahan langkah kaki lelaki itu pergi menjauh. "Maaf Rayhan, aku tidak bisa. Kau harus menyelesaikan masalah kalian. Aku tidak ingin terlibat di dalamnya." Loko menepuk punggung Rayhan. "Bagaimana bisa kau lakukan itu? Kau yang membawanya ke sini. Aku tidak tau apa yang dia rencanakan Loko! Saat aku percaya untuk pergi bersamanya, dia menjebakku." Rayhan berkata dengan nada yang gusar. "Aray.. apakah aku yang menjebakmu, atau kau yang terjebak dengan perasaanmu?" Heka menimpali. "Wanita sialan...!" Rayhan memaki seraya menunjuk wajah Heka. Amarah terasa menyesakkan d**a Rayhan hingga ke ubun-ubunnya. Walaupun di dalam relung hatinya yang terdalam, Rayhan menyadari semua adalah kesalahannya. Andai saja waktu itu dia tidak pernah mengikuti langkah kaki Heka ke hutan itu. Andai saja rasa iba kepada Heka tidak terlalu kuat. Dia tidak akan pernah merasakan sakit kehilangan Yuka. Jika mengingat kejadian di masa silam, perasaan Rayhan akan kembali terasa sakit. Dia masih terluka. Rayhan masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri. Ketika saat ini Heka datang kepadanya, seakan menorehkan kembali lukanya yang hampir sembuh. Kembali berdarah, lalu menaburi garam di atasnya. "Selesaikanlah... dia tidak merencanakan apapun. Dia hanya ingin bicara kepadamu. " Loko menepuk punggung Rayhan. Dia pergi menjauh. "Kau tidak menyuruhku masuk Sayang..?" Heka melingkarkan tangannya di lengan Rayhan. Rayhan menghela nafas panjang dan berat, "Masuklah... mari kita bicara" Rayhan melepaskan tangan Heka. Wanita itu terus berusaha menempel pada Rayhan. Sempat terbesit di dalam pikiran Rayhan, Heka seperti lintah. Menjijikkan dan pengisap darah. Dia yakin dengan datangnya Heka, pasti akan membawa masalah ke dalam hidupnya. Pelan-pelan dia akan mengisap habis kebahagiaan yang didapatkan Rayhan bersama keluarga kecilnya. Heka duduk di atas kursi. Dia memandangi ke sekeliling ruangan kantor Rayhan. Terpampang lukisan Rayhan dan Mia beserta ketiga anak mereka. Heka memperhatikan lemari jati dengan ukiran bunga yang cantik. Di dalamnya terdapat beberapa koleksi porselen cina. "Apa maumu Heka?" Rayhan duduk bersebrangan dengan Heka. Dia mengamati wanita itu secara mendalam. Mencoba menyelami pemikiran Heka dan tujuan di balik kedatangannya. "Kau tidak menawarkan aku minum?" Kau bersikap sangat buruk kepada tamu-mu Rayhan. Apalagi aku adalah istrimu. Bukankah kau seharusnya menyambutku dengan baik?" Heka berbicara dengan nada yang sangat tenang. Dia terlihat sangat berbeda. Bahkan dapat dikatakan tutur kata dan bahasa tubuhnya seperti seorang wanita berkelas. Tentu saja tidak termasuk hitungan saat dia berusaha menggoda Rayhan. Rayhan menarik napas panjang, "Kau mau minum sesuatu?" Rayhan menawarkan dengan terpaksa. Oh.. hanya Tuhan yang tahu betapa dia ingin menyeret dan melempar Heka keluar dari ruangannya. Dia masih berusaha bersabar demi mendengarkan apa yang Heka akan bicarakan. "Aku akan meminum apapun yang diberikan suamiku. Meskipun aku tahu itu racun sekalipun." Heka memberikan senyuman dan pandangan yang rumit kepada Rayhan. "Ayolah Heka.. aku tidak pernah menyakitimu. Aku selalu berusaha memberikan madu dari tanganku kepadamu, walaupun aku tahu pasti kau meracuniku." Kata-kata itu begitu mendalam. Namun itulah kebenarannya. Rayhan selalu bersikap baik kepada Heka meskipun dia tahu pasti Heka menjebak dirinya. "Tidak begitu Aray, aku sangat mencintaimu. Tapi ayahku berusaha menikahkan aku dengan lelaki lain." Terlihat dari raut wajahnya, Heka merasa bersalah. "Seharusnya kau membicarakannya denganku, bukan menjebakku seperti itu." Rayhan mengepalkan tangannya. "Maafkan aku Aray, aku mohon maafkan aku. Aku ingin kita kembali bersama seperti dulu. Aku sangat mencintaimu.... Pada waktu itu aku masih sangat muda Aray. Aku tidak dapat berpikir dengan baik." Heka berjalan mendekati Rayhan. Heka berlutut di depan Rayhan yang sedang duduk di kursi. "Tolong maafkan aku. Kau benar. Semua adalah salahku," Heka meraih kedua tangan Rayhan, "Berikan aku kesempatan." Bola matanya menatap Rayhan dengan lekat, penuh pengharapan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD