4. PENYEJUK

1186 Words
Heka berlutut di depan Rayhan yang sedang duduk di kursi. "Tolong maafkan aku. Kau benar, semua adalah salahku." Heka meraih kedua tangan Rayhan, "Berikan aku kesempatan." Bola matanya menatap Rayhan dengan lekat, penuh pengharapan. "Aray.. aku pun begitu terluka karena kehilangan Yuka, aku menyadari semua salahku Aray. Andaikan aku mengikutimu, andaikan saja aku bisa mengulang kembali waktu. Maafkan aku Aray.. berikan aku kesempatan. Aku mohon!" Heka mendekap tangan Rayhan ke dadanya. Rayhan menarik tangannya dengan cepat, "Lepaskan Heka! duduklah di kursimu." Rayhan berkata dengan nada penekanan yang kuat. Heka menuruti perkataan Rayhan. Dia duduk di kursinya semula. "Heka, kau meminta hal yamg mustahil. Aku telah mengajakmu puluhan kali untuk ikut bersamaku, namun kau menolaknya dengan keras. Bahkan aku menunggumu selama satu bulan di rumah kita. Berharap kau berubah pikiran. Aku telah memberikanmu kesempatan. Di saat-saat terakhir hubungan kita pun, aku tetap berharap kita dapat bersama. Untuk apa kau datang sekarang? Kau hanya berusaha menghancurkan hidupku lagi dan lagi?" Rayhan berkata dengan suara yang bergetar. "Tidak Aray... aku tidak bermaksud begitu. Di desa tidak ada satu pun lelaki yang mau menikahiku. Kita belum bercerai. Ada serangkaian acara adat yang harus kita lakukan, dan ada denda perceraian yang wajib kau bayar. Sehingga aku menemui Loko untuk mencarimu." "Denda? Upacara adat? Mengapa tidak kau katakan dulu?" "Aku pikir tidak masalah, toh.. kau adalah orang luar. Ternyata aku salah. Aku tidak dapat menikah lagi." "Baiklah, aku akan melakukan acara perceraian adat yang kau maksud dan membayar dendanya berapa pun." "Tidak Aray.. aku tidak ingin bercerai denganmu." Heka menatap lekat ke dalam mata Rayhan. "Apa maksudmu? Bukankah kau berkata mencariku karena ingin bercerai?" nada suara Rayhan meninggi. "Itu dulu Aray. Bertahu-tahun aku mencarimu, sekalinya aku menemukmu kau menikahi Mia. Aku hadir di acara itu Aray. Aku melihat dengan jelas bagaimana kau memperlakukan dia. "Saat bersamaku kau selalu bersedih setiap malam. Setiap malam kau bernyanyi yang entah apa artinya dan aku tidak pernah tau. Saat dengannya terlihat begitu bahagia dan kau menyanyikan lagu penuh cinta," Heka tersenyum sinis. "Sungguh terlihat perbedaan antara sikapmu kepadaku dan kepada Mia. Aku memutuskan untuk tinggal dan hidup seperti caramu. Perlahan aku mengerti semuanya. Sangat menyakitkan saat mengetahui," Heka terdiam sesaat. Heka menarik napas panjang, "Sangat menyakitkan saat mengetahui arti dari lagu yang kau nyanyikan untuknya. Kau bernyayi untuknya setiap malam Aray. Kau menginginkannya di saat kau bersamaku. Kau begitu mendambanya, padahal kau menjalani hidup denganku. Aku ingin memiliki apa yang dia telah ambil dariku." "Apa maksudmu Heka?" Rayhan mengepalkan tangannya. "Aku tidak ingin bercerai denganmu." Heka berkata dengan tegas. "Kau GILA HEKA..!! Aku telah memiliki istri." "Bukankah kau bisa memiliki istri lebih dari satu?" "Tidak Heka! Jangan pernah bepikir seperti itu. Tidak akan mungkin kulakukan. Bahkan walau hanya di dalam mimpi sekalipun." Heka tersenyum, "Tidak perlu terburu-buru. Aku tau kau pasti masih terkejut. Aku akan bersabar untuk dapat merasakn hangatnya pelukkanmu. Bahkan hingga hari ini tiba, untuk dapat duduk di hadapanmu. Aku telah menungu bertahun-tahun. Aku akan mampu bertahan menunggu kau kembali kepadaku." "Itu tidak akan terjadi Heka..!" "Kau yakin? Ah...," Heka tersenyum penuh arti, "biarkan waktu yang membuktikannya." Heka menatap dalam ke dalam bola mata Rayhan yang seindah berlian hitam. "Apa maksudmu?" Rayhan merasa bingung. "Sudahlah... tidak perlu dipikirkan. Ini.." Heka mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan meletakkan di atas meja. "Apa ini?" Rayan mengeryitkan kening. "Bukalah..!" Heka tersenyum manis. Rayhan membuka sebuah kotak hadiah yang disurungkan Heka. Mata Rayhan membulat, "Ini..." Rayhan terhenyak. "Ya.., itu adalah cawan yang kau temukan di dalam peti mati hari itu. Hari dimana mereka membawamu kepadaku. Aku memberikannya kepadamu, ambil saja. Anggaplah hadiah pertemuan kita. Kita akan sering bertemu setelah ini. Harganya luar biasa fantastis kan?" "Bagaimana kau bisa tau?" Rayhan terkejut. "Aku belajar darimu." Heka tersenyum penuh misteri. "Aku tidak bisa menerimanya Heka, dan tolong...! Jangan pernah lagi menemuiku." Rayhan meletakkan cawan berharga ratusan miliar itu sangat perlahan dan hati-hati." Sebuah cawan kecil itu seharga pulau pribadi. "Tentu saja kita akan bertemu lagi Aray.." "Tidak, kita harus bercerai!" "Kau yakin? Jika kita bercerai, separuh kekayaan dan asetmu adalah milikku juga. Kau yakin ingin menceraikanku? Kurasa termasuk GVS ini. Apa kata dia.., jika ternyata usaha yang mantan suaminya kerjakan mati-matian, tiba-tiba harus dibagi denganku?" Kalimat itu bagaikan senjata otomatis, benar-benar mematikan. "Heka..!!" Rahang Rayhan mengeras. Diapitnya lengan Heka dan dipaksanya wanita itu berdiri. Tanpa ampun Rayhan menyeret Heka menuju pintu keluar. Rayhan membuka pintu dengan cepat, dia mengeluarkan Heka secara kasar. "Jangan pernah datang lagi Heka, tidak ada pernikahan di antara kita. Kau tuntutlah jika kau bisa. Bahkan pernikahan kita tidak diakui negara. Dalam kepercayaanku, pernikahan berbeda keyakinan dianggap tidak sah!" tubuh Rayhan bergetar menahan emosi. "Kau tidak merasa begitu saat bersamaku?" "Pernikahan kita adalah kesalahan. Aku menikahimu hanya karena kasihan melihat kau dipukuli oleh keluargamu. PERGI DARI SINI...!! WANITA SIALAN!" mata Rayhan memerah. Dia berkata dengan amarah yang berapi-api. Para karyawan mereka mendekat, mencari tau apa yang terjadi sehingga keributan terjadi. "Terpaksa? Kasihan? Kau tidak terlihat begitu saat mendesah di atas tubuhku.." Heka begitu marah. Ini adalah kali pertama dia diperlakukan kasar oleh Rayhan. Rayhan menutup pintu dengan keras dan menimbulkan bunyi yang nyaring. "Haah... Dasar perempuan gila..!" Rayhan mendesah keras. Dia sangat marah dengan apa yang terjadi. Pandangan mata Rayahan tertuju pada cawan pemberian Heka yang tergeletak di atas meja. Dia mengambil cawan itu dan segera keluar dari ruangannya. Dia bermaksud memberikannya kepada Heka. Rayhan berlari menyusuri GVS, namun perempuan itu telah meninggalkan gerai mereka. Para pekerja menatap Rayhan dengan bingung dan tanda tanya yang besar. Apakah bos mereka telah berselingkuh dari istrinya? selama ini dia telihat begitu mencintai Mia. "Jika ada yang mengatakan hal ini kepada Mia, kalian mati...!!" Rayhan begitu marah. Tanpa Rayhan sadari, ancamannya terlalu menakutkan. Dia lebih mirip bos mafia daripada bos yang biasa mereka kenal. "Kalian paham..!" Rayhan bersuara lebih tegas. "Iya Pak.." mereka menyahut dan mengangguk secara bersamaan. Rayhan berlalu pergi dari GVS meninggalkan pegawainya yang bergidik ngeri. Pikiran tentang Rayhan terlintas dan bermain liar di dalam kepala mereka. Tidak pernah sedikit pun mereka menyangka, jika Rayhan akan bermain-main di belakang istrinya. *** Rayhan memasuki rumahnya dengan wajah yang terlihat sangat kusut. Tanpa salam dan senyuman yang biasanya dia lakukan. "Sayang.., kau sudah pulang?" Mia tersenyum kepada suaminya. Rayhan hanya mengangguk tanpa kata. Dia melangkah masuk ke dalam kamarnya. Rayhan keluar kamar mengenakan celana boxer. Dadanya yang bidang terlihat begitu indah berhiaskan seni lukis entik, membentang dari d**a kiri hingga d**a kanannya. Saat dia berlalu, di punggungnya terlihat lukisan yang sangat menarik. Entah bagaimana semakin menambah keindahan tubuh Rayhan. d**a Mia berdesir melihat suaminya bertelanjang d**a, berkeliaran di dalam rumah. "Mia.. mana anak-anak?" Rayhan menolehkan wajahnya. "Mereka bermain di taman." Mia mendekat. Dia mengecup ringan bibir suaminya. Meski enggan, Rayhan tetap membalas kecupan istrinya. Rayhan membiarkan Mia mengecup pipi serta lehernya penuh kasih sayang. Terasa begitu lembut dan menyejukkan perasaannya. "Kau kenapa Sayang?" Mia menyentuh pipi Rayhan. "Tidak ada, hanya masalah pekerjaan." Rayhan tersenyum hambar meninggalkan Mia. "Hasan.. Husein.. Mari nak kita berenang" Rayhan memanggil kedua putranya. "Pa..pa.." Hasan dan Husien berlarian dengan langkah kaki mereka yang kecil. Rayhan menceburkan dirinya ke dalam kolam renang. Menyusul Hasan dan Husien. Mereka berdua melemparkan tubuh kepada ayahnya yang telah menanti di dalam air.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD