5. BERENANG

1160 Words
"Papa.." Husein menangis sambil terbatuk-batuk. "Hahaha... jangan muntah ya.., kalau mau muntah Husein naik keatas. Sudah berenangnya?" Rayhan tertawa melihat wajah kedua putranya. Hasan dan Husein dengan cepat menggelengkan kepala, saat mendengar Rayhan menawarkan untuk berhenti dari kesenangan mereka. Hasan dan Husein bergelayut manja di kedua lengan ayahnya. Sesekali mereka menangis dengan mata yang merah karena tersedak air saat berenang. Mia duduk di pelataran dan tersenyum memperhatikan mereka. Sering kali kedua putranya itu merengek mengajak Mia berenang. Namun Mia sering menolaknya. Dia mengatakan kepada Hasan dan Husein untuk menunggu ayah mereka. Mia merasa takut menjaga dua anak sekaligus. Karena itulah mereka begitu bahagia ketika berenang. Mereka hanya berenang ketika bersama Rayhan. Kedua putranya tahan berjam-jam berenang tanpa mau diajak berhenti. "Mia... kemarilah. Rayhan memanggil istrinya dengan suara yang nyaring. "Kalian saja..." Mia menggelengkan kepala. Dia berjalan mendekati mereka dan berdiri di tepian kolam renang. "Ayolah..., bantu aku. Aku tidak dapat begerak. Mereka berdua seperi kukang." Rayhan merentangkan kedua tangannya beserta Hasan dan Husie di sana. "Hahaha..." Mia tertawa nyaring. Memang benar mereka seperti kukang. Bergelayut di lengan Rayhan yang kokoh. Sesekali mereka berpindah posisi. Hasan di punggung dan Husein di dalam gendongan Rayhan. "Kau hanya tertawa? Cepat turun! Bantu aku." "Baiklah, aku akan ganti baju." Mia memasuki rumah mereka. Ketika Mia kembali, dia mengenakan baju renang dengan celana panjang dan baju berlengan panjang berwarna hitam. Mia menceburkan dirinya ke dalam air dan mengambil Husien dari Rayhan. "Ah..., kenapa kau memakai baju seperti ini Mia!" Raut wajah Rayhan terlihat kecewa. "Lho..., memangnya kenapa? Apa yang salah dengan bajuku?" "Ditutup semua.., aku tidak bisa melihat dan menyentuhmu.." Rayhan bebisik dengan nada menggoda. "Eh..., dasar kau! Kau sebenarnya mau minta bantuan menjaga anak atau mau minta 'bantuan' yang lain sih?" "Dua-duanya Sayang.." Rayhan tersenyum dan mengecup pipi Mia kemudian mengecup pipi Hasan dan Husein. Mereka kembali berenang dengan riang. Rayhan dan Mia bergantian menjaga Hasan Dan Husien. Sesekali Rayhan mendekati Mia dari belakang dan memberikan banyak kecupa sayang. "Sayang... sepertinya mereka telah kelelahan. Kau tidurkan mereka. Aku menunggumu di dalam kamar." Rayhan menaikkan Hasan dan Husein ke tepian kolam renang. Rayhan meletakkan kedua telapak tangannya di tepian kolam renang. Dia menaikan tubuhnya. Terlihatlah kontraksi otot lengan dan punggungnya. Mia tersenyum memperhatikan keindahan tubuh suaminya. Tubuh Rayhan bukanlah seperti para para atlit binaragawan yang seluruh otot tubuhnya terbentuk sempurna dan besar. Tapi dengan sedikit otot yang terbentuk, begitu pas untuknya. Rayhan berdiri di tepian kolam renang. Dia mengulurkan tangannya untuk Mia. "Sayang.. kau dengar? Aku menunggumu di kamar" "Iya.." Mia tersenyum penuh arti. Mia memandangi suaminya dari dalam air. Rayhan tidak memiliki otot perut membentuk enam bagian yang tercetak jelas. Namun enam bagian itu tergambar sangat tipis menghiasi perutnya yang rata. Mia menelan air liurnya. Rayhan mengerti arti tatapan 'liar' yang Mia berikan ke seluruh tubuhnya. Rayhan menarik tubuh Mia dengan kuat. Ketika Mia telah naik ke tepian. Rayhan mengecup ringan bibir istrinya dan memeluknya dengan erat. "Aku sangat mencintaimu Sayang. Apa pun yang terjadi, aku tidak akan pernah melepaskanmu." Rayhan tersenyum menatap lekat wajah istrinya. Tentu saja dia tidak akan pernah melepaskan sesuatu yang sangat berharga baginya. Seseorang yang dia nantikan begitu lama. Mia menyentuh pipi suaminya penuh cinta. "Aku pun sangat mencintaimu." "Berjanjilah kau tidak akan pernah meninggalkanku apa pun yang terjadi!" Nada suara Rayhan begitu sarat makna. "Aku berjanji." Mia menganggukkan kepala kemudian dia meraih tangan Hasan dan Husien, lalu menuntun mereka berdua masuk ke dalam rumah. Mia masuk ke dalam kamar Hasan dan Husein lalu memandikan mereka. "Senang Nak berenangnya?" Mia tersenyum dan mengecup pipi gembul kedua putranya. Terasa sangat nikmat saat bibirnya menyentuh pipi mereka yang terasa kenyal. "Iya.." Hasan mengangguk dan tersenyum lebar. Terlihat gigi susunya yang tersusun rapi. Meski belum tumbuh semua. "Husein senang?" Mia mengalihkan pandangannya kepada Husein. Husein tersenyum dan menganguk dengan cepat. lesung pipit terlihat jelas di kedua pipinya. "Setelah mandi tidur dulu ya Nak.." Mia menyiramkan air ke tubuh mereka berdua. Hasan dan Husein menganguk pelan. Mata mereka berdua terlihat sayu. Kedua anak itu merasa kelelahan namun mereka sangat bahagia. "Nak, tolong mintakan papa untuk mengambilkan bunda handuk ya.." Mia berkata kepada Hasan setelah dia selesai memakainkan baju kepadanya. Hasan lebih pandai bicara daripada Husein. Hasan mengagguk. Dia berlari menuju kamar Mia dan Rayhan. "Pa.. nduk nda.." Matanya mengerjap-ngerjap pada Rayhan yang baru selesai mandi. Masih terlilit handuk pada pinggangnya. "Handuk bunda?" Rayhan memastikan perkataan putranya. "Iya..," Hasan mengangguk, "nduk nda" Hasan menunjuk handuk yang terlilit di pinggang Rayhan. "Oh iya.. wah pintarnya anak papa" Rayhan menggendong Hasan dan menciuminya dengan gemas. Rayhan mengambil handuk untuk Mia, tidak lupa dia mengambilkanya baju dan celana serta pakaian dalam untuknya. "Sekarang kita antarkan handuk dan baju bunda" Rayhan kembali menciumi Hasan dengan gemas. Hasan mendorong wajah Rayhan dengan kuat. Rayhan memperhatikan raut wajah Hasan yang mengekerut. "Sakit Nak?" Rayhan tertawa. Hasan mengangguk. Misai tipis Rayhan yang berada di bawah hidung dan rahangnya menggesek kulit Hasan yang lembut. "Maafkan papa" Rayhan mengigit pipi Hasan dengan pelan. Hasan tersenyum. Dia sangat tampan. Mereka berdua tiba di dalam kamar. Hasan segera turun dari gendongan Rayhan dan bermain dengan Husein. "Mia.." Rayhan mengetuk pintu kamar mandi. Mia membukanya dan mengulurkan tangan, mengambil pakain dan handuk yang dibawa Rayhan. Sambil menunggu Mia selesai mandi, Rayhan mengajak kedua putra mereka bermain. Mereka tertawa riang, Hasan menaiki pundak Rayhan, sementara Husein menggantung di pudak ayahnya. "Nah.. bunda sudah selesai mandinya. Sekarang kalian tidur ya.." "Iya.." Mereka berdua mengangguk dan menjawab secara bersamaan. "Cium papa dulu.." Rayhan menyurungkan pipinya kepada mereka bedua. Dia kembali ke kamarnya. Mia berbaring di antara mereka berdua. Tidak seberapa lama, Hasan dan Husein terlelap. Mia mengecup mereka penuh cinta. "Jadialah anak-anak yang sholeh Nak.." Mia membelai kepala mereka berdua dengan lembut. Mia menutup pintu kamar anak-anaknya dengan sangat pelan. Takut membangunkan mereka berdua. Mia melangkahkan kaki menuju kamarnya. Ketika dia tiba di dalam kamar, Mia melihat Rayhan duduk di atas kasur sambil memangku laptop dengan bertelanjang d**a. Dia terlihat asik dan fokus pada layar di depannya. Rayhan mengangkat wajahnya saat merasakan kasur yang didudukinya begerak. "Sayang...kemarilah.." Rayhan melambaikan tangannya meminta Mia mendekat kepada dirinya. Rayhan membentangkan tangan. Mia menyandarkan kepala di d**a Rayhan yang bidang dan terasa begitu hangat. Mia menelusuri d**a suaminya perlahan mengunakan telapak tangannya. Lukisan yang berada di d**a Rayhan sangat indah. Entah kenapa, menurut Mia lukisan itu terlihat begitu menarik akhir-akhir ini. Padahal beberapa tahun terakhir, dia pun melihat lukisan yang sama. "Kau sedang sibuk?" Mia melihat Rayhan memperhatikan dokumen dengan deretan angka yang sangat banyak di layar laptop. "Tidak, hanya melihat laporan keuangan yang baru dikirim dari beberapa SPBU milik kita." "Bagaimana hasilnya? Apakah hasilnya bagus?" "Ya.., tetap stabil, syukurlah. Kita tetap bisa menafkahi tiga ribu anak yatim itu." "Syukurlah..., semoga Istana Yatim menjadi istana kita di surga" Mia melingkarkan tangannya ke atas perut suaminya. "Aamiin. Mudah-mudahan." Rayhan menutup laptop dan menaruhnya keatas meja nakas di sisi ranjang. Rayhan menarik dagu Mia. Melumat bibirnya dengan lembut. Desahan pelan lolos dengan mudah dari bibir mereka. Mia menarik kepala Rayhan, semakin memperdalam tautan bibir mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD