Episode 03.

2095 Words
Elena keluar dari dalam toilet.      15 (lima belas) menit kurang dengan secepat kilat ia tak mau membuat iblis itu menunggu dan berakhir dengan melanjutkan apa yang mereka lakukan semalam. Elena sangat-sangat tidak mau.      "Uwah" takjub William saat melihat Elena keluar dari dalam toilet dengan baju mandinya yang berwarna putih panjang hingga ke semata kaki.      "Cepat sekali. Kau benar-benar tidak mau melanjutkan apa yang kita lakukan semalam?!" godanya membuat Elena berdecak kesal. Elena membuang wajahnya dari William. Pria itu nampak santai terduduk seraya bersandar pada headboard ranjang tempat tidurnya.        "Keluar dari kamarku. Kau bilang aku harus cepat" Elena menatap William sinis. Sementara pria itu tersenyum remeh menatap Elena dengan tatapan rendah yang sukses membuat Elena kesal. Ia benci dengan tatapan pria itu. Tatapan merendahkan orang lain.        "Kau bisa berpakaian di sini. Aku tidak keberatan sama sekali"        Elena mendecih memandang William dengan sorot mata penuh kebencian.           "Keluar!" seru Elena memerintah. William terkekeh dengan senyum sinis menatap Elena dengan wajah angkuhnya.        Ia beringsut turun dari tempat tidur.Kedua kakinya melangkah mendekati Elena .Satu langkah William ambil untuk melangkah maju, maka satu langkah mundur Elena ambil. Terus seperti itu hingga Elena merasakan tubuh bagian belakang tubuhnya menabrak dinding kamarnya.        William sudah berada di hadapannya. Elena berbalik mencoba pergi dari hadapan William, namun pria itu langsung menahan pergerakannya dengan menaruh sebelah tangannya di depan wajahnya. Sementara sebelah tangan lainnya menarik lengan Elena hingga membuat tubuh wanita itu berputar menjadi menghadap ke arahnya.        "Menyingkir!" titah Elena membuat William tersenyum sinis. Sc udur bibirnya tersenyum miring menatap Elena.        "Sudah ku bilang padamu. Tidak ada yang bisa memerintahku"  jawab William dengan penuh penekanan.        Elena mendorong tubuh William menjauh namun pria itu langsung meraih kedua tangannya dan menahannya ke sisi kepalanya. Elena berubah panik. Wajahnya terlihat begitu ketakutan namun William tak peduli. Gairahnya terlalu besar pada wanita yang berada di kurungannya saat ini.        "Kau menggodaku sepagi ini" gumam William b*******h.        "Lepaskan aku br**g**k!!!" sedikit berteriak juga meronta untuk melepaskan dirinya dari cengkraman pria itu.        William menatapnya marah. Sorot matanya tajam dengan tatapan menghina dan merendahkan yang ia tunjukan pada Elena.William makin menghimpit tubuh Elena.Bibirnya langsung meraup bibir wanita itu dengan gairah yang bergejolak.        Elena memberontak dengan mencoba menjauhkan wajahnya dari William. Namun William tak menyerah, ia malah makin menghimpit tubuh Elena dan menekan masuk bibirnya untuk menjelajahi bibir manis itu yang membuatnya gila.        Sebuah kecupan yang berganti menjadi lumatan dan hisapan yang membuat William merasa ketagihan untuk terus mencumbu bibir manis gadis itu. Ini pertama kalinya ia merasa begitu ketagihan dengan seorang wanita. Rasa ingin mencumbu yang begitu besar.        Biasanya William akan melakukan seks tanpa perasaan, seolah seks hanyalah selingan dalam hidupnya. Ia bukan seorang penggila atau maniak namun Elena membuatnya merubah akan pemikiran itu.        Sebuah candu yang begitu besar. Hasrat yang menggila yang dapat ia rasakan saat menyentuh wanita itu. Hanya ciuman namun sudah mampu membuat William b*******h bukan main. Ia ingin wanita itu berada di bawahnya, di bawah kuasanya untuk menikmati segala sentuhan yang ia berikan. Elena mengerang mencoba menolak masuk lidah William yang kini semakin gencar mengeksploitasi rongga mulutnya.        Ciumannya semakin dalam dan Elena bersumpah ini pertama kali dalam hidupnya ia merasakan ciuman sekurang ajar ini dan segila ini. Cukup lama bibir mereka bertaut dengan ciuman yang semakin lama semakin panas. Elena terengah-engah dengan nafasnya yang memburu.        William melepaskan ciumannya. Tak jauh berbeda dengan Elena ia terengah-engah dengan matanya yang berkabut penuh gairah. Elena menarik nafasnya dengan rakus.        William memang gila, ia kira dia akan mati di tangan pria itu karena ciumannya yang begitu panas dan menuntut.        Elena baru saja ingin membuka suaranya dengan melempar sumpah serapahnya pada pria itu, namun William langsung membungkam mulutnya. Dan kembali memberikan ciuman panas yang tak ada bosannya ia lakukan untuk menikmati bibir manis Elena yang seakan candu untuknya.        Kedua tangan William merayap, menyelinap masuk di antara jari-jari Elena sehingga jari-jari mereka menjadi saling bertaut. William mengerang dalam ciumannya. Ini memabukan dan ia bersumpah ini pertama kalinya ia merasakan rasa senikmat ini ketika berciuman dengan seorang wanita.        Belum pernah ia merasakan begitu menikmati ciumannya dan merasa begitu b*******h dengan hal ini. Sebuah hasrat yang bergelora seakan membakar tubuhnya. William menginginkan hal lebih. Ia menginginkan Elena saat ini juga.        William menarik kedua tangan Elena, menyeret wanita itu dengan mencengkram kuat kedua tangannya ke arah tempat tidur. William membanting Elena hingga terbaring di atas ranjang nya. Dengan cepat ia menindih tubuh wanita itu agar tidak bisa kabur dari sana.        Elena meronta, tentu saja. Membuat William langsung mengikat kedua tangan wanita itu dengan dasinya yang masih tergeletak di samping bantal ranjang Elena.        Sepertinya ia lupa mengambilnya tadi malam, namun ia bersyukur karena hal itu membuatnya tak perlu repot-repot mencari sesuatu lagi untuk mengikat kedua tangan wanita itu agar tidak meronta. William kembali mencium bibir Elena dengan intens dan menggebu-gebu. Lumatan hebat yang ia berikan pada Elena membuat wanita itu mengerang frustasi.        "Aku menginginkanmu sekarang"        "jangan!!” Elena kembali meronta namun kekuatan William lebih besar darinya dan pria itu begitu gencar untuk menyentuh tubuhnya, memasukinya dan membuatnya berada dalam kuasanya. William ingin menguasai Elena.Sepenuhnya, membuat wanita itu bertekuk lutut di bawahnya.     ***          Elena menyeka air matanya. Lagi-lagi iblis itu menyetubuhinya dengan paksa. Ia beringsut bangun dari tidurnya. Melirik William yang tengah terbaring dengan mata terpejam dan nafas teraturnya yang Elena yakin ia sedang terlelap.        Elena memandangnya dengan tatapan benci. Kedua matanya mengedar mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menghantam pria itu dan membuatnya tak berdaya.        Elena ingin sekali membunuhnya atau melukainya setelah apa yang laki-laki itu perbuat padanya. Namun pergi dari rumah, dan tidak melihat pria itu lagi adalah pilihan yang cukup menggiurkan untuknya. Ia beringsut turun dan berjalan dengan langkah sepelan mungkin untuk tidak menimbulkan suara, dan membuat pria itu terbangun.          Elena berjalan menuju lemarinya. Ia mengambil potongan baju yang dibawanya dari Rumah. Memakainya secepat kilat dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.          Setelah selesai berpakaian ia keluar dari dalam kamarnya. Elena berjalan dengan mengendap-endap mencoba tak terlihat dari para pengawal dan pembantu rumah William yang kerap kali berlalu-lalang.        Akhirnya Elena berhasil keluar dari rumah megah itu. Walau tanpa dia sadari salah seorang pengawal William melihatnya pergi.   ***      "BAGAIMANA BISA KALIAN TIDAK ADA YANG MELIHATNYA KELUAR DARI SINI!!!" suara keras William menggelegar, begitu lantang dan penuh amarah.        Semua pengawal yang berada di sana tertunduk tidak berani melihat sosok pria yang kini berjalan mondar-mandir di hadapan mereka. Kemarahan terlihat dari kedua sorot matanya yang terbakar amarah.        "Sa....saya" William menghentikan langkahnya, ia berdiri membelakangi pria yang kini berucap.        "Saya melihat seorang wanita keluar dari sini. Ia terlihat mirip seperti nona Elena "        "Maafkan saya"        "Karena saya tidak yakin dan malah membiarkannya begitu saja" ia membungkuk meminta maaf atas kelalaiannya.      Tubuh William berbalik wajahnya nampak begitu menakutkan. Sorot matanya menyala dengan wajahnya yang semakin persis seperti iblis yang siap membunuh siapapun yang berada di hadapannya saat ini.        BUKK//        Hantaman keras yang ia layangkan pada sang pengawal tersebut hingga membuatnya jatuh tersungkur dengan warna pipi yang berubah membiru dan ada sedikit darah yang tercipta di sana. Tidak ada kata maaf untuk sebuah kesalahan.        "Kau di pecat. DAN SEKARANG CEPAT CARI DIA HINGGA KETEMU LALU SERET DIA KE HADAPANKU!!!" suara keras William bak pria kesetanan.        Segerombolan pengawal bergerak terburu-buru, keluar dengan langkah cepat mematuhi perintah William untuk mencari keberadaan Elena .        "Sialan kau Elena.Beraninya kau pergi dari Rumahku!!! Aku bersumpah, aku pasti akan menemukanmu dan aku akan menghukummu dengan berat karena berani pergi dariku!!!" sumpah William dalam hati.        Sangat mengerikan jika kalian melihat bagaimana ekspresi pria itu yang menggelap dengan mata yang berapi-api memancarkan rasa amarah yang begitu besar.        Bak pria kesetanan William membanting meja kaca yang berada di ruang tamu hingga terbalik dan membuat meja kaca setebal 3 cm itu pecah menjadi berkeping-keping. Semuanya terkejut bukan main. William memang tak waras, pria itu seperti orang kerasukan jika sedang marah dan saat ini pria itu semakin gila karena Elena.     ***      Elena berjalan tak kenal arah. Sebuah sendal jepit dan sweater panjang juga celana bahan hitam yang ia kenakan. Rambut coklat sebahunya ia buat menjadi kuncir kuda. Ia berlari di sebuah jalan trotoar.        Tak peduli bagaimana udara dingin menusuk-nusuk hingga menembus sampai ke dalam tulang-tulangnya. Ia memeluk dirinya sendiri. Berjalan tanpa arah, Elena tak tahu harus kemana tapi untuk kembali ke rumah William, ia tidak mau.        Ia sudah bersusah payah keluar dari sana. Ia yakin William pasti sangat marah mengetahui tentang kepergiannya. Dia dia takut jika dia harus bertemu lagi dengan pria itu. Entah apa yang akan William lakukan padanya jika pria itu berhasil menemukannya.        Membunuhnya, mengulitinya dan memotong tubuhnya menjadi potongan-potongan kecil.        Elena tak terkejut jika pria itu melakukan hal itu padanya, mengingat pria itu memang bukanlah manusia. Berhati malaikat yang memiliki kebaikan hati dan perasaan memaafkan. Pria berjiwa iblis itu begitu jahat dan kejam. Bertindak seperti binatang buas tanpa berpikir tentang rasa belas kasihan.        Melakukan hal apapun sesuai dengan apa yang menjadi keinginannya tanpa repot-repot berpikir tentang bagaimana perasaan orang lain. Ia tak segan-segan berbuat kasar atau membunuh orang yang menghalangi jalannya. Wajar bukan jika Elena menyebutnya iblis. Sikapnya memang menyerupai iblis jahat.        Elena merasakan kedua kakinya seperti akan patah. Tubuhnya bergetar hebat. Sudah berjam-jam ia berjalan tanpa arah dengan perut kosong. Entah sudah jam berapa ini. Ia belum sempat mengisi perutnya. Ia ingat ia keluar saat sore hari dan kini sudah gelap dan ia belum berhenti berjalan sejak keluar dari rumah William.        Elena tak kuat lagi. Tubuhnya hampir saja limbung jika ia tak menahan bobot tubuhnya dengan berpegangan pada tiang lampu jalanan.        Suasana malam yang cukup sepi. Elena rasa saat ini sudah jam 9 atau 10 malam. Mengingat aktifitas malam hari semakin tak terlihat. Ia mendudukan dirinya di depan salah satu Toko yang sudah tutup.        Kedua tangannya meraih lututnya. Memeluknya dengan erat. Mengusir rasa dingin yang mulai merayap masuk menyerang tubuhnya.        Ia menenggelamkan wajahnya di atas kedua lututnya. Wajahnya bergerak menyamping dan mulai memejamkan mata. Jelas sekali terlihat betapa lemahnya Elena saat ini. Tanpa ia sadari seorang pria dari dalam sebuah Cafe di sebrang jalan terus memperhatikannya tanpa henti. Tubuhnya bergerak bangkit dari sana dan menghampiri wanita itu.        Ia berjongkok memposisikan dirinya di hadapan wanita itu. Matanya yang terpejam membuat pria itu merasa tertarik untuk terus memandang wajah damainya saat tertidur. Cukup lama hingga akhirnya ia mencoba memanggil nya lembut. Merasa kasihan pada wanita itu.        "Hey... Nona kau baik-baik saja?" Suara itu membuat Elena bergerak gelisah dalam tidur singkatnya.        Ia membuka matanya dan menolehkan wajahnya ke sumber suara. Mendapati seorang pria berkemeja hitam dengan celana bahan berwarna senada. Pria itu berambut pirang. Bibirnya tersenyum dengan begitu manis.        Kedua matanya menyipit seperti bulan sabit. Dan anehnya terlihat seperti William, namun lebih seperti malaikat di bandingkan pria itu yang nampak seperti iblis jahat.        "Kau baik-baik saja nona?" tanya nya lagi membuat kedua mata Elena mengerjap menatapnya. Elena mengangguk menjawab pertanyaan pria itu.        Pria itu tergerak membuka jasnya dan menyampirkannya pada tubuh wanita itu. Wanita yang baru saja di temuinya namun sukses menarik perhatiannya.        "uh" Elena terkejut atas perlakuan yang ia terima. Ia baru mengenal pria itu beberapa detik yang lalu belum sampai satu menit, dan dia diperlakukan seperti seseorang yang sudah di kenalnya sejak lama.        "Jangan takut. Aku bukan orang jahat. Namaku  Ethan Gabrian. Siapa namamu? Dan kenapa kau berada di sini?" Ethan mengulurkan tangannya pada Elena. Elena hanya menatap tangan, ia terlihat ragu.        Ia beralih menatap Ethan seolah sedang menilai bagaimana pria itu. Namun ia tak melihat tingkah aneh yang pria itu tunjukan. Dengan ragu ia menyambut tangan Ethan membuat Ethan tersenyum tertahan. "Elena Austin"        Salahkah Elena tak mengubah nama belakangnya saat berkenalan dengan seorang pria asing. Elena tak menyesal, toh ia benci jika harus dipanggil dengan nama William.        Elena tersentak kaget saat suara cacing di perutnya berteriak minta di isi. Ethan terkekeh geli mendengarnya. Ia bangkit berdiri dan membuat Elena mendongkak memandangnya.        "Tunggu di sini aku akan segera kembali"        Pipi Elena merona. Ia sedikit menggigit bibir bawahnya merasa malu. Ethan melangkah pergi meninggalkan Elena. Elena terkekeh kecil atas suara perutnya yang terdengar begitu memalukan.        Baru saja Elena terkekeh kini tawanya terhenti saat sebuah Audi hitam berhenti tepat di hadapannya.        Mendadak Elena berubah takut, dia tahu siapa mereka. Seorang pria berpakaian serba hitam keluar dari dalam mobil. Sebanyak 3 (tiga) orang pria kini berdiri di hadapan Elena. Berbicara dengan nada sopan. "Mr. Willy menyuruh kami membawa nona pulang"        "aku tidak mau!” tolak Elena. Gadis itu berdiri lalu bergerak mundur untuk menjauh dari pria-pria itu.        "Maafkan kami nona. Kami harus membawa anda walau dengan menggunakan kekerasan itu perintah Mr. Willy"        "jangan!” Ketiga orang itu menarik kedua lengan Elena, membawa Elena hingga menyeret paksa ia ke dalam mobil. Ethan melihatnya. Ia berlari untuk menghampiri, bermaksud untuk menolong wanita itu.        BRRMM//        Ethan menghentikan laju larinya. Mobil itu sudah melaju pergi meninggalkannya.        "Siapa mereka?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD