ANTARIKSA 1 || KAPTEN JUPITER

1920 Words
Bel istirahat sekolah berbunyi nyaring, anak-anak yang memang sudah tidak betah di dalam kelas langsung berebut untuk cepat keluar dari sana. Mereka ibarat para tahanan yang langsung ngacir saat melihat pintu jeruji besi terbuka lebar tanpa ada penjaga. Begitulah kehidupan sekolah, ada hal yang menyenangkan namun ada juga yang menyebalkan. Ketiga siswa dengan penampilan urakan keluar dari ruang kelas XII IPA 2 berjalan menuju kursi panjang di dekat jendela kelas mereka. Baju putih yang tidak dimasukan serta ada yang dasinya disampirkan ke bahu, ada juga yang diikat di kepalanya menambah kesan anak nakal. "Kapten kemana nih?" Revan Adijaya, salah satu dari ketiganya yang berperawakan atletis serta memiliki paras paling tampan diantara mereka. Dengan paras seperti seorang model itu, tidak susah baginya menjadi playboy jaman now. "Tau dah! Lagi nyusu kali sama pacar gelapnya haha..." Ucup Santosa, lelaki paling kocak dan aneh dari mereka bertiga. Asli keturunan Jawa Cilacap membuat gaya bicaranya yang sedikit ngapak terkadang menjadi sebuah lelucon. Dia tidak begitu tampan tapi masih lumayan untuk dijadikan teman pergi kondangan. Badannya kurus walau tidak kerempeng banget. "Lo kalo kapten tau bisa kena tonjok lo Cup!" Bimo Setiawan, siswa berambut ikal itu memiliki kulit cokelat yang eksotis. Dia keturunan Ambon yang tumbuh besar di Jakarta karena sang Ayah yang asli sana. Tampang bisa dibilang satu tingkat dibawah Revan. Hidungnya yang lumayan mancung dengan kulit eksotis itu jadi daya tarik sendiri bagi lelaki itu. "Lah emang iya. Kapten itu tiada hari tanpa ketemu sama pacar gelapnya. Berani taruhan gak kalo kapten emang lagi ketemuan sama pacarnya?" tantang Ucup. "Ah taik lo! Udah jelas lo menanglah, itu udah kebiasaan si kapten." jawab Revan. "Mau ditunggu atau langsung tempat mamake nih? Gue udah laper stadium terakhir soalnya!" asal Bimo. "Lagu lo stadium terakhir. Gue doain cepet mampus lo!" jawab Revan. "Astaganaga itu mulut gak ada filternya kah kaka? Jahat sekali kau kalau bicara." "Iki piye iki piye iki piye.... Nyong wis kencot kie lah!" "Cup! Kalo ngomong jangan pake bahasa planet, gak ada yang ngerti kecuali lo sama Tuhan yang tau disini!" "Yaelah Van! Kata orang ngapak nih, 'ora ngapak kue ora kepenak!'  artinya gak ngapak itu gak enak." jawab Ucup membusungkan dadanya bangga. "Iya tapi tau tempat taik! Gue sama Bimo mana tau! Si Bimo tuh taunya kaka kaka sama mama mama, lah lo inyong inyongan! Kalian ngomong apa juga gue disini yang paling normal ya pasti gak tau. Udah makanya pake bahasa Indonesa aja yang baik dan benar!" "Itulah enaknya punya temen dari berbagai pulau Van! Lo kan jadi ngerti sedikit-sedikit bahasa mereka." jawab Bimo. "Iya tapi lama-lama dengar kalian ngoceh bikin kepala gue mau meledak! Udah ini mau nunggu Kapten atau gimana?!" "Eh itu Kapten sama wayang dateng!" ujar Ucup melihat ke arah kirinya. Kedua siswa dengan penampilan yang hampir sama dengan Revan, Ucup dan Bimo berjalan melewati lorong dari arah kiri mereka bertiga. Kedua siswa itu bagaikan seorang dewa kegelapan. Tampan, atletis, tinggi, berkulit putih, dengan gayanya yang keren, tidak salah kalau mereka disebut seorang dewa. Sayangnya kelakuan mereka yang nakal dan urakan membuat kata kegelapan menjadi buntut dari kata sang dewa, dan menjadi dewa kegelapan. "Lama bener Kap? Nih si Bimo udah laper stadium akhir katanya. Bentar lagi mati nih!" ujar Ucup. "Mulut lo taik!" kesal Bimo. "Nih bocah satu buat ulah lagi! Bu Dendy sampai nangis dikerjain sama dia." Kalau yang bersuara kali ini adalah Raden Yudhistira Cakraningrat, memiliki Ibu asli dari Yogyakarta serta Ayah kandung yang juga keturunan bangsawan asli Jogja membuat namanya khas berbau Jawa. Ketika dia berumur 3 tahun, Ayahnya meninggal dunia lalu sang Ibu pergi ke kota Jakarta dan bekerja disini. Saat Yudhis berusia 5 tahun, Ibunya kembali menikah dengan seorang pengusaha sukses. Sejak saat itu Yudhis tinggal di Jakarta dan tidak terlalu mengenal bahasa Jawa seperti ibunya ataupun Ayah kandungnya. Walau dia lahir di Jogja tetapi dia tumbuh besar di kota besar Jakarta. "Diapain Bu Dendy Yud?" tanya Revan penasaran. "Cerita di tempat mamake aja yuk! Laper..." ujar Ucup. "Kok bisa sampai nangis Bu Dendy?" tanya Bimo menghiraukan perkataan Ucup. "Ya gila aja, meja guru ditaruh kecoa sama dia. Kelas jadi rame dan bubar! Gue sama dia pergi ke kantin tapi malah ketangkep sama siapa lagi kalo bukan pacar gelapnya, Bu Rahayu! "Mamake yuk...." "Gila lu Kap! Parah! Kapan-kapan gue coba juga deh di kelas." ujar Revan. "Ngantuk gue dengerin tuh guru ngomong! Dia kalo ngomong tuh kaya lagi nina boboin gue, pelan banget kaya becak! Mending ke kantin perut gue kenyang." Antariksa Sabhara, Siswa yang sedari tadi di panggil dengan sebutan Kapten. Ketua geng dari Jupiter, pelindung SMA Merah Putih. Revam, Bimo, Ucup dan Yudhis adalah bagian dari Geng Jupiter. Geng yang sering bentrok dengan anak-anak SMA Pancasila, yang juga dipimpin oleh Panca Nugroho ketua Geng Phoenix. "MAMAKE YOOOKKKK!! ASTAGA UCUP DI KACANGIN!! MASUK ANGIN NIH GUE LAMA-LAMA DISINI GEGARA KELAPERAN!" Teriak Ucup. "Haha... Aduduh kasian Ucup ucup ucup. Jangan nangis lo." sahut Bimo. "Auk ah gelap!" "Lampunya nyalain kalo gelap!" ujar Antariksa. "KAAAP...." Antariksa terkekeh lalu pergi diikuti yang lain menuju kantin mamake warung di jalanan sebelah sekolah. Mereka sering sekali pergi ke kantin mamake baik saat istirahat ataupun membolos pelajaran. Di setiap lorong sekolah, banyak anak-anak yang juga anggota Jupiter menyapa mereka. Di Jupiter mereka adalah semacam petinggi yang memiliki peran paling penting. Mereka yang menjadi pengurus paling aktif di kelompok itu, dan anggota Jupiter lain sering menyebut mereka dengan panggilan petinggi Jupiter. "Mak mie goreng lima porsi! Cepet ya mak laperr nih..." ujar Ucup saat sampai di warung mamake. "Siap Cup..." jawab mamake. Atar dan yang lainnya duduk di bangku meja depan. Jalanan disitu termasuk sepi dari kendaraan bermotor maupun mobil. Warung mamake adalah warung dipojok jalan yang dekat dengan lapangan basket kosong. Disana tempatnya sangat asri dan sejuk karena banyak pepohonan yang di tanam di pinggir jalan. "Panca hubungi lo lagi gak?" tanya Yudhis. "Untuk saat ini sih gak. Kita liat aja besok, walaupun kita udah babat habis Phoenix kemarin tapi sifat serakah dan gak mau kalahnya Panca udah pasti dia bakal tantang Jupiter lagi." jawab Antariksa. "Atar bener! Udah jadi obsesinya Panca buat bikin Jupiter kalah dan bubar. Sayangnya obsesinya itu gak akan pernah terwujud!" ujar Revan. "Kalo untuk bikin kita bubar bukan cuma Panca yang mau. Masih ada Ragavar dari SMA Kencana yang juga mau bikin kita bubar. Kita jangan terfokus sama satu musuh doang, walaupun Ragavar masih dibawah Phoenix tapi kita masih harus waspada." sahut Yudhis. "Yudhis bener! Ragavar semakin berkembang sekarang. Anggotanya juga semakin bertambah banyak. Sepupu gue yang disana juga cerita kalo Ragavar udah ganti pemimpin dan mereka makin banyak rekrut anggota tahun ini." ujar Bimo. "Kita terlalu fokus sama Phoenix sampai perkembangan Ragavar gak kita perhatiin." sahut Ucup. "Gue akan cari tau soal pemimpin baru Ragavar. Kalian kasih tau anak-anak Jupiter lain buat siap-siap kalo sewaktu-waktu Ragavar ataupun Phoenix serang kita lagi." perintah Antariksa. Teman-teman Atar mengangguk setuju dengan perkataannya. Apa yang dikatakan oleh Antariksa memang benar. Kalau mereka tidak bersiap dari sekarang, maka kemungkinan Jupiter bisa kalah dan hancur. "Mie datang aden-aden...." ujar mamake membawa baki berisi lima piring mie goreng. "Makasih mak!" jawab kelimanya. "Itu Galang kan? Dia kayanya mau kesini Tar..." ujar Revan menghentikan suapan Ucup yang sudah ada di depan mulutnya. Antariksa, Yudhis, Ucup dan Bimo mendongak melihat Galang salah satu anggota Jupiter datang mendekati mereka. Atar menatap Galang dengan ekspresi datarnya. "Ada apa?" tanya Antariksa langsung. "Kenzo berulah! Dia ternyata salah satu mata-matanya Panca. Gue dapet info dari pacarnya sendiri." "Waterboom!! Gila tuh bocah! Masih bau kencur aja udah berani macem-macem sama Jupiter!" ujar Ucup membanting garpunya ke meja. "Maksud lo dia pengkhianat?" tanya Yudhis. "Iya! Dia mau balas dendam ke kalian karena ternyata Kenzo dulu pernah di bully sama kalian waktu kelas sepuluh. Sejak saat itu dia berusaha mati-matian buat masuk Jupiter dan berhasil. Dia ingin Jupiter hancur makanya dia gabung jadi anak buahnya Panca." ujar Galang. "Dimana dia?! Gue habisin tuh anak!!" jawab Antariksa dengan tenang tetapi tajam. Revan, Bimo dan Yudhis berdiri mengikuti Antariksa yang sudah berjalan mendahului mereka. Sementara Ucup masih menatap mie dengan wajah nelangsa. "Cup cepetan!!" panggil Bimo. "Satu suap aja yah Bim?" "Kepala lo mau gue timpuk sama sepatu?! Urgent nih, makannya ntar aja!" "Perasaan yang stadium akhir tadi lo, kenapa jadi gue yang sekarat..?" jawab Ucup nelangsa. "Udah ayo taik!" "Mak jagain mie ucup! Pokoknya jangan sampe digondol serigala berbulu domba! Jagain ya mak..." teriak Ucup. "Iya den tenang aja!" Ucup bergegas berdiri menyusul Bimo yang menunggunya. Sementara Antariksa sudah sampai di lorong kelas Kenzo. Dilihatnya siswa yang dicari Atar sedang duduk di atas meja dengan kaki berpangku pada kursi dan menghadap ke belakang tengah bercanda gurau dengan anak-anak yang Atar tau adalah anggota Jupiter juga. Antariksa masuk ke dalam kelas yang tadinya ramai berubah menjadi seperti di kuburan dalam seketika. Semua anak yang ada disana menatap Atar dengan gelisah, takut kalau merekalah yang diincar. "Atar...." ujar Doni salah satu teman Kenzo. Semua temannya menatap Sang Kapten yang mendekat ke arah mereka. Kenzo menoleh ke arah belakang dan tiba-tiba badannya langsung terjatuh dari meja membentur kursi di bawahnya. Lelaki itu meringis menahan sakit karena benturan itu. "s**t! Apa ini tar?" tanya Kenzo kesal. "Gue gak terima pengkhianat masuk ke dalam Jupiter!! Dasar b*****g b******k! Kalo lo mau balas dendam langsung tantang gue, datengin gue! Bukan jadi pengecut kaya gini!! Lo pikir bisa lolos dari gue dan anak-anak Jupiter lain setelah ketahuan lo jadi mata-mata Panca?!" bentak Antariksa sambil mencengkram leher Kenzo. Kenzo tidak mampu berbicara lagi, wajahnya pucat pasi mendengar bentakan Antariksa. Tidak butuh waktu lama, tinju milik Atar melayang lagi ke wajah Kenzo. Kali ini pukulannya beruntun membuat Kenzo tidak mampu melawannya karena setiap tinju milik Atar membuat kesadarannya semakin menipis. Darah segar mulai keluar dari hidung dan sudut bibir Kenzo. Antariksa masih dengan kegiatannya membungkuk dengan Kenzo yang terbaring di lantai. Dengan sedikit kekuatan, kedua kaki Kenzo menendang perut Antariksa hingga membentur dinding di belakangnya. "b******n!!" desis Antariksa. Yudhis maju menahan Antariksa yang sudah mau menyerang Kenzo lagi. Atar masih berontak dari cengkraman Yudhis yang menahannya. Revan dan Bimo juga ikut memegang kedua tangan Atar, sementara Ucup sudah menggelesor di lantai memeluk salah satu kaki Antariksa dengan meringis konyol. "Udah Tar! Cukup! Jangan disini!" ujar Yudhis. "GUE HABISIN LO b*****g!! b******n!!" bentak Antariksa. "Sadar Kap sadar.... Astagfirullah! Keluarkan setan dalam diri Kapten ya Allah." ujar Ucup. "ADA APA INI?!! KALIAN LAGI KALIAN LAGI!! IKUT SAYA KE RUANG BK!!" Teriakan menggelegar itu berasal dari arah pintu yang tertutup oleh badan seorang guru laki-laki berkumis seperti lele. Pak Yayan, guru BK killer yang selalu ditakuti anak-anak lain. Lelaki itu hampir sama seperti Bu Rahayu yang juga guru BK sekaligus fisika. "Pawangnya dateng tuh huft...." ujar Ucup sambil berdiri. "Kalian bawa Kenzo ke UKS dan obati dia!" Ujar Pak Yayan. "Baik Pak!" jawab ketua kelas disana. "Dan kalian!! Ikut saya ke ruang BK!!" bentak Pak Yayan. "Tuh kan! Lo sih Kap di bilangin gak percaya! Sorry Kap, mie gue udah nunggu kasian kalo dianggurin!" ujar Ucup hendak pergi. Antariksa dan yang lainnya melotot melihat Ucup yang sudah mau melangkah melewati Pak Yayan. "Permisi Pak! Saya mau keluar hehe..." Belum sempat melangkah lagi, telinga kanan Ucup sudah ditarik oleh Pak Yayan membuat si punya telinga meringis kesakitan "Pak Pak Pak!! Sakit sakit... Lepasin dong Pak. Bapak ganteng deh...." "Mau kemana kamu hah?!" "Mau ke tempat Mamake Pak." "Mamake Mamake! Pergi ke ruang BK sekarang!!" bentak Pak Yayan lalu pergi. "Sukurin! Makan mulu!" sahut Bimo. Ucup hanya bisa cemberut mengelus telinganya yang memerah. Dengan gontainya dia berjalan mengikuti yang lain pergi ke ruang BK. "Alamat mie gue melar jadi kerak nih...." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD