ANTARIKSA 2 || JUS ALPUKAT

1634 Words
Antariksa dan teman-temannya hanya terdiam mendengar ocehan yang keluar dari mulut Pak Yayan. Mereka tidak beruntung tidak ada Bu Rahayu karena guru itu sedang mengajar. Setidaknya kalau dengan Guru itu maka mereka hanya akan diceramahi dan duduk di ruang BK sepanjang hari. Lain halnya jika dengan Pak Yayan, Guru berkumis satu itu lebih suka menyiksa muridnya dengan tindakan daripada cemoohan.  Pernah waktu itu Antariksa, Yudhis dan Revan ketahuan membolos dari kelas dan berakhir dengan lari keliling 20 putaran di lapangan. Ada lagi saat Antariksa terlambat masuk sekolah dan dihukum berdiri depan tiang bendera sampai 5 jam, padahal saat itu matahari sedang terik sekali.  "Mau berapa kali sekarang kalian?" tanya Pak Yayan s***s membuat Ucup dan Bimo meringis.  "Tiga aja deh Pak! Jangan jahat-jahat sama murid Pak... Apalagi yang gantengnya kaya saya." jawab Antariksa asal.  "Oke!" "Laaahhhh...." jawab mereka serempak bingung.  Revan, Bimo dan Ucup saling pandang satu sama lain. Bagaimana Pak Yayan si kumis lele bisa begitu mudah menyetujui usul Antariksa?  "Tumben Bapak baik? Biasanya aja selalu bikin kita mengap-mengap." sahut Revan.  "Hus... Guru lagi baik dipertanyakan! Sebenarnya saya udah tau dari dulu kalo bapak itu orang baik. Anak-anak aja itu yang suka salah arti, iya kan Pak? Bapak tambah ganteng deh kalo kaya gini... Benerkan Bim?" ujar Ucup. "Hah? Oh iya Pak... Apalagi ditambah kumis lele Bapak itu loh Pak! Bikin para wanita terpesonahhhh....." "Yoi banget bray!" sahut Ucup melakukan tos dengan Bimo.  Antariksa, Yudhis serta Revan meringis melihat kelakuan kedua temannya yang gila itu. Sudah terlihat sekali dari wajah Pak Yayan yang murka tetapi mereka berdua masih aja ngoceh kaya burung beo.  "Terima kasih Ucup dan Bimo atas pujiannya! Sekarang kalian bisa lari 3 kali keliling SEKOLAH INI DARI LUAR!!"  Ucapan Pak Yayan menggelegar di akhir membuat Ucup sampai terjungkal ke sofa. Hal ini sudah bisa ditebak oleh Yudhistira yang hanya menghela nafas kesal. Lari keliling sekolah? Yang benar saja! Itu artinya memutari panjang dan lebarnya sekolah itu. Ditambah lagi dengan perkampungan dekat sekolah yang akan menambah jarak untuk mengelilingi sekolah.  "Pak Yayan!! Yang Bapak lakukan ini.... Jahat!! Masa keliling sekolah Pak! Sama kaya lari marathon dong Paakk." ujar Ucup nelangsa.  "Jangan keliling sekolah deh Pak! Keliling lapangan aja ya Pak? Kaya biasa juga gapapa deh Pak. Dua puluh kan? Ayo cabut ke lapangan cepetan!" ujar Antariksa menyuruh temannya berdiri.  Melihat tidak ada bantahan dari Pak Yayan, akhirnya mereka keluar dan benar-benar melakukan lari 20 kali mengelilingi lapangan. Tidak ada cara lain lagi karena lebih baik daripada harus mengelilingi sekolah yang besarnya seperti Istana Merdeka.  ***** Selang dua hari setelah kejadian itu, baik Antariksa maupun temannya yang lain tidak berubah sama sekali. Tetap pembuat onar dan semakin rusuh karena insiden Kenzo. Setelah hari itu, adik kelas dari Antariksa itu langsung dikeluarkan dari Jupiter dengan cara yang cukup s***s. Setiap anggota yang ingin keluar atau dikeluarkan maka dia harus dipukuli terlebih dahulu sampai babak belur. Baru setelah itu mereka dinyatakan bebas dari anggota Jupiter.  Begitu juga dengan Kenzo, lelaki malang itu dipukuli oleh petinggi Jupiter, siapa lagi kalau bukan Revan, Bimo, Ucup dan Yudhis. Walaupun Antariksa sudah membuatnya babak belur namun itu belum lengkap karena petinggi lainnya belum ikut memukulinya. Setelah hari itu, besoknya Kenzo tidak masuk sekolah yang mungkin karena dia yang luka-luka dan lebam disekujur tubuh. Hari ini saja saat Kenzo masuk, luka dan lebam di wajahnya telihat membiru bengkak tidak berbentuk.  Orang tua Kenzo tidak akan berani bertindak karena anaknya sendiri juga mungkin sering pulang dalam keadaan seperti itu. Hal yang lumrah jika anak Jupiter sering pulang dalam keadaan bonyok karena bentrok yang sering terjadi dengan sekolah lain.  "Tar, liat siapa yang dateng!" ujar Revan.  Saat ini mereka tengah berada di meja belakang kantin sekolah. Revan tengah duduk diatas meja mengahadap pintu kantin. Sementara Ucup dan Bimo sibuk dengan permainan konyol mereka. Antariksa duduk di kursi dengan kaki di atas meja, dan Yudhis dengan santainya memegang gitar di tangannya.  "WIDIH PECUNDANG DATENG!! SI BURUK RUPA DARI GOA HANTU!!" teriak Antariksa terkekeh.  "Pengkhianat kelas b*****g! Beraninya di belakang giliran disamperin langsung mati kutu!!"  Sekarang giliran Bimo yang berbicara lantang.  "EH SI b*****g MAU KABUR COY!! SAMPERIN CUP... SAMPERIN!!"  Mendengar perintah Antariksa, Ucup segera berdiri menghadang pintu masuk kantin dengan badannya. Dia melihat Kenzo yang menatapnya dengan wajah bengkak. Ucup bisa melihat tangan Kenzonyang terkepal dikedua sisi tubuhnya sampai gemetar. "Mau kemana cong? Gak mau makan dulu? Nanti lo kelaperan loh waktu pelajaran!" ujar Ucup.  Anak-anak yang ada di kantin terdiam di tempat masing-masing seperti patung. Tidak ada yang berani menolong Kenzo, karena itu kesalahan lelaki itu sendiri yang memancing kemarahan anggota Jupiter.  "Sini Cup bawa sini! Kasihan belum makan si b*****g, biar gue suapin! Bawa sini Cup!" ujar Antariksa. Yudhis hanya tersenyum miring tidak peduli, dia lebih memilih memetik senar gitarnya berulang-ulang membuat sebuah nada. Lengan Kenzo ditarik oleh Ucup, awalnya lelaki itu memberontak namun setelah didudukkan disebelah Atar, lelaki terdiam seperti patung dengan pandangan ke bawah.  "Bim beliin siomay cepetan! Kasihan nih b*****g udah pucet kelaperan."  Saat ini kantin benar-benar senyap, hanya ada suara petikan senar gitar milik Yudhis. Tidak ada yang peduli dengan apa yang akan dilakukan petinggi Jupiter itu pada Kenzo. Terlalu takut untuk membela dan terlalu lemah untuk melawan. Bimo kembali dengan piring terisi siomay. Dia meletakan piring itu di meja hadapan Antariksa dan Kenzo.  "Pesanan datang! Monggoh...." "Nih gue traktir lo siomay! Kurang baik apa coba gue sama mantan anggota Jupiter?" "G-gak perlu Tar! G-gue mau balik ke kelas." "Ceilah... Pake malu-malu kucing lo cong! Minta disuapin itu Tar..." celoteh Revan.  "Oh minta disuapin? Bilang dong gak usah malu-malu gitu! Sini manga, aaaa...."  Antariksa menyendokkan siomay dan memaksa Kenzo untuk memakannya, namun lelaki itu tetap diam sehingga siomay itu belepotan di wajahnya. Antariksa semakin sengaja mengoleskan ke bagian pipi Kenzo lalu menjatuhkannya ke pakaian Kenzo. Revan, Bimo dan Ucup tertawa mengejek melihat tampang Kenzo yang semakin pucat.  "b*****g udah pucet tuh Tar! Kesian bentar lagi kencing dicelana tuh...." ujar Revan. "Kenapa? Haus? Cup ambilin minum Cup!" Ucup memberikan jus jeruk miliknya pada Antariksa. Ucup tahu kalau Antariksa tidak mungkin memberikan jus itu dengan benar. Terbukti, lelaki itu justru menumpahkan minuman itu ke wajah Kenzo. Sebenarnya sudah terlihat sekali Kenzo yang sangat malu dilihat oleh semua anak-anak yang ada di kantin. "Hei...." Suara panggilan itu membuat Antariksa mendongak dan bola matanya membesar saat cairan mengalir dari atas kepalanya berwarna hijau. Bukan hanya Antariksa saja yang terkejut, teman-temannya pun sama terkejutnya. Yudhis bahkan menghentikan petikan gitarnya saat melihat Antariksa yang sudah basah oleh cairan hijau itu. "Kalian masih belum cukup buat dia malu kaya gini?! Gimana rasanya dipermaluin kaya dia? Gak enak kan? Siapa lo berhak nginjek-nginjek harga diri orang lain?! Lo pikir lo udah sempurna?!" Antariksa menatap gadis yang memegang gelas plastik yang telah kosong karena isinya telah tumpah di kepalanya. Revan yang tidak terima kaptennya diperlakukan seperti itu langsung maju mendorong gadis itu dengan keras. Tidak peduli status perempuan yang disandangnya, Revan menarik kerah baju gadis itu. "Cewe s****n! Beraninya lo ngotorin kapten gue kaya tadi! Mau gue siram pake air got lo hah?!" bentak Revan. "Kenapa?! Marah? Suruh kapten lo itu yang ngadepin gue! Gak berani karena gue cewe? Makanya anak buahnya yang ngadepin gue?!" "Atar gak perlu turun tangan buat kecoa kecil kaya lo! Dikibasin dikit aja udah mati!" bentak Revan. "Van, lepasin dia!" Antariksa melihat Revan yang enggan melepaskan cengkramannya dan masih menatap gadis itu tajam. "GUE BILANG LEPASIN!!" Bentak Atar. Revan perlahan melepaskan cengkramannya dan mundur beberapa langkah dari gadis itu. Atar berdiri menatap tajam gadis itu seperti seekor singa yang ingin menerkam mangsanya. Gadis itu melangkah mundur satu langkah merasakan keraguan saat Atar semakin dekat dengannya. "Kenapa mundur? Bukannya lo tadi yang minta gue langsung ngadepin lo?" tanya Atar dingin. "L-lo... Harusnya gak boleh kelewatan gitu sama dia! Lo gak kasian dia direndahin depan anak-anak lain? Dia udah babak belur gitu dan lo masih aja ngejek dia?" "Lo gak tau kesalahan apa yang dia lakuin kan?!" "Apapun kesalahannya, lo gak bisa nginjek harga dirinya kaya gitu didepan yang lainnya! Kenapa lo gak maafin dia aja sih?" "Maaf...? Apa maaf bisa selesain masalah?" "Iya!" "Oke.. Kita umpamain lo minta maaf ke gue karena jus alpukat di atas kepala gue ini, terus apa dengan kata maaf itu bisa buat baju dan rambut gue gak kotor lagi?!" "Eng-enggak sih! Tapi seenggaknya maaf itu sebagai bukti penyesalan seseorang kan?" "LO PIKIR PENYESALAN LO BISA BUAT GUE BERSIH LAGI?!" bentak Antariksa. Gadis itu terdiam dengan tangan yang gemetar. Tatapan mata Atar seakan membuatnya kehilangan keberanian dalam sekejap. Bibirnya seakam beku karena takut mengeluarkan kata-kata yang salah dan membuat lelaki itu tambah marah. "Atar... Maafin temen gue yah! Dia emang rada b**o orangnya. Sen minta maaf sama Atar sekarang!" Salah seorang siswi mendatangi Antariksa yang mulai emosi karena perkataan gadis di hadapannya. "Gue gak salah Jun! Dia aja yang kelewatan gitu gak minta maaf sama Kenzo! Kenapa gue harus minta maaf?!" "Lo tuh keras kepala banget sih!" Antariksa mengepalkan tangannya gatal ingin melayangkan pukulannya pada gadis di depannya. Bahkan saat dia terpojok dan ketakutan masih saja angkuh. "Kalo dia mau gue minta maaf, berarti dia juga harus minta maaf ke Kenzo. Kalo gak, gue juga gak akan minta maaf!" Atar melayangkan kepalannya ke wajah gadis itu. Gadis tadi hanya bisa menutup matanya menanti rasa sakit yang akan menyerang. Namun beberapa detik berlalu, tidak ada apapun mengenai wajahnya. Perlahan matanya terbuka dan melihat tangan Atar berhenti di depan hidungnya. "Beruntung lo cewe, karena gue gak mau jadi b*****g kaya dia!" ujar Atar melirik Kenzo. Antariksa melangkah melewati gadis yang masih terdiam karena shock diikuti oleh yang lainnya sambil menatap tajam ke gadis itu. Langkahnya terhenti di depan pintu kantin lalu membalikkan badannya memandang punggung gadis tadi. "Lo tunggu pembalasan gue, Senjana Ratulangi." Senjana melotot mendengar Antariksa memanggil nama lengkapnya. Seketika tangannya menutup nama di d**a bagian kanannya. Untuk pertama kali dia menyesal memasang nama di pakaian sekolahnya.  TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD