bc

Dua Hati Satu Jiwa

book_age16+
279
FOLLOW
1.9K
READ
HE
heir/heiress
blue collar
sweet
like
intro-logo
Blurb

Kirana terluka karena merasa dikhianati oleh Rayyan pacarnya, dan Kania, kakak angkatnya, yang sebelumnya disayangnya serasa saudara kandung. Ia juga merasa dianaktirikan oleh mama yang menurutnya lebih membela Kania.

Kirana memilih hidup menjauhi dua wanita yang dulu paling disayanginya. Hingga suatu saat ia bertemu seseorang yang berhasil mencuri hatinya dan membantu menyembuhkan luka hatinya.

Upaya penyembuhan berhasil membuat Kirana berdamai dengan dirinya dan memaafkan. Ditambah lagi dengan kejadian yang memaksa Kirana benar-benar menanggalkan egonya.

Di tengah perjuangannya meyakinkan perasaannya terhadap lelaki yang yang membuatnya jatuh hati, Kirana juga dihadapkan pada peristiwa lain yang membuka rahasia masa lalu keluarganya yang sudah lama terpendam.

chap-preview
Free preview
Teringat
Pintu ruang kerja Kirana tiba-tiba terbuka. ”Kirana!” seru Alex. Lelaki itu, sudah tidak sopan masuk tanpa mengetuk pintu, berteriak pula. Kirana yang sebelumnya sedang larut dalam lamunannya, kaget dengan kedatangan Alex yang tiba-tiba. Ia tergagap namun cepat menghapus air mata yang menggenangi pipinya. Sungguh ia tidak ingin Alex, rekan kerjanya, melihatnya dalam kondisi begini. Tapi terlambat. Laki-laki bertubuh tinggi itu menatapnya dengan tanda tanya yang jelas tergambar di wajahnya. "Kamu kenapa?" Pelan dan hati-hati Alex maju dan duduk di seberang meja Kirana. ”Aku nggak apa-apa.” Kirana tersenyum sambil menyeka mata dan hidungnya dengan tisu. ”Yakin?” ”Iya. Aku cuma sedih karena ingat almarhum papa tadi.” ”Beneran?” ”Benarlah!” Kirana memang jujur. Sebelum Alex datang tadi, ia sedang teringat papanya yang sudah lama meninggal. ”Al Fatihah buat papa,” ucap Alex spontan. Ucapan Alex membuat Kirana tertegun dan merasa malu. Astaga, sudah berapa lama ia tidak mendoakan papanya? Sekejap ia merasa sangat bersalah. Jangankan mendoakan, ibadah saja ia sering lalai. ”Yah, malah bikin jadi tambah sedih... Maaf ya,” sesal Alex ”Eh, ngga kok!” elak Kirana. ”Aku cuma jadi ingat... Sudah lama ngga ke makam papa.” ”Nggak perlu ke makamnya kan kalau mendoakan?” Alex tersenyum. ”Oke! Ada yang bisa dibantukah?” Kirana menutup percakapan yang lama-lama tidak membuatnya nyaman. ”Ada dong!” jawab Alex semangat. ”Apa?” ”Materi wedding?! Kamu janji mau bantu review?” Kirana terkejut dan langsung melihat layar laptopnya. Ya ampun! Dia ternyata baru membuka slide kedua dari 53 slides file presentasi yang dikirimkan Alex sebelum larut dalam lamunan tadi. ”Hmm... bisa kasi waktu setengah jam lagi?” Kirana memohon. ”Belum selesai?!” Suara Alex meninggi. ”Aku kirim filenya sudah dua jam yang lalu, Ki!” ”Sorry! Aku sibuk tadi.” ”Aduh! Padahal, meetingnya setengah jam lagi!... Aduh Ki... Tahu kan yang punya acara siapa? Bu Melissa loh ini, Ki!” Kirana mendadak cemas. Bu Melissa itu klien langganan perusahaan Event Organizernya tempatnya dan Alex bekerja. Pernikahan anak tertuanya dan beberapa kegiatan kantornya dipercayakan kepada EO mereka. Masalahnya, walaupun beliau bisa dikatakan pelanggan, namun sikap detail dan perfectionisnya kerap menyulitkan Kirana dan rekan-rekannya dalam melaksanakan tugasnya. Pembawaan anggun, tegas dan jarang senyum seperti aristokrat dalam rapat-rapat persiapan bisa membuat Alex yang sudah pengalaman menangani ratusan acara pernikahan dan lainnya merasa insecure, kehilangan percaya diri. ”Oke! Jangan panik!” ”Kamu nggak bikin aku panik, tapi bikin aku marah!” Alex meradang. Kirana tidak mempedulikan Alex. Jemarinya gesit menggulirkan layar laptopnya. Dibacanya sekilas satu-persatu slide paparan Alex, untung saja isinya banyak foto-foto yang bisa ia lewati cepat. Tak sampai 10 menit, selesai. ”Oke, intinya semua keinginan Bu Melissa sudah masuk semua. Tapi sepertinya kamu harus melampirkan bukti fisik konfirmasi dari venue yang dia mau dan alternatifnya bahwa di tanggal tersebut memang available. Aku ingat, dia pernah nanyakan hal ini di event sebelumnya. Dan dia marah karena ternyatakemudian tidak dapat tempat di tanggal yang dia mau. Intinya si, dia butuh kepastian saja. Ada nggak surat konfirmasi dari marketingnya?” ”Nggak ada lah Ki, kan kita belum deal kontraknya,” jawab Alex. ”Ya kalau nggak, siapkan aja screenshoot w******p atau apalah. Yang penting ada bukti kamu udah booking venuenya.” ”Kalau itu sih ada. Ya sudah, kulampirkan dulu.” Alex beranjak bersiap pergi. ”Kamu harus ikut meetingnya ya, Ki!” ”Ya. Tapi tetap kamu yang in charge ya. Kan project managernya kamu,” kilah Kirana. ”Ya, tapi kalau si mami itu mulai ribet, bantu ya?!” ”Oke! Sudah siapin dulu sana!” Sepeninggal Alex, Kirana kembali menatap jendela. Hujan telah berhenti, tetapi langit masih abu-abu. Matahari masih bersembunyi. Kirana teringat mengapa ia tadi melamun. Gara-gara memandangi hujan dari jendela ruang kerjanya yang terletak di lantai tiga, hati Kirana ikut berubah menjadi gloomy. Sejak kecil Kirana menyukai suasana saat hujan turun. Ia senang mendengar suaranya, nyaman dengan kesejukan, ketenangan dan kesenyapan yang kadang tercipta. Banyak kenangan peristiwa yang terjadi saat hujan kembali melintas di benaknya. Walaupun timbul secara acak, Kirana sadar dirinya hanya memunculkan kenangan atas kisah yang menyenangkan hatinya saja. Dilemparnya semua cerita yang menyakitkan ke ruang gelisah batinnya. Ditutupnya rapat-rapat. Termasuk juga kejadian yang pada waktu terjadi sebenarnya menyenangkan, namun menjadi tidak menyenangkan untuk dikenang sekarang ini karena melibatkan orang-orang yang sedang tidak ingin diingatnya. Nalurinya menghadirkan memori masa kecil saat ia bermain hujan dengan papanya di halaman rumahnya. Berlarian saling mengejar dan menendang bola plastik. Mereka tertawa lepas tanpa ada rasa kekhawatiran sedikit pun. Tak ada yang mengomeli karena mama belum pulang kerja. Mereka puas menikmati sensasi rinai hujan mengguyur sekujur tubuh mereka, juga sentuhan rumput basah di kaki, serta sesekali rasa sakit yang tidak dipedulikan saat badan terjerembab mencium bumi akibat terpeleset. Ah, betapa ia jadi merindukan papanya. Sosok laki-laki yang sangat sempurna bagi Kirana. Penuh cinta dan tidak pernah membuatnya kecewa. Sayang, mereka tidak bisa bertemu lagi. Sepuluh menit lagi meeting Alex dan Bu Melissa dimulai. Masih sempatlah memeriksa pesan-pesan yang masuk. Kirana mengusap layar ponselnya. Dari sejumlah pesan masuk yang tertera di layar, ada satu nama yang langsung menarik perhatiannya dan langsung dibukanya. Mama : Ki, pulang segera. Kania sakit. Kania. Nama perempuan itu seperti ujung pisau cutter yang menggoreskan luka di d**a Kirana setiap tersebut. Pedih rasanya. Tanpa membalas apapun, Kirana meletakkan ponselnya kembali ke meja. Kirana tahu ibunya pasti menahan marah dan kecewa karena ia tidak menjawab panggilannya. Tapi Kirana bersikukuh, luka di dalam hatinya akibat ulah Kania lebih parah, lebih dalam. Tidak ada yang dapat menandingi. Meskipun sudah dua tahun berlalu dan walaupun Kania sudah meminta maaf, luka itu tak pernah mengering. Hidupnya menjadi berantakan karenanya. Lima detik kemudian, ponsel itu bergetar dan berdering. Panggilan dari Mama. Kirana bimbang. Separuh hatinya ingin menjawab karena menghormati mamanya. Namun separuh yang lain melarang, karena sudah jelas topik dan alasan ia diminta segera pulang adalah Kania. Di tengah bimbangnya, Alex muncul lagi di pintu ruangannya. Kali ini bermaksud menjemputnya. ”Ayo, Ki!” ajak Alex. ”Sebentar!” Kirana terus menatap layar telefon genggamnya yang masih menyala berkedip . ”Ki!” Alex mulai gelisah. Deringan itu tidak juga berhenti. Mama sepertinya tidak akan berhenti menghubungi sampai ia menekan tombol jawab. Tapi untuk apa ia menjawab? Untuk Kania? d**a Kirana memanas. ”Kirana!” Alex tidak sabar lagi. Ditinggalkannya Kirana dengan muka menahan kesal. ”Iya! Iya!” Kirana bergegas mengambil buku agendanya dan berlari mengejar Alex. Ditinggalkannya telefon genggamnya di meja. Di ruang meeting, Kirana memilih duduk di sudut belakang. Matanya menatap ke arah layar yang menayangkan paparan Alex, namun benaknya berkelana ke masa lalu. Ke masa awal pertemuannya dengan Kania, yang pernah sangat disayanginya. Dan sekarang begitu dibencinya. Karena perbuatannya yang mencabik-cabik hati Kirana, hingga jadi tidak lengkap begini. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
187.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.5K
bc

TERNODA

read
198.2K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
31.6K
bc

My Secret Little Wife

read
131.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook