FIND OUT

2032 Words
Ide itu lebih kuat daripada pistol. Kita tidak ingin musuh kita punya pistol, mengapa kita harus membiarkannya punya ide. -Master Mind- *** Mater dan Mortis kali ini tengah berada di ruang interogasi. Di depan mereka terdapat seorang kriminal yang kemarin sempat hendak membunuh mereka. Beruntungnya, atasan mereka, Baron, memiliki firasat untuk menyusul ke keberadaan Mater dan Mortis. Benar saja, mereka berdua hampir saja mati di tangan kriminal itu. "Hei, Mort. Ingatlah, kita berdua hampir mati di tangan b******n tengik ini!" ucap Mater dengan wajah kesalnya. "Kau benar. Ingin sekali aku memukul wajah menyebalkannya itu!" Mortis pun menyetujui perkataan dari ketuanya itu. "Hah, dasar kalian yang lemah." Gray mencoba untuk memprovokasi mereka berdua. Mortis pun dengan segera mengeluarkan pistolnya dan menempelkannya di dahi milik Gray. "Kau diam saja atau sebuah peluru akan bersarang di otak busukmu itu!" "Hoho, apa kau berani melakukan itu? Coba saja lakuan i—" Dor! Satu buah peluru dilepaskan Mortis mengarah ke bahu dari Gray. Gray yang masih terkejut bahkan sampai sejenak tidak merasakan bahwa kini bahunya telah berlubang dan meninggalkan rasa sakit yang teramat sangat. "B–bajingan kau! Hei! Bukankan polisi dilarang melakukan hal ini saat interogasi? Hei?! b*****t?! Gray mencoba meminta perlindungan dari para polisi lain karena menurutnya polisi tidak mungkin melakukan hal seperti ini. Namun, ia melupakan satu hal. Bahwa polisi yang ada di depannya ini, bukanlah polisi pada umumnya. "Ah, sekarang kau mencari perlindungan? Bukankah kau sendiri tadi yang memintaku untuk menembakmu? Apakah itu terasa menyakitkan? Tenanglah, aku masih memiliki sekitar 4 peluru lagi. Dan sepertinya Mater juga masih memiliki beberapa, kau bisa menahannya bukan?" ucap Mortis dengan senyuman terlukis di wajahnya. Mortis kemudian menarik rambut kepala Gray dan membanting kepala itu tepat pada permukaan meja. Ia kembali menempelkan mulut pistolnya ke pelipis dari Gray. "Dengarkan aku. Aku atau Mater nantinya akan memberimu beberapa pertanyaan. Kau harus menjawabnya sebelum mulutku menyebut angka lima. Kalau kau mencoba melawan, makan satu peluru akan aku biarkan masuk ke dalam tubuhmu, kau paham itu?" Gray hanya mengangguk merespon pertanyaan yang dilontarkan oleh Mortis. Keringat dingin mulai mengucur keluar membasahi tubuhnya. "Kau kriminal yang aneh. Ketika kita bertemu di gedung, kau bahkan tidak segan mengacungkan pistolmu ke arahku, menembakiku. Tapi lihatlah kau sekarang, seperti anak kecil yang ketakutan karena kesalahannya," ucap Mater. Mortis mulai melepaskan tangannya dari kepala Gray dan memerintah Gray untuk mengangkat kepalanya. "Angkat kepalamu." Namun, perintah itu diabaikan oleh Gray dan berkata, "b******n, siapa yang akan mengikuti perintahmu!" Melihat bagaimana Gray yang masih tetap dalam posisinya, Mortis mulai menghitung seperti yang ia katakan tadi. "1..." "Hah, kau pikir aku akan takut hanya karena ancamanmu itu? Aku hanya berpura-pura ketakutan supaya kalian puas!" Gray terus-terusan mengoceh bahwa ia tidak pernah takut dengan mereka. "2..." Mortis tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Gray. Ia tetap menghitung sesuai dengan yang ia peringatkan sebelumnya. Gray hanya tertawa melihat apa yang dilakukan oleh Mortis. Mater pun yang menyaksikan hanya tersenyum dan membiarkan Mortis melakukan apa yang ingin dia lakukan. "Gray, aku akan berbaik hati memperingatkanmu. Lebih baik kau mengikuti apa yang dia perintahkan. Atau kau mungkin akan menyesalinya." Mater mencoba untuk memperingatkan Gray. Namun, Gray hanya membiarkan perkataan Mater seperti angin lalu. Ia tetap tak mengindahkan perkataan Mortis dan tetap meletakkan kepalanya di atas meja. "3..." Mortis mulai mengacungkan pistolnya mengarah ke tubuh Gray. Gray melirik sekilas. Ia kembali memanas-manasi Mortis untuk menembaknya. "Ayo tembak! Tidak perlu menunggumu selesai berhitung, tembak sekarang, b******n!" "4..." Seolah tak mendengar apa yang dikatakan Gray, Mortis tetap melanjutkan hitungannya. "Hahaha. Lihatlah! Dia bahkan tidak berani untuk menemb—" Dor! "5. Ah, sudah sampai ke hitungan yang kelima. Karena kau masih tidak mendengarkanku, jangan salahkan aku jika satu peluru lagi mendarat di tubuhmu," ancam Mortis. Gray lagi-lagi mendapat terjangan dari timah panas tepat di bahu kirinya. Ia tak kuasa menahan sakit yang ia rasakan dan berteriak kesakitan. "Aaaarrgggh! b******n kau! b******n Mort—" "Hei, siapa yang menyuruhmu menyebut namaku?!" Mortis menyumpalkan mulut pistolnya ke dalam kerongkongan Gray. Gray merasakan tenggorokannya panas. Ia mulai kesulitan bernapas. Ia mulai menggebrak meja untuk menandakan bahwa ia meminta pistol tersebut dilepaskan dari kerongkongannya. "Ho, kau menyerah? Ayolah ini masih sebentar. Bukankah kau tadi mengatakan kau tidak takut denganku ataupun dengan Mater? Mana nyalimu itu?" Mortis masih enggan melepaskan pistolnya dari kerongkongan Gray. Gray mempercepat aksinya dalam menggebrak meja dengan tangannya. Kakinya mulai gemetar dan menggebrak lantai. Ia mulai mengeluarkan air mata, wajahnya memerah dan bola matanya pun ikut memerah. Akhirnya, Mortis melepaskan pistolnya itu dari kerongkongan Gray. Gray terbatuk-batuk dan mulai menarik napas sebanyak yang ia bisa. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa kepolisian akan melakukan hal seperti ini. "K–kalian, p–polisi b******k! Apa kalian tak mengenal kata kemanusiaan?! Polisi macam apa yang melakukan hal ini kepada rakyat biasa?!" Gray masih berusaha untuk melawan kedua pria yang ada di hadapannya itu. Ia mencoba untuk memancing emosi di antara mereka berdua. "Polisi seperti apa? Kami adalah polisi yang dibanggakan oleh banyak orang. Kamilah simbol kemanusiaan itu untuk orang-orang seperti dirimu. Dan untukmu b******n c***l, jangan pernah menyebut kata kemanusiaan dengan mulut busukmu itu. Kau bahkan tidak pantas mengatakannya," ucap Mater. Tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan oleh Mater. One Eye adalah agen khusus yang dibentuk oleh kepolisian, jadi pada intinya para agen One Eye juga merupakan anggota polisi. Para agen itulah yang menjadi harapan banyak orang yang ingin memberikan hukuman yang setimpal bagi para kriminal kelas berat yang masih berkeliaran dengan bebas di luar sana. Mater dan Mortis yang merupakan Ketua dan Wakil dari One Eye menjadi sebuah simbol tentang keadilan dan kemanusiaan bagi sebagian orang. Bahkan bagi orang-orang yang memiliki prinsip bahwa mata dibalas mata, One Eye bisa dianggap sebagai dewa oleh mereka. Kali ini, Mater memberikan pertanyaan pada Gray. "Baiklah, kita mulai dari pertanyaan ini. Kenapa kau melakukan aksimu itu? Apa yang kau pikirkan hingga akhirnya memilih untuk menjadi seorang kriminal?" Mortis bersiap untuk menghitung dan menodongkan pistolnya. Melihat bagaimana Mortis bersiap, Gray langsung menjawab perkataan Mater dengan segera. "A—aku ingin melakukan balas dendamku. Aku ditipu oleh wanita yang aku cintai, dan aku ingin membalaskan dendamku," ucap Gray. Mater yang sedikit kurang yakin, mencoba untuk menanyakannya pada Gray. "Hanya itu?" "I–iya. Hanya itu. Aku hanya ingin balas dendam!" "Dan balas dendammu adalah melampiaskan kemarahanmu, kebencianmu, pada para gadis-gadis muda tak bersalah di luar sana?" Mater kembali menanyakan pertanyaan kepada Gray. "Kau tahu apa?! Memang benar aku melampiaskannya kepada mereka, tapi bukan berarti mereka tidaklah bersalah! Semua yang menjadi korbanku adalah gadis bermasalah, mereka semua juga penjahat sama sepertiku! Gray bersikukuh dengan pernyataannya. "Jadi menurutmu, balas dendammu itu bukan semata kepada orang lain yang tidak kau kenal, tapi mengarah ke orang-orang yang sama denganmu?" "Tentu saja! b******n seperti mereka tidak pantas mendapat kedamaian dalam hidup mereka!" "Aha! Kau sekarang mengatakan itu dalam posisimu sebagai kriminal tingkat tinggi? Kau membuatku tertawa, Gray. Itu berarti kau sudah memberikan vonis hukuman terhadap dirimu sendiri." Gray hanya terdiam. Entah apa yang dipikirannya. Apakah ia mulai menyesali apa yang ia perbuat, atau malah ia hanya pura-pura terlihat menyesal? "Kau membuatku berpikir, Gray. Apakah kau ini orang baik yang terlanjur menjadi kriminal, atau kriminal yang mencoba berperan sebagai orang baik." Gray bersuara setelah ia sempat terdiam sejenak. "Kalian, para polisi, tidak sepenuhnya tahu apa yang ada dipikiran para kriminal. Mereka tidak sepenuhnya menjadi iblis! Mereka hanya melakukan apa yang menurut mereka harus dilakukan, apa yang mereka rasakan dari orang lain maka orang lain itu juga harus merasakannya. Bukankah itu juga yang kalian lakukan dengan kedok berada di jalan banyak orang?" Mortis yang mendengar itu mulai emosi dan siap menembakkan pelurunya lagi ke tubuh Gray. Namun, Mater mencegahnya karena ia masih memerlukan orang itu untuk menanyakan banyak hal. "Hei, hei. Tenanglah Mort. Masih banyak pertanyaan yang harus aku tanyakan." "b******n ini memang sudah seharusnya dibunuh sejak tadi! Mulutnya benar-benar busuk!" Mortis masih saja ngotot untuk membunuh Gray saat ini juga. Namun Mater tetap berusaha untuk menenangkan Mortis dan menyuruhnya untuk diam. Mater hanya merasa aneh, tidak biasanya Mortis akan seemosi ini. Apa karena ia sempat dibuat pingsan oleh Gray maka dari itu ia terlihat menyimpan dendam padanya? "Baik, kau memang benar. Kami bukanlah dewa yang bisa mengabulkan permintaan banyak permintaan tanpa mengotori tangan kami. Kami sangat jauh berbeda dengan kalian para kriminal. Kami berusaha menerima dendam semua orang terhadap satu orang, dan kami balaskan. Sedangkan kalian, memiliki dendam terhadap satu orang, tapi kalian balaskan ke semua orang." Mater mencoba untuk memberikan pembelaan terhadap apa yang para polisi lakukan. Gray kembali terdiam. Ia kembali membisu setelah mendengarkan perkataan dari Mater. Tidak ada yang salah dengan pemikiran dari Mater dan juga Gray. Mereka melakukan apa yang menurut mereka benar, hanya saja bagi Mater, kriminal adalah orang-orang yang tidak puas akan kehidupan mereka dan melampiaskannya kepada banyak orang. Dan Mater memposisikan dirinya sebagai orang yang membela kepentingan banyak orang. "Lalu, Gray, siapa orang bertopeng yang kau bunuh waktu itu? Mater kembali melanjutkan pertanyaannya. "Aku tidak tahu siapa dia. Dia menyebut bahwa dia bernama "R". Eksekutif dari Criminal City. Dia mencoba membuatku bergabung dengan mereka, hanya saja aku menolaknya," jawab Gray. "Kau menolak dan kemudian membunuhnya?" Gray mengangguk sebagai bukti bahwa ia mengiyakan pertanyaan dari Mater. "Apa yang dia katakan padamu, Gray?" "Dia mencoba memberikanku kesempatan bergabung dengan mereka. Memberikan tawaran jaminan keselamatan untukku dan keluargaku. Katanya, itu bisa dikabulkan jika aku bisa berguna untuk tuannya." Setelah mendengar jawaban dari Gray, Mater kembali diam dan berpikir. Tuan, apakah para eksekutif memiliki tuan? Bukankah Ed yang mengatakan kalau para eksekutiflah yang menjadi pilar dari Criminal City? Apakah Ed berbohong? Atau Gray yang berbohong. Kepingan teka-teki yang dikumpulkan oleh Mater sedikit bergoyah karena perkataan dari Gray. Mater kembali tidak yakin apakah pemikirannya yang sebelumnya benar atau salah. Ia mengira bahwa para eksekutif yang disebut sebagai The Six yang menjadi tuan dari para kriminal, tapi ternyata mereka pun bahkan memiliki tuan. Apakah itu berarti, mereka memiliki akar yang sangat kuat untuk dicabut? Mater kembali menanyakan perihal orang yang dibunuh Gray di gedung itu. "Kau yakin orang itu menyebut bahwa ia memiliki tuan? Kau tidak salah mendengarnya, bukan?" "Tentu saja, aku tidak tuli! Aku mendengar dengan jelas bahwa mereka akan memberikan jaminannya padaku jika aku mampu menjalankan tugas dari tuan mereka!" Dari semua kepingan yang dikumpulkan Mater, ada satu kepingan yang itu tidak cocok dengan yang lain. Dan hal itu membuat Mater kembali berpikir ulang tentang upayanya untuk menguak organisasi kriminal paling berbahaya, Criminal City. "Lalu, kenapa kau menolaknya?" "Aku hanya melakukan apa yang aku inginkan. Aku tidak ingin mereka memberiku perintah. Itu saja." Mater menyudahi interogasinya dengan Gray dan pertanyaan tadi merupakan pertanyaan terakhir yang Mater tanyakan. Segera ia memerintahkan anak buahnya yang lain untuk mengembalikan Gray ke dalam sel tahanan. Ia kemudian bergegas meninggalkan ruang interogasi tanpa memberikan sepatah kata pun kepada yang lain. Mortis pun keheranan melihat tingkah atasannya itu yang tiba-tiba diam dan pergi begitu saja. Sampai di ruangannya, ia kembali membuka catatan yang ia miliki terkait Criminal City. Informasi yang ia dapatkan pertama kali adalah mengenai topeng dengan huruf R yang Mater temukan dikediaman Ed. Dari situ Mater juga mulai mendapat informasi dari Ed tentang keberadaan para eksekutif Criminal City yang memiliki julukan sebagai The Six. Informasi kembali ia dapatkan dari kasus Bloody Party yang membuatnya harus terbaring di rumah sakit selama satu minggu. Ia menyaksikan salah seorang eksekutif melakukan aksi teror dengan melakukan bom bunuh diri. Dan sosok dibalik topeng itu adalah Torres, kriminal yang pernah ia tangkap sebelumnya. Berlanjut ketika ia bermimpi bertemu dengan T yang mengatakan bahwa ia akan mengambil alih tubuhnya. Mater masih belum mengerti tentang apa yang dimaksudnya, tapi ia semakin yakin bahwa T merupakan salah seorang eksekutif. Dari situ pula Mater akhirnya mendapat kesimpulan bahwa masih ada empat eksekutif lainnya yang masih belum diketahui. Dua dari enam eksekutif telah mati. Namun semua kepingan itu mulai sedikit terusik ketika ia melakukan interogasi kepada Gray. Ia mendapatkan informasi bahwa para eksekutif itu memiliki tuan di atas mereka. Tentu hal ini bertentangan dengan apa yang ia dengan dari pengakuan Ed. Lalu siapa yang benar di antara mereka berdua? "Ah sial! Kukira akan semudah itu untuk menangkap mereka semua. Ternyata, jika aku menemukan informasi lain, maka informasi sebelumnya terkesan tidak berguna dan salah. Kalian para kriminal sialan, kalian telah mempersulit hidup banyak orang dengan kelakuan kalian!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD