THE SIX : ANAFORA

2348 Words
Biasanya manusia tidak akan bertobat jika mereka bebas, terlebih lagi jika mereka tidak merenungi perbuatannya. -Mater Vivere- *** Dor! Terdengar suara tembakan dari dalam gedung tersebut. Mater dan Mortis yang tadi hanya diam, mereka saling menatap setelah mendengar suara tembakan itu. "Hei! Bodoh, kenapa kita saling menatap?!" Mater yang lebih dulu tersadar, menegur aksi mereka berdua. "b******n!" Mortis yang menyusul kesadarannya, segera berlari memasuki gedung dan meninggalkan Mater di belakang. "Perhatikan sekitarmu bodoh jika kau tidak ingin mati tertembak!" Mater mengejarnya sambil memperingatinya untuk berhati-hati. Akhirnya Mater berhasil menyusul langkah Mortis yang sudah masuk terlebih dahulu. Mereka mencari sumber dari suara tembakan itu. Hingga akhirnya mereka menemukan sebuah ruangan yang pintunya terbuka lebar, menampakkan seorang pria bertudung mengarahkan pistolnya ke pria yang tergeletak tak bergerak dan masih mengenakan sebuah topeng. Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! "Apa kau sudah mati? Entah kenapa aku masih kurang yakin. Bagaimana kalau kita coba menembakkan satu peluru lagi?" ucap pria bertudung itu. Dor! Dor! Dor! "Ups! Maafkan aku, sepertinya aku kelebihan dua peluru." Delapan peluru ia lepaskan ke tubuh pria yang sudah tergeletak itu. Sepertinya, pria bertopeng itu sudah tidak bernyawa. Hanya orang dengan kemampuan super saja yang mampu hidup kembali setelah menerima tembakan delapan peluru secara langsung. Mater dan Mortis masih tidak percaya dengan adegan yang sedang mereka saksikan saat ini. Walaupun mereka memiliki pengalaman bertemu dengan berbagai jenis kriminal, tapi baru kali ini ia melihat ada seorang kriminal yang bahkan mungkin tingkatannya selevel dengan iblis. Setelah delapan peluru ia lepaskan, pria itu menoleh ke belakang sambil membuka tudungnya. Wajahnya penuh dengan darah, entah itu darahnya sendiri atau darah dari pria yang tergeletak di sana. "Ah! Aku tidak sadar. Sepertinya kita kedatangan tamu spesial hari ini. Maafkan saya tuan sekalian karena telah memperlihatkan adegan yang seharusnya tidak saya tunjukkan," ucap pria itu berlagak sopan. Pria itu tidak menampakkan raut wajah ketakutan. Bahkan, terlihat dia sangat tenang walaupun aksinya ini diketahui oleh dua agen kepolisian terbaik. Ucapan selamat datang yang "ramah" telah disampaikan oleh tuan rumah, membuat kedua agen polisi itu sadar dan segera mengeluarkan senjata api mereka dan menodongkannya pada pria itu. "Cepat lepaskan pistol yang ada di tanganmu. Kemudian, angkat tanganmu dan berlutut!" perintah Mater pada pria itu. Namun, pria itu tidak mempedulikannya. Ia sibuk mengambil pistol yang ada di tangan pria bertopeng itu dan menghitung isi pelurunya. "Hm. Apa orang ini tidak membawa hal lain selain sebuah pistol? Beruntungnya aku menolak dan membunuhnya duluan." Pria itu bermonolog tanpa mempedulikan polisi yang sedang mengancamnya. Dor! Satu tembakan dilepaskan ke langit-langit sebagai bentuk peringatan. "Aku katakan sekali lagi, buang pistol itu dan angkat tanganmu!" perintah Mater sekali lagi. Pria itu akhirnya fokus kepada mereka berdua. Mendengar ancaman, malah membuat si pria tertawa seolah ancaman itu hanyalah gertak anak kecil belaka. "Aku mengenal kalian berdua. Pasukan khusus One Eye yang menangani kasus kriminalitas tingkat tinggi. Kalau begitu, apa yang aku lakukan termasuk aksi kriminal tingkat tinggi? Senangnya aku memiliki prestasi baru selama hidup di dunia ini!" ucap pria itu. "Bukankan prestasi ini harus dirayakan? Aku, Gray Mann, apa julukan yang diberikan padaku oleh One Eye? " Ternyata, sosok pria yang bertudung itu adalah Gray Mann, target yang dicari oleh mereka berdua. "Insanity," celetuk Mortis. "Insanity? Wow, julukan yang bagus! Aku menyukainya. Akhirnya aku memiliki alter egoku sebagai villain dengan sebutan Insanity!" Entah mengapa hal itu malah membuat Gray Mann terlihat sangat bahagia. "Tunggu, Mort. Apa kau baru saja memberikan sebuah julukan untuk orang gila sepertinya?!" tanya Mater keheranan dengan perilaku Mortis yang tiba-tiba memberikan orang itu sebuah nama baru. "Pertama, nama itu cocok untuknya. Kedua, aku tak sengaja mengucapkannya. Tapi bukankan menurutmu nama yang kuberikan itu sesuai dengan orang gila itu?" Mortis masih saja melakukan pembelaan terhadap dirinya. Hal itu membuat Mater semakin kesal dengan anak buahnya yang satu ini. "b******n ini! Ah haruskah kuberi kau selamat karena berhasil melahirkan villain baru yang penuh ketidakwarasan itu?!" "Hahaha. Tingkat kalian berdua membuatku sangat terhibur. Apa kalian sering seperti ini ketika melakukan sebuah operasi di depan kriminal sepertiku?" Gray Mann tertawa melihat tingkah dari dua agen terbaik itu. Mater dengan santainya merespon perkataan dari Gray Mann. "Tidak. Jika si bodoh ini tidak memulai duluan, biasanya tidak akan seperti ini." "Atasan bodoh! Kau juga sama saja, kenapa kau merespon perkataannya?!" Mater pun tersadar dari kebodohannya. Ia segera kembali menodongkan pistolnya ke arah Gray Mann dan memintanya untuk membuang pistol yang ada di tangannya. "Aku katakan s—" "Hei. Aku sudah bosan mendengar kalimat itu. Bagaimana kalau langsung kita mulai saja." Setelah Gray mengatakan itu, ia pun mengarahkan kedua pistol yang ada di tangannya mengarah pada kedua agen di depannya. Sebuah peluru dari masing-masing pistol melesat di udara mengarah ke d**a Mater dan Mortis. Hebatnya, mereka berdua berhasil menghindari tembakan yang pertama. Mereka kemudian mencari tempat untuk berlindung sembari memikirkan bagaimana caranya melumpuhkannya. Aksi tembak menembak tak terhindarkan. Masing-masing dari mereka saling melepaskan tembakan menghabiskan sisa-sisa peluru yang mereka miliki. "Sepertinya peluruku sudah habis" Gray mencoba menembakkan pistolnya itu namun tidak bisa. Ia mengecek sisa peluru di kedua pistol. Ternyata apa yang ia pikirkan benar adanya, ia sudah kehabisan peluru. Tak kehabisan akal, ia memanfaatkan meja yang ada di sekitarnya dan menerjang maju ke arah Mortis. Ia menggunakan meja sebagai tembok pertahanan depannya. Mortis yang tidak menyadari itu masih sibuk bersembunyi di persembunyiannya. Ia merasa kesal karena ia kehabisan peluru di pistolnya. "Sial! Kenapa aku tidak mengecek berapa isi peluruku sebelum berangkat!" Ketika ia hendak melihat keadaan sekitar, tiba-tiba sebuah meja menghantam tepat di wajahnya. Membuat pistol di tangannya terlempar. Tentu saja yang menghantamkan meja itu ke wajah Mortis adalah Gray. "Ups! Maafkan aku, Tuan. Aku tidak melihatmu," ucap Gray. Ia mendekati Mortis yang tengah tersungkur dan mengerang kesakitan. Tanpa membiarkan Mortis bangkit, Gray memukul tepat di bagian pangkal leher belakang dan membuat Mortis pingsan. Ia hendak mengakhiri hidup Mortis namun dengan sigap Mater melompat ke arahnya dan membuat mereka berdua jatuh terguling. "b******n! Hei, bangunlah! Dasar lemah pingsan hanya karena hal seperti itu." Mater mencoba membangunkan Mortis yang tersungkur. Tanpa Mater sadari, Gray sudah dibelakangnya siap menyerang. Gray segera melakukan gerakan penguncian dengan target leher Mater. Mater yang merasa sesak berusaha untuk melepaskan kuncian itu. "Maafkan aku, Tuan Agen. Sepertinya ini akan menjadi hari terakhirmu di dunia ini," ucap Gray semakin mengencangkan kunciannya. Mater merasakan kuncian Gray semakin kencang. Ia semakin susah untuk bernapas, bayangan kehidupan dan kenangannya selama hidup mulai terlintas di pikirannya. Ia berpikir ini akan menjadi akhir hidupnya. Dor! Sebuah tembakan terdengar sangat keras. Mater merasakan cekikannya semakin melemah. Ia kembali mampu bernapas dan tak jadi menghadapi kematian. "Tangkap si pelaku jangan sampai dia melawan, pasukan medis bawa orang yang terluka! "Siap, Sir! " Terdengar seseorang memberikan perintah kepada pasukannya. Setelah itu dengan sigap para anak buahnya itu bergerak menangkap Gray yang tengah tergeletak tak berdaya dan membawa Mortis dengan tandu. "Kalian berdua... Berhutang padaku masing-masing satu nyawa." Ternyata orang yang telah membantu mereka adalah Bos Besar mereka, Baron. "Heh, Pak Tua. Tak kusangka aku akan dibantu oleh bosku sendiri," ucap Mater. "Aku anggap kau tak pernah mengatakan apapun melihat kondisimu yang hampir mati. Cepat bangun, atau akan kutinggal kau di gedung ini. Pasukan, jangan lupakan orang bertopeng di sana, bawa mayatnya juga. Bersihkan TKP tanpa jejak sekalipun." Mater berhasil menghindari kematian. Mortis berhasil diselamatkan. Dan operasi penangkap berhasil di jalankan. Lagi-lagi, One Eye berhasil menyelesaikan misi mereka. *** Di sebuah rumah di tengah hutan, tepatnya di ruang bawah tanah, terlihat berkumpul enam orang bertopeng dengan sebuah huruf pada masing-masing topeng. Merekalah para eksekutif organisasi Criminal City. Sebutan untuk mereka berenam adalah The Six. "Tuan, semua anggota sudah berkumpul," ucap Aide yang merupakan tangan kanan Master Mind. "Baiklah, semuanya sudah berkumpul. Kita akan memulai Anafora The Six," ucap Master Mind sebagai peringkat tertinggi dalam The Six dan sekaligus ketua dari Criminal City. Anafora The Six merupakan sebuah sebutan untuk rapat yang dilakukan oleh anggota The Six. Dalam Anafora, para anggota kemungkinan akan membahas mengenai aksi mereka selanjutnya atau mungkin melaporkan hal apa saja yang telah mereka lakukan. "Master, bolehkan aku memberikan laporanku sebagai yang pertama?" tanya Turmoil sembari mengangkat tangannya. "b******n kecil ini berusaha mencari muka di hadapan Master!" Ruthless merasa iri dan mencoba memprovokasi Turmoil. Turmoil pun merasa kesal dengan pernyataan yang dikatakan Ruthless. "Hei! Jaga mulutmu itu! Kau harusnya lebih menghormatiku, kau berada di bawah peringkatku bahkan juga Effe." Effe yang merasa namanya disebut hanya menoleh dan tidak merespon apapun. "b******n ini!" Ruthless bangkit dari duduknya dan berusaha menghajar Turmoil, namun berhasil dihentikan oleh Master Mind. "R, kau bisa diam?" Tekanan yang sangat kuat ditujukan kepadanya. Ruthless merasa ciut dan melepaskan Turmoil dan kembali ke tempat duduknya. "Lalu kau, T. Apa yang ingin kau sampaikan?" "Hah, akhirnya. Aku hanya ingin menyampaikan rencanaku kemarin, Master. Aku menyebutnya sebagai "Party Time"," ucap Turmoil. "Seperti yang sudah direncanakan, aku berhasil menghancurkan gedung Public Hall dan memberikan teror pada orang-orang. Walaupun sayangnya aku harus kehilangan salah satu avatarku yang berharga. Semoga dia tenang di neraka sana." Turmoil menangkupkan kedua tangannya seolah ia sedang memanjatkan doa. Master Mind mengangguk sebagai respon dari laporan Turmoil. "Bagaimana dengan upaya penaklukkan, T?" "Sayangnya itu belum berhasil. Hah, aku sudah sangat kesulitan dengan tugas itu, Master. Seolah masih ada tembok besar yang menjadi penghalang. Menyebalkan." Ruthless tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Lihatlah, Master. Bagaimana dia tidak bisa melakukan apa-apa dan memberikan hasil yang baik bagi kita. " "Hei! Bisakah kau diam dan mendengarkan saja?!" Turmoil mulai kesal dengan perkataan Ruthless padanya. "Hahaha. Lihatlah! Kau sungguh l—" "R, bagaimana denganmu? Apa kau berhasil mencari seorang avatar baru?" Master Mind memberikan pertanyaan dengan memotong perkataan Ruthless pada Turmoil. "Ah mengenai itu, aku gagal, Master" Kali ini Turmoil tak mampu menahan ketawanya. "Bwahaha. Aku melihatnya, aku melihatnya! Dia mencoba menarik calon avatar dengan meninggalkan sebuah surat dan menuliskan tempat mereka bertemu. Si bodoh Ruthless ini menemui calon avatar barunya dengan menggunakan avatar yang lain. Tapi hasilnya, ia gagal mendapatkan avatar baru bahkan ia kehilangan avatar lamanya." Turmoil berhasil merendahkan Ruthless dan itu membuat Ruthless murka. Mengenai avatar yang mereka bicarakan, bagi mereka avatar adalah pengikut setia mereka. Mereka digunakan sebagai pengganti mereka ketika melakukan sesuatu. Simpelnya, mereka adalah anak dari The Six. Setiap anggota The Six memiliki avatar mereka masing-masing dan bahkan tidak hanya satu atau dua. Tergantung bagaimana masing-masing anggota untuk mencari seorang avatar yang cocok menurut mereka. Walaupun begitu, di antara keenam anggota The Six hanya ada satu anggota yang hanya memiliki satu avatar. Dia adalah V atau Vestal. Alasannya, ia tidak ingin memiliki lebih banyak avatar yang tidak berguna, makanya ia memilih satu yang terbaik di antara para calon avatar untuk menjadi avatar resminya. Dan bisa dikatakan, bahwa dialah yang paling kejam jika menyangkut avatar. Ia tidak akan segan membunuh avatarnya sendiri ketika ia sudah bosan, walaupun avatarnya itu selalu melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan harapan dari Vestal. "V, apa kau yakin tidak memerlukan avatar yang lain?" tanya Master Mind. "Terima kasih atas tawarannya, Master. Namun sepertinya saya masih merasa nyaman dengan satu avatar saya ini. Jadi maaf sepertinya saya akan menolak tawaran itu, Master," jawab Vestal. Seperti yang ia katakan, saat ini dia masih merasa nyaman dengan avatarnya yang sekarang. Namun tidak ada yang menjamin bahwa avatarnya itu akan tetap hidup kemudian hari. Tidak ada yang berani mengomentari perkataan dari Vestal selain Master Mind itu sendiri. Mereka semua merasakan bahaya yang menakutkan jika harus membuat Vestal murka. Walaupun dalam strata peringkat, Vestal berada pada peringkat terakhir dan dikatakan sebagai yang terlemah, namun sebenarnya dialah yang paling menakutkan dari Aide, Turmoil, Effe, dan Ruthless. "Baiklah akan kuhargai jawabanmu itu. Adakah dari kalian yang ingin mengatakan sesuatu?" Master Mind memberikan tawaran kepada para bawahannya yang lain untuk menyampaikan apa yang mereka pikirkan. Namun sepertinya mereka belum memiliki sesuatu hal yang penting yang harus dikatakan dalam Anafora kali ini. "Sepertinya tidak ada. Kalau begitu, Anafora akan aku bubarkan untuk kali ini. Yang lain, kembali pada tugas masing-masing," ucap Master Mind menutup Anafora kali ini. "Baik, Master." *** Mater yang telah sampai di markas segera membuka laci meja kantornya, sepertinya ia sedang mencari sesuatu. Ia mengacak-acak isi lacinya bahkan mengeluarkan semua barang di dalamnya. Tepat setelah itu, ia menemukan apa yang ia cari. Sebuah topeng bertuliskan huruf R yang ia temukan di kediaman Ed waktu itu. Ia mencoba melihat kesamaan dari topeng yang di fotokan oleh tim forensik. Topeng yang ada dalam foto itu adalah topeng yang digunakan oleh pria yang mati ketika mereka datang untuk menangkap Gray Mann. "Sama..," ucap Mater. "Apa itu berarti ia adalah salah satu eksekutif dari Criminal City seperti yang dikatakan Ed?" Mater kembali mengingat apa yang pernah dikatakan Ed. Ia mengatakan bahwa Criminal City dipimpin oleh enam eksekutif yang disebut The Six. Salah satunya orang bertopeng R ini. Mater berusaha melihat laporan dari tim forensik tentang pria bertopeng itu. Pria itu bernama Ernesto Casavano. Berumur 30 tahun dan mantan pasukan amphibi angkatan laut. "Sepertinya kita seumuran, Ernesto." Pria itu memiliki catatan kriminal dalam berkasnya. Pembunuh satu batalyon angkatan darat, pencurian di rumah keluarga kaya, membunuh salah satu anggota mafia terkenal di kota. Wajar saja jika orang seperti itu menjadi eksekutif di sebuah organisasi kriminal paling besar dan paling ditakuti. "Tapi bukankah itu aneh? Seorang pembunuh profesional ini, menemui seorang pria c***l dan bahkan ia berhasil dibunuh oleh orang itu. Untuk apa pria ini menemui Gray? Dan kenapa ia semudah itu dibunuh?" Mater berusaha memikirkan alasan-alasan yang masuk akal, namun semuanya nihil. Mater berpikir jika salah satu eksekutif dari para kriminal itu bisa dibunuh semudah ini, itu berarti mereka bukan ancaman yang besar, kan? Semakin ia memikirkannya, semakin pusing dengan pikirannya sendiri. Ia juga masih mengingat kejadian yang membuatnya harus terbaring lemah selama satu minggu. Torres itu menggunakan sebuah topeng dengan huruf T dan akhirnya mati bunuh diri. Sebelumnya ia meyakini bahwa tanda huruf T itu merupakan singkatan dari namanya yang diambil dari huruf depannya. T untuk Torres. Namun setelah melihat lagi topeng R ini, kedua topeng itu seolah memiliki satu kesamaan. Dan kali ini ia meyakini, bahwa T atau Torres itu merupakan salah satu ekskutif yang sama dengan R dan itu berarti, gerombolan kriminal itu hanya memiliki empat eksekutif saat ini. "Sepertinya, kalian akan lebih mudah untuk dibasmi," ucapnya sambil tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD