05 - Pertemuan terakhir.

1725 Words
1 minggu sudah berlalu sejak Juan mengirimkan undangan pertunangannya dengan Bella pada Anna, itu berarti, tepat pada hari ini, pertunangan Juan dan Bella akan dilaksanakan. Acara tersebut akan dihelat di sebuah hotel ternama. Hotel yang akan menjadi saksi pertunangan Juan juga Bella adalah hotel milik Lucas. Anna tetap pada keputusannya, ingin menghadiri acara pertunangan Juan dan Bella meskipun Sein sudah menasehatinya sekaligus melarangnya untuk tidak datang. Pada akhirnya, Sein hanya bisa pasrah, tidak lagi mencoba melarang Anna untuk menghadiri acara tersebut. Karena Anna memutuskan untuk tetap datang menghadiri acara pertunangan Juan dan Bella, maka Anton memutuskan untuk datang, begitu juga dengan Sein, serta Sean dan keluarga kecilnya. Keluarga Anton dan Sean akan datang secara terpisah, mereka semua akan bertemu di tempat berlangsungnya acara. Langit sudah berubah gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 lewat 30 menit, malam. Acara pertunangan Juan dan Bella akan dimulai tepat pada pukul 8 malam waktu indonesia bagian barat. Anton keluar dari walk in closet dengan penampilan rapi. Anton memakai tuxedo hitam mengkilap, lengkap dengan dasi kupu-kupu yang menghiasi lehernya. Anton menghentikan sejenak langkahnya, untuk kesekian kalinya menghela nafas panjang ketika melihat sang istri sedang duduk melamun di pinggir tempat tidur. Sudah beberapa hari belakangan ini, terhitung sejak Anna menangis karena Juan, Sein memang sering melamun. Anton tidak perlu bertanya untuk tahu apa yang mengganjal pikiran Sein, karena Anton sudah tahu apa jawabannya. Memangnya apalagi selain melamun kerena memikirkan Anna. Anton kembali melanjutkan langkahnya, tak lupa untuk memanggil Sein. "Mom!" Panggilan bernada teguran dari Anton berhasil mengejutkan Sein, sekaligus menyadarkan Sein dari lamunannya. Sein menoleh, tersenyum paksa ketika melihat Anton sudah berdiri tepat di sampingnya. Sein berbalik menghadap Anton, membantu merapikan tuxedo Anton. Tangan kanan Anton terangkat, membelai wajah Sein. "Anna pasti akan baik-baik saja, Mom," bisiknya penuh kelembutan. Ucapan Anton berhasil menghentikan kegiatan Sein. Sein mendongak, beradu pandang dengan Anton yang juga sedang menatap lekat dirinya. "Itulah harapan dan doa dari Mommy, Dad," balas Sein sambil tersenyum kecut. "Mommy berharap, Anna akan baik-baik saja," lanjutnya pelan, menyerupai sebuah bisikan sampai Anton hampir saja tidak bisa mendengarnya. "Selama masih ada kita, Anna pasti akan baik-baik saja, Sayang." Anton memeluk Sein, melabuhkan banyak kecupan di ubun-ubun kepala Sein. Sein membalas erat pelukan Anton, menyandarkan kepalanya di bahu tegap Anton. "Percayalah, semuanya pasti akan baik-baik saja, Sayang," bisik Anton sesaat sebelum mengecup kening Sein. Sein hanya mengangguk, dalam hati mengaminkan doa yang baru saja Anton panjatkan. Sein berharap, setelah ini Anna akan sepenuhnya baik-baik saja. Anton melepas pelukannya, begitu juga dengan Sein. "Sebentar lagi, acara pertunangan Juan dan Bella akan dimulai, sebaiknya kita berangkat sekarang." Pasangan suami istri tersebut keluar dari kamar. Keduanya langsung pergi menuju lantai 1, tempat di mana Anna sudah menunggu kedatangan keduanya. Si kembar Crisstian dan Crisstina tidak akan ikut. Saat ini, keduanya sedang asyik bermain di lantai 3 bersama dengan pengasuhnya. Anna yang sejak tadi melamun menoleh tat kala mendengar suara lift terbuka. Anna segera merubah ekspresi wajahnya menjadi ceria, tak ingin membuat Anton dan Sein kembali khawatir jika melihatnya bersedih. Anna menghampiri kedua orang tuanya yang tampil dalam balutan pakaian serasi. Meskipun usia Sein sudah tidak lagi muda, tapi Anna akui kalau Sein masih terlihat seperti seorang wanita berusia 35 tahunan. "Sudah siap, Sayang?" "Sudah, Mom." "Ya sudah, ayo kita berangkat sekarang." Anna mengangguk. Sebuah mobil sedan hitam sudah menunggu ketiganya di depan pintu utama. Anton duduk di depan, sedangkan Sein dan Anna duduk berdua di belakang. Mobil yang mereka tumpangi sudah melaju, membelah jalanan yang ternyata lengang, tidak macet seperti biasanya. Sein mengamati ekspresi wajah Anna secara seksama, menghela nafas berat ketika sadar kalau raut wajah Anna tampak tegang. Sein meraih kedua tangan Anna yang sejak tadi saling bertaut, menggenggam erat kedua telapak tangannya kemudian mengusap punggung tangan Anna dengan penuh kasih sayang. "Kenapa, Sayang? Kamu gugup?" "Iya, Mom, Anna gugup," lirih Anna sambil tersenyum kecut. "Belum terlambat untuk putar balik. Kita pulang ya, mau kan?" Anna menggeleng, menolak saran Sein. "Anna tidak mau pulang, Mom. Anna ingin menghadiri acara pertunangan Kak Juan, karena mungkin, hari ini adalah hari terakhir Anna akan melihatnya." Ucapan Anna membuat Sein seketika berpikiran negatif. Sein berpikir kalau Anna akan melakukan sesuatu yang buruk, misalnya bunuh diri. "Jangan berbicara seolah kamu akan pergi meninggalkan dunia ini, Anna!" Peringat Sein penuh kesedihan. "Mom, jangan berpikir kalau Anna akan bunuh diri. Anna tidak akan pernah melakukan hal seperti itu, Mom." Anna seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Sein. "Kamu tidak akan melakukan hal seperti itu, kan?" Sein mungkin akan gila jika sampai Anna pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Anna mengangguk. "Iya, Mom. Anna tidak akan melakukan hal seperti itu. Mommy tenang ya, jangan berpikir yang tidak-tidak." Sein memeluk Anna, berkali-kali mengtakan betapa berharganya Anna untuknya. Anna balas melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Sein, terus membisikan kata-kata yang berhasil membuat perasaan Sein lega. "Sebentar lagi kita sampai, bersiaplah." Anton yang sejak tadi diam akhirnya bersuara. Sein melepas pelukannya, begitu juga dengan Anna. Sein dan Anna mulai merapihkan penampilan mereka, memastikan jika penampilan mereka baik-baik saja. Mobil sudah berhenti. Anton terlebih dahulu keluar dari mobil, di susul Sein, dan yang terakhir adalah Anna. "Tenanglah, Sayang, ada Daddy dan Mommy." Anton tahu jika sang putri merasa gugup, dan mungkin jika merasa takut. Senyum di wajah Anna merekah. Tak bisa Anna pungkiri kalau kata-kata yang baru saja Anton ucapkan berhasil membuat perasaannya menjadi lebih baik walaupun hanya sedikit. Perasaan Sein semakin membaik ketika melihat Anna yang kembali tersenyum dengan sangat tulus. Anton menatap Sein, melalui tatapan matanya seolah mengatakan pada Sein jika Anna pasti akan baik-baik saja. Sein mengangguk diiringi seulas senyum tipis yang menghiasi wajahnya. Tak ingin terlalu lama berada di luar, ketiganya memasuki tempat acara. Suasana dalam ruangan sudah ramai olej hiruk pikuk para tamu undangan. Anton, Sein, dan Anna segera berbaur dengan tamu yang lainnya. Kedua orang tua Anna, terutama Anton, bertemu dengan banyak kolega bisnisnya, saling sapa satu sama lain. Sejak memasuki tempat acara, Anna tidak berani menatap lurus ke depan, tempat di mana Juan dan Bella berada. Anna takut, tapi di saat yang bersamaan, Anna ingin sekali melihat Juan, setidaknya untuk yang terakhir kalinya. "Kamu pasti bisa, Anna!" Anna membatin, menyemangati dirinya sendiri agat berani melihat Juan. Anna menarik dalam nafasnya, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Anna terus melakukannya sampai yakin kalau rasa gugupnya berkurang. Dengan penuh keberanian, Anna menatap lurus ke depan sampai akhirnya ia bisa melihat sosok pria yang teramat sangat ia rindukan. Saat ini, Juan sedang mengobrol dengan sahabat-sahabatnya yang juga pernah menjadi sahabat Anna, dulu. Anna memutus hubungan dengan mereka semua. Alasannya tentu karena ada banyak sekali dari mereka yang menyalahkan Anna atas kepergian Juan saat itu. Anna akui, Juan mengalami banyak sekali perubahan. Juan terlihat jauh lebih dewasa dari sebelumnya, bahkan mungkin sedikit bertambah tinggi. "Kamu terlihat sangat bahagia, Kak," lirih Anna penuh kesedihan. Ya, Juan terlihat sangat bahagia, berbanding terbalik dengan Anna yang terlihat menyedihkan. Kenyataan bahwa Juan terlihat baik-baik saja, sedangkan di saat yang bersamaan dirinya terlihat sangat kacau berhasil membuat Anna merasa tertampar. Anna seketika sadar kalau mungkin, saat ini, Juan sudah tidak lagi memiliki perasaan yang sama seperti apa yang ia rasakan saat ini, cinta. Juan akan bertunangan dengan Bella, itu artinya, rasa cinta Juan pada Anna sudah memudar, bahkan mungkin sudah tidak ada, tidak akan sama lagi seperti dulu. Kenyataan tersebut semakin membuat d**a Anna terasa sesak, dan hatinya kembali berdenyut nyeri. "Tentu saja dia sudah tidak mencintai kamu lagi, dasar bodoh!" ejek Anna pada dirinya sendiri. Juan seolah sadar jika ada orang yang sedang menatapnya secara intens. Juan menoleh, saat itulah tatapan Juan dan Anna bertemu. Raut wajah Juan seketika berubah. Awalnya Juan terlihat sekali sangat bahagia, tapi begitu melihat Anna, raut wajah Juan malah berubah menjadi datar. Berbeda dengan Anna yang memberi Juan seulas senyum tipis. Perubahan yang terjadi pada ekspresi wajah Juan di sadari oleh Anna. Untuk kesekian kalinya, Anna merasa hatinya sakit, tak pernah menyangka kalau dirinya akan berada di posisi seperti sekarang ini. Anna seketika berpikir kalau Juan tidak senang melihat kedatangannya. Jika memang Juan tidak senang melihat kedatangannya, kenapa Juan mengundangnya? Juan memalingkan wajahnya, memutus kontak matanya dengan Anna. Juan memilih untuk kembali mengobrol dengan sahabatnya, dan malah berbalik memunggungi Anna. Sejak tadi, Bella berdiri di samping Juan. Jadi, ketika Juan memilih untuk memunggungi Anna, Anna sempat melihat bagaimana rupa Bella. "Kalian berdua terlihat sangat cocok," lirih Anna penuh kesedihan. Juan tahu kalau Anna masih memperhatikannya, oleh karena itulah, Juan sengaja merapatkan jaraknya dengan Bella, bahkan melingkarkan tangan kanannya pada pinggang Bella. Anna meremas kuat dress gold yang membalut tubuhnya, dan tanpa sadar, menggigit kuat bibir bawahnya sampai akhirnya Anna bisa merasakan ada rasa asin di dalam mulutnya. "Kak, kamu pernah menjadi aamiinku yang paling serius sebelum akhirnya menjadi ikhlasku yang paling tulus," lirih Anna yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. "Selamat atas pertunangan kalian berdua, semoga kalian berdua bahagia sampai maut memisahkan." Anna berbalik memunggungi Juan, kemudian mendekati Sein. "Mom, Anna mau pergi ke toilet sebentar." "Mau Mommy antar?" Anna menolak halus tawaran Sein. "Tidak usah, Mom, Anna bisa sendiri." "Baiklah kalau begitu, hati-hati ya Sayang." "Iya, Mom, Anna akan segera kembali." Seusai pamit pada Sein, Anna bergegas pergi menuju toilet. Juan melihat kepergian Anna, dan pria itu tahu ke mana Anna akan pergi. Sekuat tenaga, Juan menahan diri agar tidak menyusul Anna. Tapi ternyata Juan gagal menahan diri, keinginannya untuk mengikuti Anna terlalu besar. Juan pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya, termasuk sang tunangan, Bella. Sahabat-sahabat Juan sama sekali tidak merasa curiga ketika Juan mengatakan akan pergi ke toilet, karena mereka semua memang belum tahu tentang kedatangan Anna. Juan menjaga jarak aman dengan Anna. Pria itu tidak mau kalau Anna sadar jika sedang ia ikuti. Juan memilih bersembunyi di balik tembok saat Anna memasuki toilet yang cukup ramai. Tak sampai 5 menit kemudian, Anna keluar dari toilet, melewati Juan yang masih bersembunyi. Tanpa sadar, kedua tangan Juan yang berada di balik kantung celananya mengepal. Juan ingin sekali memanggil Anna, lalu memeluk Anna, tapi entah kenapa, mulutnya tiba-tiba diam membisu, tak mampu untuk mengeluarkan kata-kata walau hanya 1 patah kata. Juan menatap sendu Anna yang mulai menjauh. Setelah memastikan kalau Anna kembali memasuki tempat acara, Juan segera menyusul Anna. Saat Juan kembali ke tempat acara yang semakin ramai, Juan tidak lagi melihat sosok Anna, begitu juga dengan kedua orang tua Anna, Anton dan Sein. Juan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah, masih mencoba mencari Anna juga kedua orang tuanya. Juan menghela nafas kasar, kesal karena tidak kunjung menemukan Anna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD