18 - Bagaimana cara melupakan Juan?

1145 Words
Juan sampai di New York dengan selamat, dan perjalanan yang Juan tempuh berjalan baik tanpa adanya kendala berarti. Begitu zet yang ia tumpangi sudah mendarat, Juan langsung menghubungi Anna, ingin memberi tahu Anna jika dirinya sudah sampai. Tapi Sayangnya, ponsel Anna tidak bisa dihubungi. Tanpa bisa Juan cegah, otaknya seketika berpikir jika sudah terjadi sesuatu yang buruk pada Anna karena tidak biasanya Anna seperti ini. Akhirnya Juan menghubungi Anna menggunakan nomornya yang lain, dan ternyata panggilan tersebut tersambung. Juan akhirnya sadar jika Anna memblokir nomornya. Saat ini Juan sudah berada di dalam mobil yang akan membawanya pulang ke apartemen. Juan memutuskan untuk pulang ke apartemen, bukan ke mansion. Juan baru akan pulang ke mansion jika kedua orang tuanya sudah datang. Jadi, selama orang tuanya masih berada di Indonesia, Juan tidak akan pulang ke mansion. "Kenapa nomor gue diblokir?" gumam Juan dengan raut wajah bingung. Juan masih tidak percaya jika nomornya diblokir oleh Anna. Juan kembali menghubungi Anna menggunakan nomor ponselnya yang lama, dan ternyata memang benar, nomor ponselnya diblokir. Juan mengumpat, yakin jika sudah terjadi sesuatu yang buruk. Anna tidak mungkin memblokir nomornya tanpa alasan yang kuat. Seketika Juan merasa panik sekaligus takut. Juan panik karena saat ini dirinya berada jauh dari Anna, tidak bisa menemui Anna secara langsung. Juan merasa takut jika Anna pergi meninggalkannya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" gumamnya frustasi. Juan menghubungi Anna menggunakan nomor ponselnya yang baru. Panggilan tersebut memang tersambung, tapi sayangnya, Anna tidak mau mengangkat panggilan Juan. Juan tidak menyerah, terus menghubungi Anna, dan sesekali mengirim pesan pada Anna, meminta agar Anna mengangkat panggilannya. Sepanjang perjalanan menuju apartemen, Juan terus menghubungi Anna sampai Juan tidak sadar jika sudah sampai di apartemen. Perjalanan dari bandara menuju apartemen cukup jauh, dan selama itupula, Juan tidak pernah berhenti menghubungi Anna. "Tuan Juan, kita sudah sampai," ucap seorang pelayan yang baru saja membuka pintu mobil. Juan hanya mengangguk, lalu keluar dari dalam mobil sambil terus menghubungi Anna. Kedatangan Juan di sambut oleh beberapa pelayan yang memang bekerja di apartemen Juan. Juan menolak untuk makan, dan memilih untuk beristirahat di kamar. Nafsu makan Juan hilang seketika begitu tahu jika Anna memblokir nomornya. "Astaga! Kenapa Anna enggak mau angkat telepon gue?" Juan berjalan mondar-mandir ke sana ke mari dengan ponsel yang masih menempel di telinga kanannya. Rasanya Juan ingin kembali terbang ke Indonesia agar bisa menemui Anna, dan bertanya langsung pada Anna, kenapa Anna memblokir nomornya? Tapi Juan tidak bisa melakukan hal tersebut. Juan memutuskan untuk menghubungi Sean, bertanya pada Sean tentang apa yang sudah terjadi pada Anna? Juan ingin tahu, apa Sean yang meminta agar Anna menjauhinya? Atau itu memang murni kemauan Anna sendiri? *** Anna yang sedang duduk bersandar di tempat tidur menatap ponselnya yang terus berdering. Anna sama sekali tidak berniat untuk mengangkat panggilan dari nomor yang tidak ada dalam kontaknya tersebut, karena Anna yakin jika nomor tersebut adalah nomor Juan. Kemarin Anna langsung memblokir nomor Juan, dan semua akun social medianya. Anna juga berniat untuk mengganti nomor ponselnya agar Juan tidak bisa lagi menghubunginya. Anna sama sekali tidak pernah berpikir jika dirinya akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dulu Juan lakukan padanya, yaitu memblokir semua akses agar Juan tidak bisa lagi menghubunginya. Anna sudah memikirkannya secara matang-matang, dan Anna yakin jika keputusannya sudah tepat dan benar. Anna meraih ponselnya begitu panggilan dari Juan berakhir. Anna segera mematikan ponselnya, lalu memasukkan benda tersebut ke dalam laci, setelah itu Anna kembali membaringkan tubuhnya tak lupa untuk menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Semalam Anna demam, jadi hari ini Anna memutuskan untuk tidak pergi ke kantor. Awalnya Anna ingin tetap pergi bekerja, tapi Sein melarang Anna untuk pergi, dan meminta agar Anna beristirahat saja di rumah karena Sein tidak mau Anna semakin sakit. Sekuat tenaga Anna menahan diri agar tidak menangis lagi, karena semalam Anna sudah menangis. Tapi apa daya, Anna tidak bisa menahannya, air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya. Anna memukul ringan dadanya yang terasa sesak juga sakit. Setiap kali mengingat Juan, maka rasa sakit di hati dan dadanya akan semakin terasa. Anna tidak sepenuhnya menyalahkan Juan atas apa yang sudah terjadi, karena Anna sadar jika dirinyalah yang bersalah. Anna segera menghentikan tangisnya, dan menghapus air mata di wajahnya begitu mendengar suara Sein yang meminta izin untuk memasuki kamarnya. Anna tidak memberi tanggapan. Anna memilih untuk pura-pura tertidur. Anna tidak mau Sein tahu jika dirinya sedang menangis. Sein memasuki kamar Anna sambil membawa nampan yang berisi makan siang Anna. Sein menaruh nampan yang ia bawa di nakas yang ada di samping kanan tempat tidur Anna. "Sayang." Sein duduk di balik punggung Anna, membelai kepala Anna dengan penuh kasih sayang. Wanita yang sudah tak lagi muda tersebut tahu jika sang putri hanya pura-pura tidur. Anna tidak menyahut. Anna memilih untuk melanjutkan sandiwaranya, yaitu pura-pura tidur. Anna merasa pergerakan di belakangnya, dan Anna sudah bisa tahu apa yang akan Sein lakukan. Sein berbaring di balik punggung Anna, lalu memeluk Anna dari belakang. Sebagai seorang Ibu yang sudah mengandung, melahirkan, dan merawat Anna, Sein tahu jika sang putri dalam keadaan tidak baik-baik saja karena sejak kemarin, Anna sering melamun. Pelukan hangat yang melingkupi tubuhnya, membuat Anna tak kuasa untuk menahan laju air matanya. Saat kelopak matanya terbuka, air mata Anna kembali mengalir deras. Anna berbalik menghadap Sein, dan saat itulah Sein bisa melihat betapa sembabnya kedua mata Anna, dan banyaknya air mata yang membasahi pipi Anna. Sein menyeka air mata yang membasahi pipi Anna menggunakan jemari tangan kanannya. "Kenapa menangis? Kamu bertengkar sama Kak Juan?" Anna menggeleng. "Lalu kenapa, Sayang?" Berapa kalipun Sein mencoba untuk menghapus jejak air mata di wajah Anna, air mata Anna terus mengalir, seolah tak mau berhenti. "Apa yang harus Anna lakukan agar Anna bisa melupakan Kak Juan, Mom?" Anna membalas pertanyaan Sein dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang berhasil mengejutkan Sein. "Melupakan Kak Juan?" Ulang Sein sambil menatap intens mata Anna yang penuh dengan air mata. "Iya, Mom. Anna ingin melupakan Kak Juan, tapi bagaimana caranya? Apa yang harus Anna lakukan, Mom? Apa?" tanya Anna dengan nada frustasi. Melihat betapa frustasi Anna membuat Sein bisa memahami betapa sakitnya Anna, terlebih Sein juga pernah berada di posisi yang sama dengan Anna. "Semakin Anna mencoba untuk melupakannya, Anna malah semakin mengingatnya, Mom," lirih Anna sambil terisak. "Di sini." Anna menunjuk dadanya sendiri. "Rasanya sakit banget, Mom. Sakit banget." Sein tidak menjawab pertanyaan Anna atau menanggapi ucapan terakhir Anna karena yang Sein lakukan adalah memeluk Anna. Anna membalas pelukan Sein sambil terus menangis dalam dekapan hangat Sein. Tanpa Sein dan Anna sadari, ada Anton di balik pintu kamar Anna. Anton mendengar semua pembicaraan antara Sein dan Anna. Anton merasa sedih, tapi di saat yang sama juga merasa lega. Anton sudah bisa menebak apa yang terjadi pada hubungan Juan dan Anna. Anton mengurungkan niatnya untuk memasuki kamar Anna, dan memilih untuk kembali ke kamarnya. Anton akan memberi waktu bagi Sein dan Anna untuk berdua saja. Anton tahu jika yang Anna butuhkan saat ini adalah Sein.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD