19 - Cara melupakan Juan.

1009 Words
Hari sudah beranjak malam, sudah tiba waktunya untuk makan malam. Kondisi Anna belum membaik, jadi Anna tidak ikut bergabung makan malam dengan keluarganya. Anton, Sein, dan Sean baru saja selesai makan malam. Saat ini mereka sudah berkumpul di ruang keluarga, mengobrol. Sedangkan si kembar Crisstian dan Crisstina sedang bermain di ruang bermain. Keduanya memutuskan untuk bermain sesaat setelah selesai makan malam. "Mom, Anna belum makan malam, kan?" "Belum, Kak. Rencananya, Mommy akan bawa makanannya ke kamar Anna, jadi dia gak harus turun ke bawah." "Biar Sean saja yang bawa makan malam untuk Anna. Sekaligus ada hal penting yang harus Sean bicarakan dengan Anna." "Hal penting apa, Kak?" Sein ingin tahu apa yang akan Sean bicarakan dengan Anna. "Tentang Juan, Mom." "Oh tentang Juan," gumam Sein sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya sudah, tunggu sebentar ya, biar Mommy siapkan dulu makan malamnya." "Iya, Mom." Sein pergi menuju ruang makan untuk menyiapkan makan malam untuk Anna. Sambil menunggu kedatangan Sein, Sean lanjut mengobrol dengan Anton, membahas tentang Juan dan Anna. Sean memberitahu Anton jika beberapa jam yang lalu, Juan menghubunginya, menanyakan tentang Anna. Sesaat setelah mendengar penjelasan Sean tentang apa saja yang tadi sudah dirinya dan Juan bicarakan, Anton akhirnya sadar jika kemarin, Juan dan Anna berpisah secara baik-baik. "Kakak tidak menasehati Anna dan meminta agar Anna mengakhiri hubungannya dengan Juan, kan?" Dengan cepat, Sean menggeleng. "Tidak, Dad. Sean pikir, Daddy yang sudah menasehati Anna, lalu meminta agar Anna mengakhiri hubungannya dengan Juan." Kali ini giliran Anton yang menggeleng. "Tidak, Kak, Daddy tidak menasehati Anna dan tidak juga meminta Anna agar mengakhiri hubungannya dengan Juan." "Jadi ... Anna sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Juan?" "Entahlah, Daddy juga tidak tahu pastinya," lirih Anton sambil menyugar rambutnya ke belakang. "Anna tidak mengatakan apapun pada, Mommy?" "Dia hanya bertanya, bagaimana cara untuk melupakan Juan?" "Hanya itu, Dad?" "Iya, hanya itu. Tidak ada lagi yang lain." Tak lama kemudian, Sein kembali sambil membawa nampan yang berisi makan malam untuk Anna. Kondisi Anna belum membaik, jadi tadi Sein membuat bubur ayam kesukaan Anna. Sean mengambil alih nampan tersebut, lalu membawanya pergi menuju kamar Anna. Sean terlebih dulu mengetuk pintu kamar Anna sesaat sebelum memasuki kamar adiknya tersebut. Begitu memasuki kamar Anna, Sean melihat Anna sedang duduk melamun di pinggir tempat tidur sambil terus menatap ke luar melalui pintu balkon yang terbuka lebar. Sean meletakkan makanan yang ia bawa di nakas, lalu duduk di samping kanan Anna. Sean membawa kepala Anna agar bersandar di bahunya, sebelum akhirnya menggenggam kedua telapak tangan Anna. "Makan dulu ya, Kakak suapin," bisik Sean sesaat setelah mengecup ubun-ubun Anna. Anna menggeleng pelan, menolak halus tawaran Sean. "Kalau kamu enggak makan, nanti kamu tambah sakit, Anna." "Anna baik-baik saja, Kak. Besok juga Anna pasti sudah sembuh." Anna akhirnya berbicara meskipun pelan. "Hanya orang bodoh yang akan percaya dengan ucapan kamu, Anna. Kamu jelas sedang tidak baik-baik saja, kamu sakit," lirih Sean penuh kesedihan. Anna tidak menanggapi ucapan Sean. Anna memejamkan matanya, dan Sean tahu jika Anna berniat untuk tidur. "Jangan tidur dulu Anna!" Peringat Sean tegas. "Kamu belum makan malam. Kamu baru boleh tidur setelah makan dan minum obat yang sudah Mommy siapkan." "Baiklah, Anna akan makan." Anna mengangkat kepalanya dari bahu Sean, lalu di saat yang bersamaan, Sean juga melepas kedua tangan Anna dari genggamannya. Anna ingin segera tidur, jadi Anna akan segera menghabiskan makanan dan obat yang Sean bawa. Sean menyusul Anna yang memilih untuk makan di sofa, kali ini Sean memilih untuk duduk di hadapan Anna. "Kakak sudah makan?" tanya Anna basa-basi. "Kakak sudah makan bersama Daddy, Mommy, dan si kembar." Anna mendongak, menatap Sean dengan kening yang berkerut. "Kak Elsa enggak ikut ke sini?" "Enggak. Kak Elsa lagi kurang enak badan, makanya enggak ikut." Anna hanya mengangguk, lalu kembali fokus menikmati makan malamnya. "Tadi Juan menghubungi Kakak." Sean diam sejenak, memperhatikan dengan seskama gestur tubuh Anna. Sean bisa melihat betapa terkejutnya Anna begitu mendengar ucapannya. Anna sama sekali tidak berniat untuk merespon ucapan Sean, yang Anna lakukan hanya diam, fokus pada kegiatannya. Anna memang terkejut begitu tahu jika Juan menghubungi Sean. Anna pikir, Juan tidak akan berani menghubungi Sean. "Apa kamu benar-benar memblokir nomor Juan, Anna?" Anna hanya mengangguk, masih sambil menunduk. "Jadi, pada akhirnya kamu memilih untuk mengakhiri hubungan kamu dengan Juan?" "Iya," balas Anna sambil mendongak. Tak lama kemudian, Anna tertawa pelan ketika melihat raut wajah Sean yang tampak terkejut. Tawa Anna membuat Sean bingung. "Kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?" "Kenapa Kakak terlihat sedih? Bukankah seharusnya Kakak senang begitu tahu hubungan terlarang antara Anna dan Juan berakhir?" balas Anna sesaat setelah meredakan tawanya. Sean menatap tajam Anna. "Senang? Maksud kamu apa?" tanyanya ketus. Anna menggeleng, lalu kembali menikmati makan malamnya yang sebentar lagi akan habis. "Anna, jawab pertanyaan Kakak. Apa maksud ucapan kamu? Kenapa Kakak harus senang?" "Anna sudah kenyang." Anna bergegas beranjak dari duduknya, lalu pergi menuju kamar mandi, meninggalkan Sean yang masih kebingungan. "Sebenarnya apa maksud dia?" gumam Sean penasaran sekaligus kebingungan. Sean terus berpikir, mencoba menebak apa maksud dari ucapan Anna. Tak butuh waktu lama bagi Sean untuk mendapatkan jawabannya, dan saat itulah kedua mata Sean membola. Sean menoleh, lantas berdiri begitu mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. "Kamu sudah mendengar semua pembicaraan antara Daddy, Kak Sean, dan Juan beberapa hari yang lalu?" Entah kenapa, Sean seketika berpikir jika Anna sudah mendengar pembicaraan tersebut. Pembicaraan yang tidak seharusnya Anna dengar. "Tidak." Anna menjawab tanpa menatap Sean. "Bohong," desis Sean. "Anna mau beristirahat, jadi sebaiknya Kakak pergi." Anna mengusir Sean dengan halus. Sean menghela nafas panjang, lalu pergi meninggalkan kamar Anna. Sean pergi menemui Anton, memberi tahu Anton jika kemungkinan besar, Anna sudah tahu tentang pembicaraan mereka dengan Juan beberapa hari yang lalu. Setelah Sean keluar dari kamarnya, Anna segera mengunci pintu kamar, dan tak lupa untuk menutup pintu balkon sebelum akhirnya mengistirahatkan tubuhnya. Anna merasa jika kondisi tubuhnya sudah membaik, jadi mulai besok, Anna akan kembali bekerja. Anna tidak mau terlalu lama berdiam diri, karena saat diam, otaknya terus memikirkan Juan, jadi lebih baik menyibukkan diri dengan bekerja. Anna yakin, jika dengan bekerja akan bisa membuatnya lupa dengan Juan walaupun mungkin hanya sejenak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD