07 - Ajakan bertemu.

1032 Words
Sejak Juan pergi, Bella terus menatap ke arah di mana tadi pria itu menghilang. Tadi Bella sempat berpikir untuk membuntuti Juan, tapi rencana tersebut gagal karena salah satu sahabat Juan terus mengajaknya mengobrol. Bella penasaran, sebenarnya apa yang kedua pria tersebut bicarakan? Dan rasa penasaran tersebut sangat menyiksa Bella, membuat Bella sejak tadi duduk dengan rasa gelisah. "Kenapa lama banget si?" Untuk kesekian kalinya Bella mengeluh. Keluhan tersebut hanya bisa di dengar oleh diri Bella sendiri mengingat saat ini, semua sahabat Juan sedang pergi mengambil makanan. Bella baru saja akan pergi menyusul Juan tat kala melihat pria yang tadi mengajak Juan untuk berbicara 4 mata kembali memasuki tempat acara. Pria tersebut tidak sendiri, tapi bersama seorang wanita yang Bella yakini adalah kekasihnya. Tanpa sadar, Bella menghela napas panjang, sedikit merasa lega. Bella sepenuhnya akan merasa lega jika sudah melihat Juan dengan mata kepalanya sendiri. 1 menit sudah berlalu. Perasaan Bella mulai berubah menjadi was-was karena tak melihat Juan keluar dari ruangan tersebut. Bukan hanya Bella yang dilanda kebingungan, tapi sahabat-sahabat Juan yang baru saja kembali dan sempat melihat Eishi sudah kembali memasuki tempat acara, juga di landa kebingungan ketika tidak melihat Juan. Mereka jadi bertanya-tanya, ke mana perginya Juan? Tanpa pamit kepada para sahabat Juan, Bella pergi menuju tempat yang tadi Juan masuki dengan langkah tergesa-gesa. Saat Bella memasuki ruangan tersebut, ruangannya dalam keadaan kosong, tidak ada siapapun di tempat tersebut. Panik, itulah yang Bella rasakan. "Juan!" Teriak Bella menggelar sambil terus mengamati setiap penjuru ruangan, matanya terus mencari keberadaan Juan. Tidak ada yang menyahuti panggilan Bella, karena memang ruangan tersebut dalam keadaan kosong. Bella keluar, pergi menemui orang tua Juan. Siapa tahu, mereka tahu di mana posisi Juan saat ini, dan Bella memang berharap kalau mereka tahu. "Om, Tante!" Alexander dan Agatha dengan kompak menoleh pada asal suara. Keduanya menatap bingung Bella yang terlihat sekali panik. "Kenapa, Sayang?" Agatha bertanya lembut. "Apa Tante melihat, Juan?" Agatha sontak menggeleng. "Enggak. Bukannya tadi Juan bersama kamu dan sahabat-sahabatnya, Sayang?" "Iya, tadi Juan memang bersama Bella. Tapi, tadi ada teman Juan yang datang, lalu mengajak Juan untuk berbicara 4 mata. Teman Juan sudah kembali, tapi Juan belum." Alexander dan Agatha saling pandang dengan raut wajah bingung yang tergambar jelas. "Om, Tante!" Teguran Bella menyadarkan keduanya. Atensi Agatha kembali tertuju pada Bella, lain halnya dengan Alexander yang langsung menghubungi asisten pribadinya untuk mencari tahu, di mana Juan berada? "Mungkin Juan sudah kembali ke kamarnya." Agatha mencoba untuk menenangkan Bella yang masih saja panik. "Kembali ke kamar?" Ulang Bella, memperjelas. "Iya, Sayang. Mungkin Juan sudah kembali ke kamarnya." "Tapi acara pertunangan kita kan belum selesai, Tante!" Bella merenggut, kesal dengan apa yang terjadi. Bisa-bisanya Juan pergi meninggalkannya sendiri di saat acara pertunangan mereka belum selesai. Agatha baru saja akan menanggapi ucapan Bella, tapi suara orang yang memanggil Bella sudah terlebih dahulu mengintrupsi. "Sayang, kamu kenapa? Kok panik?" Pertanyaan tersebut terlontar dari mulut Lydia, Ibu Bella yang baru saja datang. Bella mulai menjelaskan apa yang terjadi. "Juan sudah kembali ke kamar," ucap Alexander, memotong penjelasan Bella. Agatha bernafas lega, begitu juga dengan Lydia, lain halnya dengan Bella yang sekarang memasang raut wajah masam. Dengan lembut, Lydia mengusap rambut panjang Bella yang tergerai. "Sayang, acara pertunangan kamu dengan Juan sebentar lagi juga selesai. Sebaiknya kamu kembali ke kamar, istirahat aja ya." "Baik, Bunda," lirih Bella pasrah. Bella pergi meninggalkan tempat acara, sementara orang tuanya dan orang tua Juan kembali berbincang dengan para rekan bisnis mereka yang lain. Juan memang tidak kembali ke acara pertunangannya dengan Bella. Pria itu memilih untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai 35 sesaat setelah mengobrol dengan Eishi. Kedua orang tua Juan memang bukan hanya menyewa ballroom hotel untuk melaksakan acara pertunangan Juan dan Bella, tapi menyewa seluruh kamar yang ada di gedung hotel tersebut. Kamar-kamar tersebut di pakai oleh anggota keluarga Juan dan Bella yang datang dari luar kota atau bahkan dari luar negeri. Saat ini, Juan sudah duduk di pinggir tempat tidur. Dengan tangan bergetar, Juan meraih ponsel yang sudah lama tidak ia sentuh. Sejak pergi meninggalkan Indonesia, Juan memutuskan untuk mengganti ponselnya, membiarkan ponsel lamanya berada di dalam tas. Juan memang tidak pernah lagi menyentuh ponsel tersebut, tapi Juan selalu membawanya, ke mana pun dirinya pergi. Ada banyak sekali kenangan indah sekaligus manis dalam ponsel tersebut, membuat Juan mengurungkan niat untuk membuangnya atau bahkan menghancurkannya. Sekarang Juan merasa lega, lega karena tak merusak atau membuang ponsel tersebut. Dengan tangan bergetar sekaligus berkeringat, Juan menghubungi nomor yang sudah lama tidak ia hubungi, dan nomor tersebut adalah nomor Anna. Juan memejamkan kedua matanya, bernafas lega karena nomor Anna ternyata masih aktif. Juan pikir, Anna sudah mengganti nomor ponselnya. Anna tidak mengangkat panggilan dari Juan. Juan tidak menyerah. Juan terus menghubungi Anna, tapi sayangnya, Anna tidak mau mengangkat panggilan dari Juan. Padahal ponsel Anna dalam keadaan aktif. Juan melempar kasar ponselnya, tapi selang beberapa detik kemudian, Juan kembali meraih benda pipih tersebut. Juan memutuskan untuk mengirimi Anna pesan. Jika Anna tidak mau mengangkat panggilannya, maka setidaknya, Anna mau membaca pesan yang ia kirimkan. 5 menit berlalu, belum ada tanda-tanda Anna akan membalas pesan Juan. Jangankan membalasnya, membacanya saja tidak Anna lakukan. Juan melempar kasar ponselnya, lalu membaringkan tubuhnya di tengah-tengah tempat tidur. Juan mengusap kasar wajahnya, menjambak rambut hitamnya dengan kuat, menyalurkan rasa frustasi yang ia rasakan. "Apa yang harus gue lakukan?" gumam Juan, sarat akan kesedihan yang mendalam. Juan menoleh, segera meraih ponselnya begitu mendengar bunyi notifikasi pesan masuk. Juan merubah posisinya menjadi duduk ketika tahu kalau pesan yang baru saja masuk adalah pesan balasan dari Anna. Dengan gugup, Juan membuka pesan tersebut. Juan bisa merasakan jantungnya yang berdetak cepat, bahkan Juan bisa mendengar sendiri detak jantungnya. Juan menghela nafas panjang, lega karena Anna mau bertemu dengannya meskipun Anna tidak mau bertemu dengannya hari ini. Awalnya Juan berpikir kalau Anna akan menolak ajakannya untuk bertemu, jadi, ketika tahu kalau Anna tidak menolak ajakannya, Juan luar biasa lega sekaligus bahagia. Raut wajah Juan kembali berubah sedih. "Apa yang nanti harus gue katakan sama Anna?" Maaf, kata itu sudah pasti akan Juan ucapkan. Hal pertama yang akan Juan lakukan adalah meminta maaf. Meminta maaf karena sudah bertindak bodoh, meminta maaf karena sudah menyakiti dan melukai perasaan Anna. Lalu, selanjutnya, apa yang harus Juan katakan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD