“sialan, kaca ini sulit sekali dibuka”.
Aku berusaha membuka jendela putih yang besar itu.
Yah, aku berniat untuk melihat seberapa tinggi kamar ini, apakah aku bisa keluar dengan hanya sekali lompatan atau aku harus mencari alat untuk bisa turun.
Dengan susah payah dan dengan tenaga extra, akhirnya jendela itu terbuka.
"Huftt....akhirnya". Gumamku
Baru saja aku ingin melihat ke luar jendela, aku dikejutkan oleh suara pintu.
Krekkk....
Aku mulai panik membayangkan siapa lagi yang akan muncul dari balik pintu.
“Nona...sudah selesai makannya?ini saya bawakkan baju dan handuk untuk nona bisa mandi”.
Huftt...ternyata dia, baru saja jantung ku ingin lepas. Batin ku
“Oh..baiklah, terimakasih.” Jawab ku lega.
Sambil berharap dia cepat-cepat pergi supaya aku bisa melihat jendela lagi.
“Panggil bi nita aja non.”
“hehehe...oia, saya lupa.” Jawab ku kemudian
“Baik, saya tinggal dulu ya non.”
Sambil berlalu, bibi anita menghampiri ku yang berdiri didekat jendela. Dan menutup kembali jendela yang ku buka tadi.
Ehhh...jangan ditutup..gumamku didalam hati
“Kita ada dilantai 3 non, jangan coba untuk melompat berbahaya.” Katanya kemudian
“hmmm...” aku menjawab dengan kesal.
Bibi nita kemudian pergi meninggalkan ku.
Tidak percaya dengan apa yang dikatakannya, aku mencoba membuka kaca jendela itu lagi.
Ahh..kali aja dia bohong. Aku ga percaya kalau ga lihat langsung. Benak ku
(Krekkk....) jendela nya terbuka
Dengan semangat aku melihat keluar.
“Hiks..hiks...hiksss...tinggi banget, gimana mau lompat kalau kayak gini. Mati duluan gw.”
“sayang.....aku harus gimana dong...hiks...hiks..hiksss..”
“gw rindu sama suami dan anak-anak gw....hiks...hiksss...hiksss”.
Aku duduk dan menangis menjadi-jadi.
Yah..aku adalah wanita yang lemah. Selama ini suami ku selalu ada disamping ku mendampingi dan membantu apa pun yang aku butuhkan.
Setiap kali kesulitan aku slalu memanggil suami ku untuk membantu. Dan aku sangat bersyukur untuk hal itu.
Sekarang aku tidak bersama suami ku dan aku tidak tau apa yang harus kulakukan.
Tidak bisa, aku harus tetap mencari cara untuk keluar. Batin ku
Aku mencoba mencari apa pun disalam kamar, yang bisa digunakan untuk turun.
Aku mencari di laci, lemari, di kamar mandi. Aku mencoba mencari disetiap sudut tapi tidak ada yang kutemukan.
Semua lemari dan laci kosong bahkan selembar kain pun tidak ada.
Aku mulai frustrasi. Aku duduk dilantai dan mulai menangis kembali
“hiksss....hiksss..hikssss...gimana ini.” Gumam ku.