Tetesan infus yang bergerak seirama dengan jarum jam di dinding kamar rawat itu membawa ketegangan sendiri bagi kedua pria yang berada di sana. Daru yang berdiri agak jauh dari ranjang yang Sani tempati dan Asta yang duduk di samping ranjang itu dengan tangan menggenggam jemari gadis itu. Tangan Sani yang berada dalam genggamannya, Asta bawa hingga menyentuh dahi, memejamkan mata seraya berdoa penuh harap bahwa Sani akan baik-baik saja. Ini memang bukan kali pertama Asta mendapati Sani dalam keadaan yang sama, tapi biasanya Asta selalu berhasil menggagalkan upaya gadis itu untuk membuat pergelangan tangannya sendiri teriris seperti tadi. Sungguh hal itu membuat Asta takut, saking takutnya hingga seluruh tubuhnya gemetar saat menemui keadaan Sani yang sulit dia ungkapkan. Jantungnya hampir

