Aluna menunduk. Sangat ingin pergi dari sana, tetapi pasti nanti sang ibu akan mencibirnya habis-habisan. Sejak awal wanita itu melarangnya untuk ikut. Tetapi ia memaksa dengan keyakinan penuh bahwa ia bisa melihat mantan calon suaminya menikah. "Luna!" "Iya?" Aluna menjawab tanpa memandang ibu yang memanggilnya. Kepala tetap menunduk. "Kamu gak apa-apa, Sayang?" Nina menatap iba. Meski terus menyangkal, ia tahu Aluna tidak baik-baik saja. Tetapi semua ini akibat dari kepuasan Aluna sendiri yang terlalu egois dan tidak berpikir jauh ke depan. Aluna hanya menggeleng tanpa menoleh. Kepala masih menunduk, menyembunyikan mata yang basah agar tak terlihat oleh sang ibu. Nina tidak lagi bersuara. Mengusap lembut punggung putrinya dengan sayang. "Sabar aja. Kalau udah waktunya, kamu juga bis

