Aluna menelan saliva dengan susah payah, tak bisa memikirkan apa-apa saat sang ayah benar-benar membawanya ke tempat yang ia duga. Berbagai rasa kini berkecamuk di hati yang mulai goyah. Padahal ia berangkat dengan keyakinan bahwa ia akan baik-baik saja. Tetapi yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Kaki mendadak lemah seperti tidak ada tenaga untuk menopang tubuh. "Udah Ibu bilang, kamu tadi seharusnya nggak ikut. Udah, kamu jangan masuk tunggu di sini aja ya?! Atau kamu mau pulang pakai taksi?" Nina menoleh ke belakang di mana putrinya sedang duduk. "Aku gak apa-apa," kilahnya kemudian meski rasanya ingin menangis saat melihat tempat masuk menuju aula, desainnya sama persis seperti yang ia dan Ervan rancang. "Kamu yakin mau ikut turun?" Nina kembali bertanya untuk memastikan. Alun

