"ASI, Dam?"
"Iya, Bu." Adam mengangguk lalu menyerahkan barang yang ia bawa pada ibu dari atasannya tersebut.
"Kenapa Ervan gak ambil sendiri?"
"Bu Aluna minta saya yang ambil ke sana, Bu."
"Kenapa?" Yeni tahu Aluna adalan nama donor ASI untuk cucunya.
Adam menggeleng. "Saya kurang tau."
"Lain kali kalau kamu mau ke sana, ajak saya juga dong. Saya mau ketemu sama orangnya," ujar Yeni.
"Mama mau ngapain ke sana?" Ervan menghampiri dengan menggendong bayinya.
"Mau bilang makasih. Sekalian pengen kenalan. Lagian kita memang harus kenal sama mereka, terutama Aluna," jawab Yeni, "mama simpan dulu ASI-nya sekalian siapin juga untuk Sagara. Tunggu, ya, Sayang. Nenek buatkan dulu mimi untuk Saga." Menyentuh pipi cucu kemudian berlalu.
"Saya gendong, Pak," ujar Adam, "saya sudah steril."
Ervan memberikan Sagara pada asistennya. Menatap pemuda itu beberapa saat. "Kamu kenapa jadi suka ambil gambar anak saya?''
"Untuk dokumentasi saja, Pak.. Nanti kalau Sagara udah besar, saya bisa tunjukin ini sebagai bukti bahwa saya sering gendong dia," jawab Adam.
Ervan berdecih. "Memang apa manfaatnya kamu pamer begitu sama anak saya?"
"Untuk sekarang sih belum ada," sahut Adam sambil memasukkan ponsel ke dalam saku setelah mengambil beberapa gambar Sagara yang ada di pangkuannya.
"Adam mau minum apa? Saya sampai lupa," ujar Yeni sambil menyodorkan botol suusu untuk Sagara.
"Tidak usah." Yang menjawab adalah Ervan. "Sebentar lagi juga dia pulang. Kalau mama kasih dia minum, bisa-bisa dia lama di sini. Hilang juga nanti mobilku satu lagi," sindirnya kemudian.
Adam hanya tertawa kecil mendengar sindiran yang sudah pasti ditujuan untuknya tersebut. Memilih fokus pada Sagara yang sedang minum dengan lahap. Iba rasanya melihat bayi yang tidak diinginkan ibunya.
"Dam!"
"Iya, Bu?" Pemuda yang hanya terpaut usia beberapa tahun saja dengan Ervan tersebut, menoleh.
"Kapan kamu mau ke sana lagi?"
"Ke mana, Bu?"
"Ke rumah Aluna."
"Insyaallah lusa, Bu. Dua hari sekali. Asi yang saya bawa tadi cukup kan untuk dua hari?"
"Insyaallah cukup. Nanti jangan lupa ajak saya kalau kamu mau ketemu Aluna."
Adam tidak langsung setuju. Mengalihkan tatapan pada sang atasan.
"Gak usah pedulikan dia. Kalau di kantor dia memang bos kamu. Tapi kalau di luar 'kan bukan. Kamu kalau mau ke sana di luar jam kantor aja, biar setatus kamu bukan asisten dia," ujar Yeni, seakan mengerti isi kepala pria muda itu.
Ervan hanya menggeleng pelan mendengar ucapan sang ibu. Menatap sebal tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Adam tersenyum. "Baik, Bu." Tidak bisa menolak. Lagi pula ia yakin atasannya pun tidak akan berani melarang.
***
"Bapak yakin ini alamatnya?" tanyanya Yeni pada sopir pribadi yang menemaninya.
"Iya, Bu. Ini udah sesuai dengan alamat yang diberikan Mas Adam," angguk pria itu.
"Tapi Adam-nya belum datang. Kita tunggu saja. Takutnya kita salah rumah. Siapa tahu aja rumahnya yang kiri atau kanan, atau yang lain," balas Yeni.
"Baik, Bu."
Beberapa detik kemudian, sebuah mobil berhenti di belakang.
"Itu sepertinya Mas Adam, Bu," ujar sang sopir.
Adam yang terlambat datang, gegas turun. Berjalan cepat menghampiri dan membuka pintu mobil Yeni. "Maaf, Bu. Saya terlambat," ujarnya dengan sopan.
"Gak apa-apa. Saya juga baru sampai kok," balas Yeni.
"Syukurlah. Saya pikir Ibu sudah menunggu lama." Adam merasa lega.
Yeni mengedarkan pandangan. "Rumahnya yang mana? Yang itu atau yang itu?" Menunjuk ke arah sisi kiri dan kanan rumah yang ada di depannya. "Atau yang itu?" Kali ini telunjuk terarah pada rumah seberang.
"Yang ini, Bu." Adam menunjuk rumah di depan yang memang milik orangtua Aluna. Yang ia tahu, wanita itu tinggal di sana.
Yeni diam sejenak sambil menatap rumah bercat putih tersebut. "Adam, kamu yakin ini rumahnya?"
"Iya, Bu." Adam mengangguk lalu menutup pintu belakang yang ia buka untuk ibu sang atasan. "Mari!"
"Adam!"
"Iya, Bu?"
"Saya tiba-tiba ingat, saya ternyata ada janji sama teman. Lain kali aja, ya, saya mampir," ujar Yeni, "ya ampun ... saya bisa diomeli ini kalau sampai terlambat. Saya duluan, ya, Dam?!" Tanpa menunggu jawaban, ia kembali ke mobil. "Cepat jalan, Pak!"