Kami tiba di rumah sudah sore, setelah seharian berkeliling ke berbagai tempat sepulang dari gedung tahanan. Tuan Liem mengajakku mengunjungi kantor bisnisnya, lalu kami pergi berburu kuliner dan ke tempat wisata. Cukup melelahkan, aku belum pernah sesibuk ini sebelumnya. Aku hanya gadis biasa, ya, aku merasa begitu. Tetapi Tuan Liem sangat mengistimewakanku. “Kamu pasti lelah,” katanya, lalu mendorongku masuk ke kamar untuk segera beristirahat. “Ta-tapi, Tuan.” “Ssstt, istirahatlah, Rania. Beberapa hari lagi pernikahan kita digelar, jangan sampai kamu kelelahan.” Dia memintaku untuk cepat masuk dan beristirahat, namun sikapnya seperti seorang ayah yang memerintah sang anak. Aku tak keberatan. Dia bossy, memang. Kebiasaannya memberi perintah, hampir setiap hari bersikap serius, fokus,

