PROLOG

382 Words
Bernard Pontoh, pengacara terpandang di kota Manado itu, dibuat hilang akal oleh kelakuan salah seorang klien prioritasnya. Sayangnya, kali ini ia tidak bisa beradu argumen dengan lelaki tua yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit tersebut. Bernard sangat menghormati lelaki itu. Ia menghormatinya seperti orangtua kandungnya sendiri. Bahkan lebih.  "Kau sudah buat seperti yang aku suruh kan Bernard?" Roni Kalalo mencoba beranjak dari ranjangnya. Tapi Bernard segera mencegah.  "Berbaringlah, Pak."  "Aku sudah sangat tua, Bernard. Aku tau waktuku tidak akan lama lagi." Roni Kalalo memandang Bernard dengan tatapan yang nanar.  "Anda tidak akan mati, Pak. Anda masih akan hidup seratus tahun lagi." Bernard menggenggam tangan keriput Roni. Baginya, lelaki tua inilah orang yang paling berjasa dalam hidupnya. Lelaki tua inilah yang memungut Bernard kecil dari pasar ikan, merawatnya seperti anak kandung sendiri, menyekolahkannya hingga menjadi seorang pengacara. Lelaki ini pula yang telah membelikan bangunan yang kemudian dijadikan Bernard sebagai kantornya.  "Aku bukan Nuh yang bisa hidup 950 tahun,” sahut Roni lemah. Kau sudah menyiapkan surat wasiat seperti yang aku minta kan?" "Persis seperti yang Anda minta, Pak." Bernard mengeluarkan dokumen dari dalam tasnya dan memberikan kepada Roni, namun pria tua itu mengibaskan tangannya.  "Tidak perlu k****a. Aku percaya padamu. Kau pasti akan membuat seperti yang aku minta," ujarnya pelan. "Oh, ya kau ada bawa pulpen dan kertas? Aku ingin menulis sesuatu untuk Carissa. Kau bisa pergi agar aku konsentrasi untuk menulis." Tanpa bertanya, Bernard segera mengeluarkan pulpen dan kertas yang diminta oleh Roni. Ia beranjak dari kursi namun tidak juga berbalik untuk keluar dari ruang VVIP rumah sakit itu. "Ada lagi yang ingin kau sampaikan padaku, Bernard?" Roni bertanya begitu mendapati pengacara yang sudah ia anggap seperti anak kandungnya sendiri itu hanya terdiam di sana.  "Apakah Anda yakin dengan isi surat wasiat itu? Anda akan membuat Carissa mengalami kesulitan di kemudian hari." Roni Kalalo tidak menjawab, sebaliknya ia malah tertawa mendengar argumen Bernard.   "Carissa mungkin tidak akan setuju dengan ini,” sambung Bernard. “Lagipula bagaimana cara Carissa menemukan pemuda itu?" "Justru karena dia adalah Carissa cucuku, maka dia pasti akan menemukannya, " Sahut Roni tegas. Demi mendengar intonasi Roni yang sangat yakin, Bernard menganggap pembicaraannya dengan Roni selesai. Ia tidak memiliki argumen apa-apa lagi untuk mendebat lelaki tua itu. Bernard sudah berbalik untuk keluar dari ruangan namun langkahnya tertahan di ambang pintu karena Roni Kalalo kembali bersuara, "Tolong pastikan Carissa menemukannya!" Bernard mengangguk lalu meneruskan langkahnya untuk keluar dari ruangan. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD