Bab 34 : Masalah Adi, mood nya Kemala

1208 Words
Permasalahan kemarin ternyata tidak Sampai di situ aja. Kemala yang telanjur emosi memilih libur masak dan terpaksa emak nya kah yang berjibaku dengan alat alat dapur. Merasa bersalah? Tentu, Kemala juga tidak enak sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi, ia sudah kepalang kesal dan emosi. Jadi jangan harap ia akan berbaik hati. Sepertinya tingkahnya ini sama seperti Adi, lihat sekarang. Pemuda itu mendadak tidak mood malah terkesan sangat cuek tanpa Kemala tahu penyebabnya apa. Terakhir kemarin mereka berkomunikasi hanya membahas masalah Kemala aja. Gak ada ke mana mana. "Mas, kenapa? Ada masalah?" Tanya Kemala setelah merenung memikirkan kesalahan nya yang ia anggap ia tidak ada salah terhadap pemuda itu. Lama tak mendapatkan balasan padahal status Adi online. Hingga tak lama sebuah notifikasi pesan masuk dan ternyata itu dari dia. Mas "Nanti aku cerita, kalau sekarang lagi gak bisa." Salah satu sifat Adi yang paling tidak Kemala suka adalah sifat yang buat orang penasaran. Bayangkan saja, Kemala yang tengah kepo dan kebingungan ini di suruh menunggu Adi untuk bercerita yang kemungkinan besok atau besok nya lagi baru mau membuka mulut. "Ya udah kalau gitu, Mas. Kalau ada masalah cerita aja." Balas Kemala yang pada akhirnya tetap saja mengalah. Emang dia bisa marah? Tidak! Kemala bukan tipe perempuan yang akan meledak ledak ketika marah. Ia memilih diam atau paling cuek sebagai kode bahwa ia tidak menyukai sesuatu yang terjadi. Keseringan Kemala akan langsung melupakan kesalahan Adi tanpa menyelesaikan hari itu juga. Sebab jika ia memaksakan untuk menyelesaikan hari itu juga maka bukan nya selesai masalahnya malah akan semakin bertambah dan melebar, tahu sendiri kalau perempuan sifat alamiahnya adalah saling mengungkit kesalahan lama sekalipun. Dan Kemala memilih bercerita ketika emosinya reda agar tidak ada lagi masalah baru yang meledak. Tak ada lagi balasan dari Adi. Mungkin pemuda itu tengah sibuk dengan pembangunan rumahnya yang sudah di mulai sejak beberapa hari lalu. Dan ini bukan pertama kalinya Adi mendadak cuek atau menghilang dari peradaban, Kemala sudah membiasakan diri walaupun sebenarnya sama sekali tidak terbiasa. "Lama lama bisa gila aku, di rumah banyak masalah sama doi apa lagi! Stres lama lama." Batinnya yang menatap ponsel miliknya dengan Nanar. Ia terkadang ingin bercerita, tapi jika bercerita dengan orang lain yang ada malah terjadi pembandingan. Seperti misalnya ia bercerita kepada Yola teman akrabnya yang sudah lebih seperti saudara. Nantinya gadis itu akan membelanya dan mengatakan lebih baik ia memilih pemuda yang dekat saja dibandingkan dengan Adi. Dan ini akan membuat sedikit gejolak setuju dari Kemala karena sedang emosi. Bukannya membantu yang ada Yola malah menciptakan masalah baru di batin nya. Lama menunggu kabar dari Adi yang nyatanya sampai tengah hari juga tak kunjung ada. Ia yang sudah lelah memutuskan untuk mematikan data internet nya, paling nanti jika memang kekasihnya itu membutuhkan nya akan mengirim nya pesan. Itu pun masih kemungkinan. "Kuliah gak kau?" Tanya Fika yang melihat dirinya keluar dari kamar dengan keadaan semrawut khas orang yang baru bangun tidur. Kemala menggeleng pelan. "Jadwalku cuma Rabu Kamis Jumat Sabtu. Sisa nya libur." "Enak lah kau, kuliah sering libur." Enak? Belum tahu saja dia rasanya kuliah libur tapi otak lembur. Belum tahu rasanya ingin bersantai ria tapi tugas dengan deadline mepet tengah menunggu. Kemala tidak menjawab, memilih untuk mencuci wajah nya supaya lebih segar. Ia bisa melihat tumpukan piring yang menggunung, sepertinya sebentar lagi nyonya akan marah. Maka sebelum itu terjadi ia segera mencuci piring itu. Dua puluh menit ia habiskan dengan tumpukan piring kotor di dalam kamar mandi. Setelah selesai ia kembali masuk ke dalam kamar markas kesayangan nya. "LDR butuh tenaga memang, tapi dari dulu dapet doi orang jauh semua." Lirihnya yang mengingat-ingat jika selama ia remaja baru satu pacarnya yang tidak menjalani hubungan jarak jauh, sedangkan yang lain? Ada di Sulawesi tenggara, ada di Cirebon. Bayangkan! Dan sekarang dapat yang di Lampung. Akan tetapi di balik semua itu ia memiliki alasan tersendiri kenapa memilih yang jauh. Hal ini di sebabkan trauma yang membelenggunya setiap ingin berkenalan dengan pemuda satu kampung atau rumah nya yang lumayan dekat. Ketika ia menginjak usia remaja, ia memiliki kekasih yang merupakan pemuda satu kampungnya. Namun karena sang bapak tidak menyukai anak perempuan pertamanya pacaran di usia yang masih belia, secara tegas langsung menolak dan melarang keras dirinya untuk berhubungan dengan pemuda yang beda usianya empat tahun dari nya itu. Dikarenakan memang watak Kemala yang keras ditambah bapaknya juga keras, maka keduanya saling egois dengan tidak ada yang saling mengalah satu pun. Hingga ketika Minggu terakhir sebelum puasa ramadhan pun tiba, sesuai dengan tradisi kampungnya beberapa orang akan pergi ke pantai yang jaraknya hanya sekitar dua jam perjalanan. Pada saat itu kebetulan kekasih Kemala ingin meminta ijin untuk membawa gadis itu ke pantai. Namun bukannya memberi ijin, bapak Kemala yang saat itu ingin ke kebun langsung memarahi pemuda yang menjadi kekasih Kemala di hadapan banyak orang. Bahkan sampai sekarang pun kemala masih mengingat ucapan bapaknya yang membuat ia selalu menolak ajakan pemuda mana pun untuk pergi liburan. "Tanya sama dia, mau pilih sekolah apa pergi sama kau, kalau mau sekolah jangan pergi dia. Tapi kalau mau sama kau, ini uang jajan nya tapi jangan harap dia sekolah lanjutan." Kemala hanya bisa terdiam dengan tubuh yang terguncang akibat gemetar hebat di balik jendela rumah melihat kekasihnya di bentak tepat di khalayak ramai. Kemala tak bisa menutupi rasa malunya, ia yang saat itu masih labil dan sudah punya rasa malu menangis terisak di balik jendela dengan tatapan nanar melihat pemuda yang menunduk takut. Dari kejadian itu, Kemala selalu membatalkan janjinya meski pemuda yang menjemputnya sudah sampai di simpang rumah. Ia akan ketakutan membawa pemuda itu untuk ijin kepada bapaknya walaupun status mereka hanya teman satu sekolah. Hampir tujuh tahun peristiwa itu terjadi, rasa trauma takut jika bapaknya mengusir teman laki laki yang datang ke rumah masih terus menghantui Kemala, bahkan sampai mamaknya bertanya kenapa ia tidak punya teman laki-laki yang dibawa ke rumah? Dan ia hanya menjawab takut diusir bapak.. Saat pertama kali menjalin hubungan dengan Adi pun Kemala memilih menutupi semuanya dari keluarga. Meski ia sangat terbuka kepada mamaknya, tapi menyangkut hubungan dengan lawan jenis Kemala tertutup. Dan karena itu pula ia mencari kekasih yang jauh dari ruang lingkup bapaknya,.paling tidak sang bapak tidak kenal dan tidak bisa mengusir atau bahkan memata matai dirinya lagi. Akh! Membahas masa lalu ia jadi lupa menghidupkan data internet, harap harap Adi mengirimkannya pesan meskipun terdengar impossible. Dan benar saja, setelah menunggu beberapa saat, tak ada satupun pesan masuk dari Adi, yang ada dari grup menulis dan grup kuliah nya yang memenuhi kebisingan notifikasi. "Emang si Adi markudi ini paling bisa mancing emosi, tapi aku gak bisa marah. Kan g****k namanya! Dia lagi ada masalah ini makanya aku jadi pelampiasan nya," ujar nya sembari menatap pop up chat dengan Adi Pembangunan rumah pemuda itu sudah setengah jalan, dan entah kenapa Kemala sangat bangga atas keberhasilan Adi. Pemuda itu berhasil mengangkat derajat ayah ibu nya dengan memperbaiki rumah yang lebih layak. Adi bukan seperti teman teman kuliahnya yang kebanyakan hanya menadah tangan meminta uang dari orang tua. Adi bahkan lebih hebat dari dirinya yang berkuliah, nyatanya yang kuliah bekuk tentu bisa membangunkan sebuah rumah layak huni seperti Adi. "Bangga sih aku! Tapi kalau dia lagi ada masalah, aku jadi korban." Cibirnya menyudahi sesi rasa bangga dan berubah menjadi kesal. Kemala dan mood nya yang susah ditebak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD