Bab 34: Jarak dan tantangan

2058 Words
Mood Adi tidak kunjung baik meskipun sudah satu malam Kemala menunggu pemuda itu bercerita. Yang ada malah ia dicueki bahkan membalas pesannya seperti tidak ingin. Hal hal yang seperti ini yang nantinya menimbulkan emosi alhasil membuat Kemala kesal dan memilih diam. Terkadang ingin rasanya Kemala meledak memarahi Adi, tapi mereka dalam keadaan hubungan jarak jauh yang pastinya penyelesaian konflik lebih susah salah salah bukan masalah yang selesai yang ada malah hubungannya. Sehingga sebisa mungkin Kemala meredam amarah, begitu sebaliknya. Jika Kemala yang sedang emosi maka Adi memilih menunggu reda, dan ketika Adi yang emosi maka Kemala akan menepi sampai emosi pemuda itu menghilang. Dan kebanyakan Kemala akan memilih diam terlebih dahulu, dan akan membahas ini ketika semua sudah kembali seperti semula, tujuannya hanya satu, ia tidak ingin hubungannya kali ini gagal lagi karena emosi sesaat, jika batu lawan batu maka yang tercipta adalah percikan api. Sehingga Kemala akan selalu berusaha mengalah dan meminta maaf meskipun jauh di dalam lubuk hatinya ia tidak salah sama sekali. Contoh ya seperti sekarang ini, bahkan Kemala sudah ancang ancang ingin meminta maaf karena takut jika Adi marah sebab ada yang salah darinya. Tapi kemudian ia menggelengkan kepala sebab ia tahu jika pemuda yang menjadi kekasihnya hampir setahun itu akan menjelaskan kemarahan jika memang ia yang menjadi sumber amarah. Memilih menulis merupakan jalan ninja Kemala untuk menghindari over thinking yang nanti membuat mood nya berantakan. Bukan nya mendapatkan ide, Kemala malah buntu dan membuat ia kesal bukan main. Menghembuskan nafas secara perlahan, Kemala memulai lagi menulis huruf per huruf yang ia rangkai menjadi kata dan kalimat. Namun baru setengah perjalanan, sebuah kesan singkat dari operator paket data membuat mood nya terjun bebas sebebas-bebasnya. "Anjir lah. Bisa bisa nya sekarang habis paket. Belum gajian pula." Kemala mendesah gusar, meminta uang kepada emak nya juga bukan pilihan yang bagus. Bisa bisa ia dimaki duluan nanti. "Mak, bagilah aku duit." Pinta Kemala yang pada akhirnya memilih memberanikan diri meminta uang kepada emaknya. Emak Kemala yang sedang nonton di ruang tengah langsung melirik ke arah putri sulung nya yang tengah merayu dengan wajah dibuat memelas. "Buat apa samamu duit?" "Mau beli paket aku, Mak. Udah habis paket ku." "Yang boros lah kau jadi orang, perasaan baru kemarin kau beli paket." Celetuk emaknya dengan raut wajah yang sudah tidak menge Kemala memilih beringsut menjauh dari ruang tengah dan masuk ke dalam kamar. Percuma pikirnya meminta uang kepada emaknya itu yang ada ia malah sakit hati nantinya. Ia mengecek sisa paket data yang tersedia, dan tinggal setengah GB lagi, hanya cukup untuk hari ini. "Nasib kok gini banget lah lah." Ia merebahkan dirinya di atas ranjang dengan mata terpejam membayangkan jika kehidupan nya bisa seperti Yola teman akrabnya. Bukan kah itu sangat menyenangkan memiliki kedua orang tua yang mendukung dan selalu berucap lemah lembut. Tidak pernah memaki apalagi ringan tangan. Rasanya Kemala iri tapi ia juga sadar jika tidak baik membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Mengusap pelan matanya yang mendadak basah. Kemala meraih ponselnya ketika mendengar suara pesan dari Adi masuk. Mas "Yang." "Iya, Mas." Balas Kemala. Mas "Lagi ngapain?" "Mau nulis." Tak lama setelahnya panggilan telpon dari Adi membuat gadis itu langsung mengangkat nya. "Dari mana aja, Mas?" Tanya Kemala begitu sambungan telpon terhubung. Ia bertanya seperti ini karena adu yang tidak ada kabar sama sekali sejak tadi, bahkan pesannya tadi malam pun tidak dibalas pemuda itu. "Gak dari mana mana. Kenapa emang?" Tanya Adi tanpa rasa bersalah sedikit pun, memang seperti itu kan? Adi memiliki sifat yang sama seperti kebanyakan laki laki, tidak akan merasa bersalah sebelum pihak perempuan yang ngasih tahu kesalahan nya. "Gak papa, cuma nanya aja," jawab Kemala yang enggan memperpanjang masalah, sudah dibilang dari awal jika hubungan jarak jauh tentunya membutuhkan kesabaran dan saling mengalah, masalah besar dikecilkan masalah kecil dihilangkan begitu lah prinsip Kemala dan Adi untuk mempertahankan hubungan mereka.. "Kemarin lagi ada masalah sama bapak." "Kenapa lagi?" Tanya Kemala yang memang Ita tahu jika hubungan Adi dengan bapaknya sama seperti ia dengan ibu nya, susah baiknya. "Bapak pesan buat jendela tapi uang nya aja gak ada, padahal udah aku bilang jendela nya ditempel dulu sama seng atau papan, nanti ada duit baru beli. Lah malah dipesan dong." "Lah, jadi gimana?" Kemala jadi bingung, gimana ceritanya itu barang dipesan terlebih dahulu sedangkan uang untuk membayarnya belum ada. "Kayaknya mau minjam dulu lah" Kemala terdiam, sebenarnya ia cukup prihatin dengan Adi tapi mau bagaimana lagi, sebagai anak sulung memang sudah takdirnya di gembleng untuk menjadi tulang punggung keluarga. "Ya udah kalau itu keputusan mas mala dukung aja dari sini, mau bantu juga gak bisa." "Gak papa, lagian bangun rumah aku prediksi paling habis tiga puluh juta doang, lah lebih jadinya. Kayak nya kita juga mundur buat ketemunya." Kemala terdiam, mundur lagi yah? Padahal dirinya sudah ancang ancang membayangkan bagaimana nanti pertemuan pertama mereka yah, tapi memang sepertinya belum waktunya. Terlebih sebentar lagi Kemala harus berangkat kkn. "Gak papa mas, nanti kumpulkan uang lagi biar bisa ke sini." "Makasih. Moga aja bisa terkumpul sebelum akhir tahun jadi awal tahun bisa ke sana." Kemala mengangguk. Ia tidak bisa memaksa Adi untuk secepat mungkin datang menemuinya, jarak yang sangat jauh tentunya membutuhkan keuangan yang banyak. Terlebih selama di perjalanan dua hari tiga malam jika menaiki bis itu harga tiketnya lumayan. "Kamu gimana? Udah berapa kata bar nya?" "Masih sedikit padahal udah masuk akhir bulan, tapi gak papa lah nanti dikejar." "Yah nanti dikejar. Btw besok aku ke nikahan mas Dede tapi sendirian, miris kali." Adu Adi kepada kemala membuat gadis itu terkekeh geli. "Gak cuma mas, ini temen akrab lala juga nikah nya bareng, kondangan sendirian." "Nasib kita yah, La." Keduanya tertawa tanpa beban seolah menganggap jarak bukan lah sebuah penghalang mereka berdua. Hampir setahun hubungan ini berjalan namun keduanya masih adem ayem tanpa keributan, entah Kemala yang memang selalu mengalah atau Adi nya yang memang menghindari masalah. Keduanya bahkan memiliki sifat yang sama di mana setiap ada perselisihan yang diperkirakan bisa menimbulkan masalah besar, keduanya memutuskan untuk menepi sejenak dengan mendinginkan pikiran, setelah tenang dua hari atau lebih baru lah keduanya membicarakan itu secara perlahan. Sehingga yang tadinya merupakan sebuah masalah malah menjadi bahan diskusi untuk kedepannya. Sering kali hubungan jarak jauh selesai karena kurangnya komunikasi dan cara penyelesaian konflik yang salah, salah satunya dengan keinginan masalah selesai hari itu juga, dengan kondisi yang sama sama emosi tentunya berat jika mencari jalan keluar sedangkan masih saling membela diri. Harus ada yang mengalah dan mendinginkan pikiran. Dan jangan pernah libatkan orang lain dalam penyelesaian masalah pada saya jarak jauh, karena lebih rentan terhadap perpisahan sebab belum tentu orang lain tersebut akan memberikan saran yang bagus, bisa saja malah membuat hubungan ambyar yang berakhir sebuah perpisahan. Sekian tips dari Kemala hahaha... "Yang, mau nemeni mamak ke bawah dulu, nanti aku hubungin." "Oke mas." Kemala bisa apa selain mengiyakan, menahan Adi untuk tetap berbicara dengannya juga tidak mungkin karena pemuda itu harus mengantar ibu nya ke bawah. "Gini banget LDR. Harus banyak banyak sabar aja." Batinnya menatap kembali ponsel miliknya yang sudah padam. "PAPA SAM ANAKMU NGESELIN." Teriaknya yang membuat sang emak yang tengah tidur di ruang tengah langsung memarahi nya. "Bising kali kau goblok." Kemala langsung menutup mulutnya dengan rapat. Ia kelepasan dan membangunkan singa betina yang sedang tidur. *** Malam harinya Kemala disibukan dengan tugas kuliah yang menumpuk dan deadline sekitar dua jam lagi, ini disebabkan ia yang tidak mengecek grup sama sekali dan lupa jika dirinya merupakan anggota dari kelompok satu yang otomatis menjadi kelompok pertama yang menyerahkan tugas. Dengan segala kemampuan the power of kepepet, Kemala mengerjakannya dengan cepat di dalam kamar. Untuk murid les nya sendiri ia sudah mengakhirinya sebab sudah tidak bisa lagi membagi waktu antara kuliah, mengajar dan menulis. "Kak, ikut gak?" Tanya bapak Kemala yang menyibak tirai pintu kamar Kemala dan melihat anak gadisnya tengah disibukkan oleh kertas yang berjejer rapi. "Ke mana?" Tanya nya yang melirik sejenak ke arah sang bapak. "Tempat Mbah." "Gak lah, masih ada tugas ini bentar lagi dikumpulkan.". "Kok baru kau kerjakan ,seneng kali Nunda nunda pekerjaan." Omel bapak Kemala membuat gadis itu memilih bungkam. Bukannya disemangati malah kena semprot walaupun apa yang dikatakan bapaknya ada benarnya juga. "Gak sempet tadi, nulis." Jawabnya yang setengah bohong setengah bener, ia kan memang menulis walaupun tidak sampai satu jam lamanya. Sisanya ia scrol i********: dan media sosial lainnya. Kemala kembali fokus dengan tugasnya serakah sang bapak pergi keluar. Keadaan rumah sangat sepi sebab hanya dirinya saja yang tersisa. Dengan memberanikan diri Kemala tetap menekan rasa takutnya demi tugas yang hanya beberapa bagian saja akan selesai. "Gila sih, rumah ini angker banget." Batinnya yang memang ia akui jika dirinya seorang penakut, namun semua ini terjadi ada sebab akibatnya. Entah sudah berapa kali ia beserta dua adiknya melihat sosok hitam tinggi yang sering berada di balik jendela kamar. Kemala takut gelap juga karena sosok hitam ini. Di tengah dirinya yang fokus mengerjakan tugas nya notifikasi pesan masuk menganggu konsentrasi Kemala. Ia mengernyitkan dahinya pelan begitu melihat nomor tak dikenal mengirim pesan ke w******p nya. +628126507xxx Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu. Apa benar ini nomor Kemala? Kemala segera membalasnya dengan mengiyakan jika menang benar itu nomor miliknya. +628126507xxx Kemala apa kabar? "Alhamdulillah baik, Ini siapa?" Balas nya yang memang tidak mengetahui siapa pemilik nomor tersebut. +628126507xxx Alan temen nya bang Ali. Oh, ternyata bang Alan temen dari Abang nya Ali, Kemala memang anak pertama tapi ia memiliki sosok pemuda yang sudah ia anggap seperti Abang sendiri sebab pemuda itulah yang sigap membantunya sejak ia SMA sampai kuliah yang kebetulan sama dengan beliau. Kemala memang sudah sejak SMA memilih bersekolah jauh dari tempat tinggal dan menyebabkan dirinya menjadi anak kost, dan ia mengenal siapa Alan yang ternyata adalah seniornya.. "Oh bang Alan, ada apa bang?" Tanya nya yang heran kenapa tiba tiba Alan mengirimnya pesan padahal mungkin nomor nya saja Alan tak punya. +628126507xxx Enggak, cuma nanya kabar aja udah lama gak liat Mala. Oh yah, mau nanya juga, kalau Abang datang ke rumah mala kira kira boleh gak? Kemala terdiam, membaca pesan itu berulang kali sebab ia merasa ada kejanggalan di sana, kenapa Alan berniat datang? Padahal mereka tidak sedekat itu. Kecuali kalau Ali mau datang baru tidak masalah. "Kalau datang mau silaturahmi gak papa, Bang. Tapi kalau datang buat maksud lain Kemala gak bisa." Balasnya yang memang to the poitn. Pesan kesan seperti ini selalu memiliki arti lain, dan Kemala paham itu, makanya sedari awal ia sudah mengatakannya secara langsung. +628126507xxx niatnya mau silaturahmi sama sekalian , Dek? Mala sudah punya calon yah. Nah kan bener. Apa Mala duga, sudah pasti maksudnya seperti ini. "Alhamdulillah sudah, Bang." +628126507xxx Alhamdulillah, ya sudah kalau gitu semoga dilancarkan yah dek. "Iya bang." Jawabnya yang tidak mendapat balasan lagi, hanya dibaca oleh pemuda itu. Kemala Bukan tipe gadis yang menganut siapa cepat dia dapat, sebisa mungkin ia hanya berfokus sama satu orang saja, karena ia takut jika apa yang ia lakukan sekarang akan berimbas secara langsung kepada adik adiknya yang lain, lagian dia sudah merasa cukup bahkan sangat sangat cukup dengan Adi. Cukup satu saja, perihal jodoh biar Tuhan yang berkehendak, dan tugas nya hanya menjaga kesetiaan dan kepercayaan orang lain. Dalam sebuah hubungan kepercayaan dan kesetiaan menepati posisi yang cukup penting selain komunikasi, 3k itu selalu menjadi pedoman Kemala meski pada akhirnya tetap saja ia yang ditinggal. Terakhir dengan kekasihnya yang lain, Kemala baru belajar banyak makna dalam menjalin hubungan. Bahwa rasa sabar saja tidak cukup untuk menjadi pondasi suatu hubungan itu. Diperlukan otak dan logika yang terkadang sebagai seorang wanita jarang menggunakannya. Bukan perihal hati, tapi itu perihal diri yang masa mau diam saja ketika dilukai, tiga bulan itu sudah cukup bagi Kemala menilai sosok yang sedang dekat dengannya, dengan segala kemantapan akhirnya ia menanyakan lagi perihal kelanjutan hubungan mereka yang berujung perpisahan. Jika mengingat itu Kemala terkadang ingin tertawa ngakak,.menertawakan kebodohan nya yang diam saja ketika direndahkan, diam saja ketika secara terang-terangan kekasihnya memilih gadis lain, beruntung di bulan ketiga otaknya kembali berfungsi sehingga ia sadar dan mengambil tindakan. Dan semua itu berimbas kepada hubungannya dengan Adi, Kemala yang dulu bisa dikatakan overprotektif berubah menjadi gadis yang hanya sekedarnya saja, tidak membatasi Adi hendak bergaul dengan siapa pun di sana, karena prinsip Kemala yang dulu nya menekan jika kekasihnya tidak boleh disatukan dengan gadis manapun. Kini berpikir jika memang berniat selingkuh dan berpaling, mau serat apa pun di jaga bahkan sedekat nadi pun tetap saja ada peluang untuk mencari yang lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD