"Emang yakin sama Mala?" Tanya Kemala menanyakan keyakinan Adi terhadap dirinya yang penuh kekurangan ini.
"Kenapa gak yakin? Malah aku yang harusnya nanya, kamu yakin sama aku?" Tanya Adi membuat Kemala sedikit mengernyit kan dahinya heran, karena pertanyaan dijawab pertanyaan lagi.
"Yah Mala yakin tergantung mas nya."
Adi kembali tertawa, lalu terdiam sejenak seolah tengah berpikir keras tentang obrolan mereka kali ini.
"Gini sih kalau aku, selagi mau serius ayo serius. Kita tentukan sekarang target kapan? Biaya? Atau semuanya lah."
Kemala terdiam sejenak. "Boleh, ayo kita pikirkan gimana ke depannya. Lagian udah males kalau main-main, cuma Mala minta tenggang waktu sih, Mala harus nyelesaikan kuliah dulu, baru nikah."
Adi tertawa renyah hal yang membuat hati Kemala terasa hangat seketika. Mungkin sedikit lebay, tapi jujur saja tawa Adi itu candu.
"Yah iya lah, aku juga butuh waktu buat ngumpulin dana mahar dan seserahan juga."
"Yah intinya Mala kudu selesai kuliah minimal ngajar setengah tahun ajalah, gak papa kan?" Tanya Kemala yang tentunya harus memikirkan semuanya, sebab sudah ada perjanjian dengan kedua orang tuanya mengenai hal ini, di mana ia harus menyelesaikan perkuliahan nya dulu barulah menikah.
"Gak papa lah, aku juga kan butuh waktu ngumpulin dana, mana tahu orang bapak minta seserahan 50 juta hahahah...."
"Bisa jadi." Jawab Kemala lalu ikut tertawa ngakak.
" Jual ginjal ajalah, laku gak yah?"
"Coba kemala cek di google dulu."
Kemala membuka mesin pencarian bernama google dan mencari harga ginjal yang sebenarnya, dan harganya membuat jiwa pengusaha yang terpendam milik Kemala tiba-tiba menguar ke permukaan. Harga ginjal rata-rata di atas 500 juta, dan ia memiliki dua ginjal yang berfungsi dengan baik, berarti hampir 1 miliar, lantas kenapa ia terkadang masih mengeluh jika dirinya miskin?
"Ternyata selama ini kita sombong yah, Mas." Celetuk Kemala tiba-tiba. Adi yang berada di seberang sana merasa keheranan.
"Sombong gimana? Perasaan aku selalu ramah." Jawab Adi yang tentunya merasa tidak terima jika dikatain sombong sedangkan ia selalu bertingkah ramah.
"Sombong aja, padahal kita itu orang kaya, bayangkan aja nih... 1 ginjal seharga 500 juta, dan kita punya ginjal dua berartu dan satu miliar. Tapi kita masih ngeluh miskin lah, ini lah itu lah. Kan sombong namanya."
Adi terdiam, sedangkan Kemala masih asyik bercerita mengenai harga organ-organ tubuh yang bisa dijual dan menghasilkan cuan yang banyak. Terkadang Adi sangat takjub mendengar semua cerita absurd milik Kemala yang tentunya tak jarang mengundang gelak tawa.
"Tapi kan, Mas. Mala mau jual ginjal mas aja boleh?" Tiba-tiba Kemala bertanya dengan pertanyaan yang mengundang kerutan di dahi Adi bertambah banyak.
"Hah? Kok jadi ginjal aku, La?"
"Iya, ginjal mas aja. Nanti kita jual satu, kan mas masih punya satu lagi."
"Lah terus kalau nanti yang satunya rusak?" Tanya Adi.
Kemala terdiam sejenak, kenapa ia tidak kepikiran ke sana yah. "Yaudah berobat kok, kalau gak pasang ginjal baru." Jawabnya spontan dan langsung membuat Adi gemas ingin memukul kepala gadis itu dengan tongkat ajaib.
"Terus, uang yang buat berobat dari mana?"
"Yah dari hasil penjualan ginjal lah, eh? Kok rada aneh yah mas." Kemala menggaruk rambutnya yang tidak gatal dan sedikit mengernyit kan dahinya heran.
"Coba pikirin lagi, Yang. Kamu jual ginjal buat beli ginjal baru? Kamu sadar yang? Atau lagi sakit?"
Tak lama Kemala tertawa ngakak, begitu menyadari hal yang baru saja ia bicarakan dengan Adi sangat tidak masuk akal dan mengundang gelak tawa. Bagaimana ceritanya ia menjual ginjal hanya untuk membeli ginjal baru, percuma saja itu namanya.
"Hahahah... Paok nya Mala ya Allah... Ngapain dijual kalau mau dibeli lagi."
Adi di seberang sana hanya bisa pasrah ketika Tuhan menakdirkan dirinya untuk menjadi kekasih dari seorang Kemala Sari yang memiliki pikiran absurd dan tidak akan di milik oleh orang lain.
"Mas, menurut mas nih ... Sifat yang mas gak suka dari Mala tuh apa?"
"Apa yah? Gak ada sih, paling gabutnya doang yang gak kenal tempat selebihnya aku fine-fine aja, kamu beda dari yang kemarin, kalau yang kemarin liat aku gondrong gini aja bakal ngamuk dia, katanya harus rapi, harus gini harus gitu."
"Tapi kan Mala juga nyuruh mas buat pangkas rambut," ujar Kemala yang mengingat jika dirinya kemarin beberapa kali meminta kekasihnya ini untuk memangkas rambut gondrongnya, bahkan sebelum lebaran. Akan tetapi Adi sampai detik ini masih gondrong. Hal yang terkadang buat emosi dan tingkat kekesalan Kemala meningkat, namun ia memilih bersabar setelah Adi mengucapkan sebuah kalimat yang menurut Kemala ada benarnya juga.
"Aku bakal pangkas kalau udah bosen, jadi kalau udah bosen kan gak bakal gondrong lagi entar. Tanpa kamu suruh pun aku bakal pangkas."
Ucapan Adi yang pada akhirnya membuat Kemala tidak pernah lagi memaksa pemuda itu untuk pangkas, paling tidak Kemala hanya akan mengatakan seperlunya saja.
"Kamu sih nyuruh aku, tapi gak pernah maksa, dan cara seperti ini yang aku suka."
Andai saja Adi tahu bagaimana emosinya dia dan bagaimana over thingking nya ia ketika Adi sama sekali tidak pernah mendengar kan apa yang ia minta, tak jarang Kemala menangis lantaran sangking kesalnya dan tidak bisa menahan emosi lebih lama lagi. Seperti kejadian ketika dirinya sama sekali tidak mengetahui kabar Adi bagaimana sebab pemuda itu tidak membalas pesannya sama sekali, namun ia harus mendapatkan kabar memalui orang lain di mana orang tersebut bisa dikatakan dekat seperti keluarga bagi Adi.
"Inti nya, sama kamunya itu nyaman. Beda yang kemarin mementingkan diri sendiri doang."
"Udah muncul buaya nya yah, padahal dari tadi diem aja." Sahut Kemala sambil terkekeh geli begitu mendengar rayuan ala buaya darat yang muncul ke permukaan.
"Terserah deh, buaya sss, buaya darat, semua buaya dikasih ke aku yah."
"Hahahah... Emang cocok kok. Buaya yang insyaf dapet pawang di grup." Celetuk Kemala yang mengingat bagaimana buaya nya sosok Adi sebelum resmi menjadi kekasihnya.
Dan entah karena apa sekarang Adi malah jarang muncul di grup jika tidak ada yang memanggil dirinya, sangking jarangnya sampai dikira Adi tengah sibuk, padahal mungkin karena sudah ada dirinya di sana hahahha...
"Pawangnya untung gak galak," ujar Adi yang semakin membuat Kemala ngakak, belum tahu saja dia bagaimana galaknya Kemala. Karena sejauh ini Kemala belum pernah menunjukkan sikap marahnya, ia lebih memilih diam dan sedikit menjauh dari pada harus berteriak marah-marah dan menguras emosi, lalu berujung hubungan di ujung tanduk. Lebih baik ia mengalah sedikit menjauh lalu keesokan harinya ia akan membicarakan masalah tersebut dan selesai secara baik-baik dengan hubungan yang lebih baik.
"Galak pada waktunya. Lagian Batak keturunan Jawa galaknya setengah keras setengah lembek."
Pemuda yang kerap disebut buaya itu pun menjawabnya dengan tawa yang sangat keras.
"Hahahaha... Astaga ya Allah, doi siapa coba ini bobroknya gak ketulungan. Bisa galak kayak gitu yah."
"SESAMA b****k DILARANG KERAS NGATAIN. DOSA!"
"Mak!! Mak!! Liat ini mantumu yang bobrok." Teriak Adi yang langsung membuat Kemala panik takut jika ternyata ibu Adi mendengarnya dan malu memiliki calon mantu yang b****k nya nauudzubillah mindzalik.
"Aduan banget. Gak seru," ujar Kemala dengan memasang telinga guna mendengarkan jawaban dari ibu Adi yang ternyata tidak ada sama sekali, Adi laknat memang... Iiat aja bakal Kemala sumpahi makin klepek-klepek sama dirinya.
"Biarin lah, mamak mamak nya aku, kok kamu yang repot. Emang situ siapa?"
Lah si Anjir, malah songong dia. Mentang-mentang ia punya emak galaknya ngalahin nenek sihir di dunia Upin Ipin. Boro-boro di ajak becanda, kerjaannya ngajak gelut dan main tinju di ring. Mungkin kalau ia dengan emaknya ikut kejuaraan tinju, emaknya akan menjadi juara kelas dunia.
Untung sayang, untung ganteng, untung normal, untung gak belok, untung sabar dan intinya untuk bobroknya setidaknya ia punya temen gabut, kan Kemala jadi gak tega kalau harus tenggelamin Adi di danau Toba.
Si gondrong b****k.