Bab 30: Biasalah, cewek!

2052 Words
Ternyata benar, kakak yang sedang terkena masalah ketiduran dan tidak menghidupkan data ponselnya alhasil ketika Kemala hubungi gadis itu tidak mengangkatnya. Tapi beruntung saja masalah itu segera selesai malam itu juga paling tidak, aman untuk sekelas penulis baru. Masalah Ana, Kemala sendiri tidak ambil pusing meski sebenarnya sedikit tidak mengenakkan jika ada orang yang sedikit cekcok dengan kita. Jika mengingat kebaikan Ana dulu mungkin Kemala ingin rasanya menjalin hubungan dengan baik, tapi permasalahan yang awalnya saja Kemala tidak tahu menjadi pokok permasalahan di antara mereka. Sampai sekarang pun yang Kemala tahu itu semua berawal dari Paypal yang Kemala meminjam punya ana di saat awal awal menulis dulu. Namun sayang, gaji pertamanya sedikit ada kendala karena Paypal perusahaan over load sehingga Kemala yang baru pertama kali bertransaksi melalui Paypal merasa panik meskipun tidak sampai mencurigai gadis itu. Tapi entah karena apa Ana semakin berubah dan semakin menjadi kata Adi. Akh! Ada yang terlewat kan. Jadi sebelum semua permasalahan ini terjadi. Ana sempat mengatakan jika Paypal nya tidak bisa lagi dipinjam karena peraturan perusahaan jika memakai Paypal orang lain harus menggunakan surat perjanjian. Kemala yang kalang kabut akhirnya kebingungan hendak memakai akun siapa sedangkan jika membuat akun sendiri maka ada penahanan dana selama 21 hari dan itu terjadi selama enam kali penarikan. Kemala yang masih awam tentunya membutuhkan akun orang lain untuk sementara, dan perkataan Ana membuat Kemala kebingungan hendak meminjam siapa. Saat itu ia hanya bisa bercerita kepada Adi, dan pemuda itu menyarankan dirinya untuk memakai Paypal punya salah seorang penulis yang saat ini Kemala panggil sebagai mamak Shila. Setelah memakai akun Mak Shila, ketika awal juni tiba tiba Ana mengirimnya pesan jika ia bisa menggunakan Paypal gadis itu asal jangan beri tahu siapa pun. Awalnya Kemala tertarik sampai di bulan itu ia malah menggunakan akun ana kembali, sedikit aneh sebenarnya, kenapa tiba tiba ana berubah pikiran. Ternyata oh ternyata, hubungannya dengan Adi sudah terungkap di grup sebelah, dalam artian ana sudah tahu jika selama ini yang ia ghibahi adalah kekasih dari anggota grup itu sendiri, saat mengetahui hal ini tentunya Kemala langsung tertawa ngakak bahkan tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi . Dan tanpa rasa bersalahnya ia malah memperkenalkan diri sebagai adik ipar Kemala yang dalam artian ia menjadi adik nya Adi setelah ia mengghibahi Adi di depan Kemala. Sungguh perjalanan cinta yang rumit. Kembali ke masa sekarang, kejadian itu sudah berlalu beberapa Minggu yang lalu, saat ini ia hanya ingin fokus menulis terlebih dahulu, mengumpulkan pundi pundi rupiah sampai keinginan nya membeli laptop terwujud. Adi sendiri belum ada kabar sampai sekarang, kemungkinan pemuda itu tengah sibuk mengejar target kata. Kemala yang bar kata nya masih setengah perjalanan harus segera mengejar deadline yang tinggal empat hari lagi. Hingga sebuah pesan masuk dari Mak Shila. Mak shila La, masuk nih. "Alhamdulillah ya allah, rezeki anak Sholeh gaji masuk." Pekiknya yang kesenangan bukan main. Bahkan sangkin senangnya Kemala berjingkrak-jingkrak di atas tempat tidur yang membuat emak mendatangi dirinya di kamar. "Ngapa nya kau? Cem bodat gitu loncat loncat." Kemala menghentikan aksinya dan menatap wanita yang berbeda usia denganya hanya delapa belas tahun itu. "Aku gajian... Aku kaya... Aku banyak duit." Pekiknya. "Gajian? Lagi?" Tanya emak Kemala dengan raut wajah bingung. Kemala mengangguk lalu menunjukkan nominal gaji yang memang tidak seberapa bagi penulis yang sudah duluan terjun ke dunia literasi, tapi bagi Kemala ini sudah besar sekali. "Alhamdulillah... Ya udah, apa lagi. Ambil lah," ujar emak Kemala dengan tidak sabarnya. "Mana bisa, besok insyaallah udah cair." "Oh, baguslah." Baru saja ingin rebahan lagi, pukulan emaknya di punggung kemala membuat gadis itu kembali duduk. "Ngapa nya mamak?" Tanya nya sewot, demi apa pun walaupun dia ini memiliki tubuh yang gempal tapi yang namanya ditabok yah tetep aja sakit coy. "Ngapa ngapa, cuci itu piring. Enak aja kau mau leha leha." Kemala menghela nafasnya kasar, padahal dirinya sudah menyusun kalimat tadi hendak melanjutkan menulis untuk hari ini, tapi si emak malah mengacau. Dengan sangat terpaksa Kemala mencuci piring yang sudah menumpuk. Kadang ia sedikit heran, keluarganya ini hanya berjumlah lima orang tapi bisa menghabiskan satu rak piring dalam setengah harinya. "Ibu tiri hanya cinta kepada bapak ku saja..." Ia memulai konser nya seperti biasa. Bahkan tetangganya mungkin jadi hapal dengan lagu itu disebabkan dirinya. Hingga tak lama ia selesai dengan kegiatan ngebabunya, Kemala memilih masuk kamar tanpa mandi sama sekali. Meraih ponselnya yang kemudian sibuk tenggelam dalam kehaluan tiada Tara. Kehidupan Kemala untuk seukuran seorang remaja sangat monoton, kesehariannya hanya berada di dala kamar dengan tangan yang terus menari di atas layar ponsel miliknya. Terlebih lagi saat ini ia berada di kampung halaman yang tentunya memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan kehidupan di kota metropolitan seperti Medan. Di tambah dengan Kemala yang tidak bisa mengendarai sepeda motor membuatnya harus bergantung dengan orang lain ketika hendak ke mana mana. Biasanya jika ia ingin pergi keluar dari desa mengandalkan teman-teman akrab nya yang kebetulan bisa mengendarai sepeda motor, tapi berhubung beberapa di antara temannya itu sudah memutuskan untuk menikah, Kemala kehilangan supir pribadinya. Sejak sekolah dasar Kemala yang memang memiliki sikap ramah banyak mempunyai teman, tapi yang akrab dengannya hanya lima saja, dua di antaranya sudah akan menikah bulan depan. Dan tiga lagi tengah menyusun rencana untuk ikut perlombaan siapa duluan yang saling mengikat. Kemala sendiri? Hahahaha tidak semudah itu Ferguson, selain kekasihnya yang jauh di ujung sumatera sana, ia juga harus menyelesaikan pendidikannya yang sudah sampai di pertengahan. Kemala selalu memegang pedoman perjanjian dengan emaknya sebelum ia memutuskan untuk kuliah sejak SMA dulu. "Kalau sempat kau nikah sebelum wisuda, bayar semua uang kuliah yang kau pakai itu yah." Itulah ucapan emaknya yang membuat Kemala harus berpikir ulang untuk menikah di saat ia masih dalam masa pendidikan. Dan selama ini Kemala selalu menerima siapa pun yang mendekatinya tanpa harus mengajukan kriteria-kriteria tertentu, yang penting mau menunggu nya sampai wisuda dan bekerja. Nyatanya tidak ada yang sanggup, sampai detik ini ia masih bersama dengan pemuda yang merupakan seorang buaya grup bernama Adi. Akh, mengingat Adi ia jadi ingat sosok ana, segala praduga nya malah membuat ia over thinking jadinya, apa mungkin ana baper? Tapi kan tidak Mungkin, toh Adi bukan kriteria gadis seperti ana, tapi kenapa kesannya seperti ini? Kemala terkejut sedang asyik melamun ponselnya berdering nyaring yang ternyata Adi menghubunginya. "Halo, assalamualaikum. Kenapa, Mas?" Tanya Kemala setelah ia mengangkat panggilan itu. "Gak papa, emang gak boleh nelpon? Ya udah kalau gitu." Kemala menghela nafasnya pelan. ini Adi sudah seperti perempuan PMS saja. Sedikit dikit ngotot, apa salahnya bertanya itu kak hanya basa basi saja. "Sewot banget." "Yah lagian kenapa emang nya kalau aku nelpon? Gak mau gitu? Takut ganggu," ucap Adi dari seberang sana yang tentunya berhasil memancing emosi Kemala yang sejak tadi sudah dibuat kesal oleh emaknya dan kini malah Adi ikut ikutan. "YA UDAH, GAK USAH TELPON LAGI!" Teriaknya yang langsung mematikan panggilan itu tanpa menunggu Adi mengucapakan kata kata lagi. Hingga beberapa saat kemudian ponselnya kembali berdering. Kemala yang melihat itu menarik nafas secara perlahan lalu menghembuskan nya, dengan rasa sabar yang sudah kembali ke seperti semula, Kemala mengangkat panggilan itu lagi. "Yang, marah?" "Hm..." "Iya marah lah tuh, orang becanda juga." Kemala yang malas ribut dan memang tidak ada niat untuk begaduh memilih mengalah dengan mengiyakan apa yang diucapkan Adi saja. Biar aja pemuda itu mau ngomong apa pun ia akan mendengarkan nya "Udah gimana masalah kakak itu?" "Masalah kakak siapa?" "Itu yang tadi malam." Akh, kakak penulis yang bermasalah itu. "Yah udah selesai, lagian itu gak salah kakak itu juga cuma salah dia bagi kan chat editor yang sebenarnya gak boleh. Kalau menurut Lala malah yang salah yah adekmu itu, bahkan dia nyuruh kakak itu diam aja. Padahal harusnya kan minta maaf." "Eh, dia nyuruh gitu?" Tanya Adi yang terkejut dengan informasi yang disampaikan Mala. "Katanya iya gitu, kakak itu kan nanya dia harus apa, terus si ana malah jawab udah diem aja. Kan aneh," ujar Kemala yang disetujui oleh Adi. Sebenarnya mereka juga tidak tahu tujuan ana apa, tapi yah dari ke kepoannya malah menimbulkan permasalahan yang cukup besar untuk penulis lain.. "Ya udah biarin lah, Yang. Yang penting gak ganggu kita aja." "Ganggu juga sih, yang kemarin itu." "Gak papa, selagi gak buat rugi. Lagian Mala juga biasa aja, anggap aja gak tau apa apa, padahal kita tahu." "Mode polos yah, Bu." Kemala langsung tertawa. Kemala akui dirinya manipulatif, ia akan tetap diam dan memilih berpura pura tidak mengetahui apa pun, padahal tanpa mereka tahu jika Kemala sudah paham bahkan tanpa diceritakan sekalipun. "Mode polos untuk orang-orang tertentu. Lagian males lah mas bermasalah, cukup diam aja cari cuan masing-masing." "Iya, yaudah. Lagian dia juga udah out dari grup mas juga." "Lah? Kok bisa?" Tanya Kemala kaget, ia menjadi merasa bersalah takut jika persahabatan Adi dengan keluarga online nya itu rusak karena Adi membelanya. "Gak ada sangkut pautnya kan sama mala?" Tanya Kemala lagi dengan harap-harap cemas, bagaimana pun ia adalah orang baru di hidup Adi bukan seperti ana dan beberapa temannya yang sudah seperti keluarga itu. "Yah ada sih, karena kemarin itu masalah Ftw." "Oh... Ya udah lah, walaupun merasa bersalah tapi mala rasa masih dalam tahap wajar kemarin tuh. Gak ada nyalahin dia juga." Kemala sudah masa bodo dengan gadis itu, entah harus berapa lama lagi mereka akan menanggapi tingkah ana yang sepertinya memang hobi mencari kesalahan orang lain dan membuat ia menjadi over thinking. Udah lah dirinya yang semua semua menjadi beban pikiran, di tambah lagi ana yang bolak balik mengatakan yang tidak tidak dan menyinggung orang lain. "Yang, kira kira kalau aku bulan Oktober ke sana gimana? Atau gak November. Soalnya aku mau bangun rumah dulu buat orang mamak." "Yah gak papa, mas beresin dulu aja di sana baru nanti dipikirij yang mau ke sini." "Heem. Takutnya kan kita gak tau gimana kebijakan perusahaan tahun depan, jadi lebih baik yah buat sekarang." Kemala mengangguk paham. Ia jadi mengingat sosok mamak online Adi yang sejak awal mewanti wanti dirinya mengenai hal ini. "Mala jadi inget Mak Ra lah yang," ujar Kemala sambil terkekeh pelan. Jika mengingat sosok itu Mala jadi ingin ketawa sendiri karena sangking geram nya ia bahkan sampai menangis dulu awal awal kenal Adi. Jadi ketika Adi tidak ada kabar di awal awal hubungan mereka, Adi terlibat masalah dengan salah seorang penulis, lalu ia dengan berani muncul untuk menghentikan keributan itu, hingga Mak Ra menegurnya secara chat personal untuk keep silent karena Adi sedang menyelesaikan masalahnya. Kemala memilih diam karena rasa itu bukan ranahnya. Hingga ketika sore hari ketika Adi melaporkan jika ponselnya hancur karena jatuh dari tas ketika hendak jalan jalan, kebetulan foto ponsel itu Kemala buat menjadi status w******p di komentari dengan mengatakan jika ponsel itu jatuh ketika Adi sedang kerja di pabrik. Tapi yang aneh chat itu berlanjut ke obrolan obrolan yang membuat Kemala merasa dirinya belum terlalu mengenal Adi, dan Adi tidak terbuka kepadanya. Bahkan Mak Ra menegurnya untuk membiarkan Adi fokus terlebih dahulu dengan urusan nya di sana, jangan dulu datang menemui ia di Medan. Well, dia tidak ada memaksa Adi untuk datang ke Medan, ia malah ingin Adi menyelesaikan semuanya terlebih dahulu baru bisa fokus ke yang lain, tapi kesan yang ia baca dari chat Mak Ra adalah sebuah penuduhan dan setiap chat dengan wanita paruh baya itu ia akan merasa seorang gadis yang bodoh yang tidak tahu menahu tentang kekasihnya. Sangking emosi nya ia saat itu bahkan mengirim pesan ke Adi dengan kalimat peneguran jika mereka kelak memiliki permasalahan, jangan libatkan orang lain. Karana Kemala tidak yakin masalah itu akan cepat selesai. Dan Alhamdulillah nya sampai detik ini setiap ada permasalahan mereka bisa mengatasinya berdua, semoga saja selalu begitu. "Gak usah diinget inget, Kamu ini hobby banget inget inget masalah yang udah lewat." Tegur Adi yang membuat Kemala kembali fokus dengan obrolan mereka. "Yah namanya cewek, Mas. Pasti inget masalah dair jaman kakek moyang sampe udah jadi kakek nenek pun diinget terus." "Hahaha... Cewek banget lah yah. Berarti kesalahan ku yang gak ada kabar dulu dulu awal kenal terus diinget." Tebak Adi yang seratus persen benar. "Jelas lah, Kemala ini sama kayak cewek lain, yang selalu ingat karena ingatan Kemala ini kuat. Sampe kita nikah juga itu masih maka inget." "Gawat." Kemala terkekeh geli, ia sama dengan kebanyakan perempuan, yang saya ingatnya sangat tinggi terhadap kesalahan pasangannya. Bahkan tak jarang Kemala akan mengungkit itu sampai ke akar akarnya sampai Adi menyerah dan mengaku salah Cewek banget kan? BIASALAH!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD