Chapter 5

1048 Words
Hari ini tepat satu tahun usia Syena Ilham. Bunga terlihat sedang menyiapkan syukuran kecil-kecilan untuk Nena, sejak pagi ia sudah sibuk didepan kompor, dengan dibantu oleh Ningsih dan adiknya Mawar. Kali ini ia tak akan mengundang banyak orang karena Syena sendiri masih belum banyak teman. "Dek.. itu tolong tempenya dibalik." Titah Bunga sejak pagi ia sibuk luar biasa. "ibu..." panggil Syena, hanya gadis kecil itu yang mampu membuat Bunga menghentikkan aktiviasnya. "Kenapa sayang... udah bangun bobonya?." Wanita itu berbicara dengan gaya yang sangat imut menyamai pola tingkah Syena. Syena hanya mengangguk dan masih nampak mengucek matanya. orang pertama yang dicari Nena saat terbangun memanglah selalu Bunga. "sama ayah duluyah sayang, ibu masih goreng tuh..." Tunjuk Bunga kekompor yang masih menyala, baik Ningsih dan Mawar hanya tersenyum melihat interaksi ibu dan anak itu. Syena yang memang patuh hanya mengangguk mendengar titah ibunya. Ia tumbuh menjadi gadis yang tak pernah merepotkan. "Dek.. temenin Nena ke kak Ilhamyah.." Titah Bunga yang tak pernah mengijinkan secuilpun Syena terluka. sebisa mungkin ia menjaga Nena bahkan dari sekedar terjatuh. suatu hal yang biasa terjadi pada anak kecil. "Ayah...." panggil Syena, ia melepaskan genggaman Mawar dan lari berhambur kedekapan Ilham, ayahnya. "Ooooh... oooh.. sayangnya ayah!" Sahut laki-laki berkaca mata itu, dengan erat ia memeluk tubuh Syena lalu menggendongnya dengan satu tangan. Nena memang sudah pintar jalan sejak usianya 10 bulan, baik Bunga dan Ilham begitu mensyukuri karunia yang Allah berikan kepada mereka lewat Nena. "Lihat itu sayang... pohon mangganya mau berbuah." Ilham memang sedang memperhatikan pohon mangganya yang mulai masak. gadis kecil yang belum mengerti banyak hanya tersenyum kecil, ia selalu nyaman didekapan ayahnya. "Mas... Nena jangan diluar. ujankan!" pekik Bunga tak suka. "Iyah sayang.. Mas juga gak bawa Nena ujan-ujanan kok!" Jawab Ilham, ia lalu membawa Nena masuk kedalam rumah. --- sementara seorang wanita yang seharusnya hari ini tengah ikut berbahagia justru kembali masuk keruang operasi yang begitu terasa menyeramkan, hawa dingin ruangan sampai menusuk tulang rusuknya. Ia adalah Carmel wanita yang telah hamil tua dan sebentar lagi ia akan dikaruniai anak ketiganya. seharusnya ia bersuka cita dan menyambut hari ini penuh bahagia, karena hari kelahiran anak ketiga dan anak keduanya bertepatan. nyatanya wanita itu merasa semua ini percuma, Carmel merasa hamil hanya membuat bentuk tubuhnya jadi jelek, begitupun melahirkan ia hanya akan mendapatkan luka sayatan lagi diperutnya. Hanya sebatas itu anak bagi Carmel, tanpa rasa cinta yang ikut hatinya rasakan. Ia sendiri jengah dengan semuanya. Dibalik pintu operasi berdiri seorang laki-laki kurus sedang harap-harap cemas menanti kelahiran buah hatinya. hatinya begitu takut terjadi sesuatu yang dapat membahayakan kelahiran anaknya. Ialah Seto, laki-laki yang pantas bertanggung jawab atas kehamilan Carmel kali ini. Butuh waktu 3 jam untuk proses operasi cecar kelahiran Calwa, sebuah nama calon buah hati mereka. yang dipilih sendiri oleh Seto.. yah.. benar-benar sendiri, karena Carmel tak pernah peduli siapapun nama bayi itu kelak. pintu dengan kaca kecil diatasnya masih saja belum mau terbuka. sudah berkali-kali Seto bolak-balik menunggu hasil operasi. Hatinya begitu cemas mengingat ini pertama kalinya ia menemani seseorang yang tengah berjuang dimeja operasi, terlebih karena untuk melahirkan buah hatinya. "Oowwaaa... oowaaa... " suara tangisan bayi menandakan proses lahiran telah selesai dengan baik, ada rona bahagia diwajah Seto mengingat dirinya kini telah jadi ayah dari putri kecilnya. tak bisa ia pungkiri betapa susahnya ia menjaga Carmel agar tetap mempertahankan kehamilannya. dan kali ini ia akan membawa putri kecil mereka pergi jauh. Seto sadar jika Calwa bersama Carmel anak itu tak akan diurus oleh ibunya sendiri. Apalagi jika sampai Carmel dan Bram tahu selama ini ia telah menipu mereka. Ia tak ingin Calwa menjadi korban dari kekejaman Carmel maupun Bram. Seto berencana setelah anak itu dimasukkan kedalam kamar bayi, ia akan menculiknya jauh, tidak.. tidak bukan menculik. Karena itu bayinya! hanya ia yang berhak atas bayi itu, sejak awal cuma Setolah yang berniat mempertahankan bayinya. seorang suster berjalan dengan bayi merah digendongannya, Seto tahu anak yang baru keluar dari ruangan itu adalah anaknya, Calwanya. sus saya boleh lihat? Dia anak saya! Ucap Seto menahan haru. tentu saja boleh pak. Sahut suster ramah. Baru tangan Seto ingin menggendong anaknya itu, sebuah suara barito mengatensi dirinya. jangan! Jangan serahkan anak itu kepadanya, ia hanya seorang penipu! Pekik Bram, ia berpura-pura seolah begitu mencintai Calwa didepan suster, seakan ia adalah kakek yang sangat mencintai cucunya, melihatnya Seto begitu jengah. Jika saja Calwa sudah lebih kuat ia akan merebut paksa anak itu lalu kabur, tapi Seto masih bisa berfikir waras, ia tak akan tega menyakit bayi yang baru saja lahir. Polisi tangkap dia! Seru Bram, laki-laki licik itu ternyata juga sudah melaporkan Seto ke kantor polisi atas tindakan penipuan barang mewah. tunggu pak! Bu...bukan hanya saya, tapi pria itu juga, dia yang telah banyak menipu semua orang! Sahut Seto tak suka, bagaimanapun ia berteriak meminta keadilannya tetapi Bramlah yang lebih menang. laki-laki itu punya kartu AS Seto, yang membuatnya tak bisa bergerak dan pada akhirnya juga akan mengakui semuanya. Flashback On Mungkin benar jika istilah serigala sulit untuk dijerat, yah.. istilah itu pantas disematkan pada Bram yang tak mudah Seto tipu, laki-laki itu sudah tahu jika perhiasan yang Seto berikan pada Carmel selama ini hanyalah imitasi, apalagi perusahaan yang digadang-gadang seto miliknya hanya perusahaan palsu yang tak pernah ada dalam kenyataan. Semula Bram ingin mengusir Seto, tapi ia juga tertarik dengan bisnis menantunya itu. kau boleh bertemu Carmel, bahkan memintanya untuk tetap mengandung anak sialan itu, tapi dengan syarat kau harus menjerat para wanita kaya raya yang silau akan perhiasan. Itulah syarat yang diberikan Bram jika Seto masih ingin mempertahankan anaknya yang ada didalam kandungan Carmel. Ia tahu hal itu akan membahayakannya, buka tak mungki ia akan kembali merasakan dinginnya penjara jika sampai nekat. Tapi Seto sama sekali tak punya cara lain selain meyetujuinya. Seorang wanita paruh baya sedang berjalan dimal seorang diri dengan perhiasan melimpah diseluruh tubuhnya menjadi target Seto selanjutnya. Ahk.. maaf! Ucap Seto pura-pura menyesal telah menumpahkan minum dibaju mahal wanita itu. semula wanita itu nampak kesal sampai pada ia memandangi Seto yang memang cukup keren untuk kategori laki-laki matang. Wanita yang sudah masuk keperangkap Seto itu terlihat mengedipkan sebelah matanya, ia seperti tak sadar dengan usianya yang sudah kepala lima. Jam tanganmu sangat cantik, cocok dikulit indahmu Sahut Seto sambil duduk ia yakin wanita itu juga tidak akan menolak jika ia duduk disampingnya, bahkan mungkin saja wanita itu ingin duduk dipangkuannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD