19

1542 Words

Pagi itu bandara tampak sangat ramai. Suara roda koper yang bergesekan dengan lantai menjadi backsound yang terasa wajar di tempat dimana semua orang dari berbagai daerah berkumpul untuk menyongsong tujuan mereka. Gibran berdiri dengan sepatu vans putih miliknya dan sebuah ransel yang sudah bertengger kokoh di pundaknya. Kacamata hitam menjadi pembingkai wajah yang justru membuat daya tariknya kian memancar. Merasa sudah kalah bahkan sebelum memutuskan untuk terjun perang atau tidak, Gibran akhirnya menyerah dan mengambil keputusan untuk pulang ke Jakarta. Dirinya berpikir tidak ada lagi yang bisa dia lakukan di saat Pelita bahkan enggan melihatnya. Satu hari setelah dia berkata jujur pada Pelita, gadis itu mengusirnya dengan terang-terangan dan berkata bahwa dia gila jika sampai percaya

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD