bc

Perfect Love

book_age16+
558
FOLLOW
2.3K
READ
boss
drama
sweet
humorous
male lead
slice of life
like
intro-logo
Blurb

Riandra Anggara Risolv, menyukai kekasihnya sangat dalam. Bahkan jika dibandingkan dengan kasih sayang pada kembarannya, sosok Angelica Paramtiha lebih dari apapun. Saking dalamnya rasa suka Rian, sampai ia melupakan fakta-fakta tentang kekasihnya. Karena baginya Angel adalah malaikat cinta. Pergobanannya selama ini tidak akan pernah salah.

Begitupun Angel. Baginya tidak ada yang lebih baik daripada Rian. Semua tentang Rian adalah kesukaannya. Senyumnya, ramahnya, naiknya dan juga perilaku lembutnya. Sayangnya, Angel lupa jika semua itu Rian lakukan bukan pada dirinya saja. Tapi juga smeua orang. Rian tidak pernah memilih orang untuk berbuat baik dan berbagi kekasih sayang yang ia punya. Yang mana membuat Angel merasa tidak pernah ter-spesial-kan. Termasuk pada sosok gadis yang pernah dulu Rian sukai. Lelaki itu masih bersikap terbuka dan juga ramah—walau sebenarnya masih dalam batas wajar.

Angel bukan gadis sabar. Angel bukan perempuan yang bisa menahan segala perasaaanya. Dan jelas itulah sebuah bencana bagi hubungannya dengan Rian.

chap-preview
Free preview
Prolog (Revisi)
Apa mungkin hubungan ini akan terus berjalan? Apa mungkin semuanya kembali seperti semula? Apa kami bisa mengembalikkan kepercayaan masing-masing? Setelah apa yang terjadi selama ini, apa yang sebenarnya kita dapatkan? Angel menutup matanya dengan perlahan. Telapak tangannya yang semula memegang ujung meja itu langsung terangkat guna menutup wajah. Air mata yang sejak tadi Angel tahan akhirnya mengalir deras. Napasnya tersendat begitu merasakan tangisnya semakin membesar. Rasa sakit di hatinya semakin terasa perih. Jadi, apa arti dari 6 tahun ini? Mengapa hanya ia yang merasakan rasa sakitnya? Mengapa hanya Angel yang merasa berjuang? Mengapa hanya Angel yang merasa lelah? Mengapa hanya dirinya? “Angel, aku beneran nggak ada hubungan apapun sama dia.” Lagi. Alasan yang sama. Angel menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya kembali turun. Memperlihatkan wajahnya yang sudah basah dengan air mata. Mata yang memerah dengan tatapan penuh penyesalan itu Angel layangkan pada lelaki di depannya. Tubuhnya gemetar hebat. Merasakan rasa sakit yang teramat dalam. “Kalau memang nggak ada hubungan apapun, kenapa Abang bela-belain jemput dia? Abang tahu, Angel bahkan harus nahan dingin di luar. Cuman demi nunggu Abang yang jemput dia!” Rian mengusap wajahnya kasar. Helaan napas kasar lelaki itu keluarkan. “Angel, aku—“ “Abang terus merasa diri Abang benar! Abang terus bela diri sendiri tanpa mau liat kesalahan yang udah Abang buat.” “Apa salah aku?” tanya Rian dengan nada tajamnya. Wajahnya berubah menjadi dingin. “Aku cuman jemput dia. Aku nggak lakuin apapun sama dia. Kamu yang terlalu berlebihan, Angel.” Angel mengusap air matanya. Wanita itu terkekeh miris. Meratapi dirinya yang selalu menjadi pelaku atas semua tindakan lelaki di depannya. Padahal, seharusnya dirinyalah yang menjadi korban dan mencari pembelaan. Tapi, apa yang sekarang ia dapatkan? Lagi-lagi sikap lelaki itu yang keras padanya? “Angel bukan 1 bulan kenal Abang. Begitupun dia.” Angel menunjuk keluar. “Dan Abang masih mikir Angel berlebihan?” “Angel, kamu jelas tahu apa yang aku lakuin—“ “Abang selalu bela diri Abang sendiri! Abang selalu berusaha untuk tutupin apa yang sebenarnya sudah Abang lakuin! Sebenarnya Angel ini apa?” “Kamu tunanganku. Dan kamu tahu itu,” jawab Rian cepat. Angel tertawa. Tunangan? Ya. Dirinya dan Rian memang bertunangan. Bahkan sejak 6 tahun yang lalu keduanya masih berstatus sebagai tunangan. Tidak lebih. “Kalau begitu, siapa yang seharusnya Abang dahului? Angel, tunangan Abang. Atau dia yang hanya sahabat Abang?” Rian menutup mata dan menelan saliva kasar. Berusaha untuk meredakan emosinya yang kian meluap. “Dia lagi kesulitan. Apa harus kamu mempermasalahkannya?” “Dan Angel nggak kesulitan di sini? Menurut Abang, hanya dia yang kesulitan?” “Berhenti bersikap kekanak-kanakkan, Angel.” “Abang yang seharusnya berhenti bersikap b******k ke semua perempuan!” “Cukup!” bentak Rian yang berhasil membuat Angel tersentak kaget. Tubuh gadis itu seketika membeku. “Aku datang ke sini bukan untuk bertengkar. Kalau tahu tujuan kamu meminta aku datang kemari hanya untuk memperdebatkan hal sepele, seharusnya aku tidak datang.” Mata Angel kembali berkaca-kaca. “Hal sepele?” beo gadis itu dengan pelan. “Menurut kamu itu hal besar? Aku hanya menjemput dia di depan kantor dan pulang bersama.” “Lalu melupakan janji? Itu hal sepele menurut Abang?” Jika sebelumnya Angel yang terdiam dan membeku karena bentakan dari Rian. Maka kini lelaki itu yang terdiam karena teringat sesuatu. Matanya membulat kecil dengan raut wajah yang berubah pias. “Kalau memang itu hal sepele bagi Abang, maka Angel anggap status kita saat ini adalah hal sepele juga,” tukas Angel. Gadis itu mengambil tasnya di atas meja dan mengusap air mata dengan cepat. “Terima kasih karena Abang masih bisa menyempatkan waktu untuk datang ke sini.” Tanpa melihat ke arah Rian, Angel berbalik dan meninggalkan lelaki itu. Meninggalkan Rian yang diam membeku di tempat. Angel menutup mulutnya rapat-rapat saat tangis itu kembali keluar. Tak apa. Mungkin memang hubungan keduanya yang bukan hal penting bagi Rian. Tidak mengapa jika hanya Angel yang menginginkan semuanya berjalan seperti awal. Tapi, apa harus melupakan janji keduanya hanya demi perempuan lain? *** “Udah ketemu Riannya? Mana Rian? Pulang sendiri?” Angel tidak mendengarkan pertanyaan beruntun yang baru saja kakaknya lontarkan. Perempuan dengan dress hitam tanpa lengan yang ditutupi kemeja putih satin itu berjalan cepat menuju kamarnya. Mengacuhkan sang kakak yang kini mengernyitkan kening bingung. Tidak ada yang harus Angel jelaskan pada kakaknya. Ia sedang tidak ingin membahas Rian ataupun masalah tentang lelaki itu. Menutup pintu kamar, Angel menarik napas panjang dan meluruhkan tubunya ke lantai. Punggungnya bersandar pada pintu dengan kepala yang menunduk kecil. Tas yang sejak tadi ia pegang, Angel taruh di samping kakinya. Matanya kembali berair, dadanya kembali terasa sesak. Berbagai bisikan setan yang sejak sore Angel dengar itu semakin kuat bergema di dalam telinganya. Untuk apa masih memikirkannya? Dia bahkan memikirkan perempuan lain. Angel menggelengkan kepalanya pelan. Mengusir pemikiran bodohnya yang lagi-lagi mengiang. Lihat! Dia bahkan tidak mengikutimu atau mencegahmu untuk pergi. Lantas, apa artinya hubunganmu dengannya? Angel memegang kepalanya dengan kuat. Menarik helaian rambutnya sebelum membenturkan belakang kepalanya pada pintu. Mencoba untuk menghapus segala ucapan buruk yang semakin menjadi itu. Jangan mengelak. Kamu setuju denganku, kan? Kamu sepakat dengan ucapanku, kan? Apa arti status hubunganmu dengan Rian jika saat ini saja dia memilih orang lain? “Nggak!” teriak Angel dengan keras. Ia sadar sepenuhnya jika bisikan itu adalah bisikan dari dirinya sendiri. Dirinya yang terus memberontak dan meminta untuk melepaskan Rian. Dirinya yang terus berusaha untuk mencari kesalahan Rian. Dirinya yang sudah muak dengan segala macam alasan Rian selama ini. Menekuk kedua kakinya, Angel memeluk tubuhnya sendiri. Berusaha untuk menguatkan diri dan tidak termakan amarah semata. Memejamkan mata, Angel tarik napas sedalam mungkin. Menahannya beberapa saat, Angel hembuskan napas itu perlahan. Apa ini akhir dari hubungannya? Apa ini akhir dari segala perjuangannya? Mengapa terasa menyakitkan? Mengapa terasa sesak dan tak rela? Bagaimana dengan kenangannya selama 6 tahun kemarin? Kemana perginya perasaan bahagia itu? Kemana perginya perasaan sayang dan cintanya? Apa ini juga yang Rian rasakan? Apa ini juga yang Rian pikirkan? Jika benar. Apa lelaki itu akan memutuskan untuk berhenti berjuang?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
97.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook