DUA PULUH DELAPAN

1722 Words
Tak terasa sudah genap satu semester Athena sekolah di SMA Pelita Bangsa. Hari ini merupakan hari pembagian rapor semester ganjil untuk seluruh anak-anak kelas XII. Seluruh para wali murid diminta untuk hadir, selain untuk pengambilan rapor, akan ada rapat mengenai perpisahan untuk anak-anak kelas XII. Athena dan sang Bunda saat ini sudah berada di depan kelas XII IPS 1, mereka sengaja menunggu  Dean dan ibunya untuk kemudian masuk bersama. Di saat itulah Athena melihat ada Archen dan Tante Tira yang sedang berjalan ke arahnya. Ups, Athena terlewat percaya diri. Sebenarnya mereka bukan sengaja menghampiri Athena melainkan menuju kelas XII IPA 1 yang kebutulan harus melewati kelas XII IPS 1. Sikap easy going Tira membuat keempatnya menjalin perbincangan singkat sebelum memasuki kelas. “Hallo, ini Athena temannya Archen ya?” Sapa Tira ramah. “Iya, Tante. Bun, kenalin ini tantenya Archen, Tante Tira.” Athena memperkenalkan Tira kepada sang bunda. “Oh, iya. Saya bundanya Athena. Mau ambil rapor Archen, ya?” Bunda Athena melihat ke arah Archen. Archen pun langsung menyapa dan bersalaman. “Iya, benar, Mbak. Athena selesai acara ini sibuk ga? Tante mau ajak makan siang bareng. Mbak juga ikut, yuk?” “Eh?” Athena bingung, tak tahu harus menjawab apa. Archen apalagi. Ia tak pernah membayangkan akan makan siang bersama dengan sang tante, Athena, dan bundanya. “Aduh, maaf Tira, saya harus segera ke kampus karena ada mata kuliah. Tapi kalau Athena bisa kok, iya kan?” “Hemm…iya sih tan, aku bisa. Tapi, mama gak apa-apa pulang sendiri?” Tanya Athena ragu kepada sang Bunda. “Gak apa-apa, Bunda kan emang langsung pergi ke kampus.” Sementara Archen hanya diam menyaksikan percakapan antara tiga perempuan di hadapannya, bingung harus berkata apa. Archen membiarkan semuanya berjalan sesuai “kehendak” sang tante. “Boleh deh tante…” “Yaudah, nanti tante hubungi ya kalau rapat di kelas Archen sudah selesai. Mbak, makasih ya udah izinin Athena makan siang sama kita.” “Gak perlu berterima kasih, Athena itu paling senang kalau diajak makan-makan.” Goda sang Bunda. Athena hanya tersenyum menahan malu karena sang bunda baru saja membuka kartunya. Tira dan Archen pun berpamitan untuk menuju kelas XII IPS 1. Tidak lama kemudian tibalah Dean dan ibunya. Tanpa basa-basi keduanya langsung memasuki kelas karena rapat sudah dimulai. Para murid tidak diperkenankan untuk mengikuti rapat karena keterbatasan kursi yang ada di dalam kelas. Jadilah Athena dan Dean memutuskan untuk menunggu di kantin sambil menyantap seporsi siomay dan segelas es jeruk. Cukup banyak murid yang datang ke sekolah untuk menemani orangtuanya mengambil rapor. Mungkin hitung-hitung “kunjungan terakhir” sebelum libur semester. Ya, setelah pembagian rapor ini, seluruh murid akan mendapat libur semester selama tiga minggu. Khusus kelas XII, saat memasuki semester genap nanti mereka akan disibukkan dengan berbagai kegiatan, mulai dari ujian praktik, try out, ujian sekolah, hingga ujian nasional. Oleh sebab itu, seluruh murid kelas XII resmi berhenti dari kegiatan ekstrakulikuler saat semester dua. “Berarti lo udah gak latihan cheerleader lagi dong?” “Iya nih, paling kegiatan gue cuma belajar, belajar, dan belajar. Padahal kan gue gak suka belajar. Gue lebih suka nari dan menggambar.” Keluh Dean. “Ngomong-ngomong, lo udah ada rencana mau kuliah dimana dan jurusan apa?” tanya Athena penasaran. “Udah. Karena gue gak yakin lolos Perguruan Tinggi Negeri, jadi gue udah milih Perguruan Tinggi swasta di daerah Jakarta Barat. Gue mau masuk jurusan Desain Komunikasi Visual, Na, keren kan? Kalau lo sendiri gimana?” “Lho, kok lo gak percaya diri gitu sih, siapa tahu lo bisa lolos PTN. Tapi gue salut deh sama lo, lo udah punya tujuan. Gue aja masih bingung mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa.” “Kenapa harus bingung? Lo itu cocok banget ambil jurusan Ilmu Komunikasi, Na.” “Masa sih?” “Iya. Kemampuan komunikasi lo itu keren banget dan lo bisa membangun suasana yang nyaman buat lawan bicara lo.” “Hemm….thankyou lho sarannya, entar gue pikirin di rumah deh.” Dean hanya mengangguk sambil menyuap sepotong tahu goreng. “De, lo tau gak? Tadi gue ketemu tantenya Archen pas mau ambil rapor, terus beliau ngajakin gue buat makan bareng.” Dean langsung heboh bak mendengar kabar alien turun ke bumi, “Serius lo? Sumpah? Btw, yang ngambil rapor Archen kok tantenya sih? Emang orangtuanya kemana?” “Serius. Kalau soal itu gue gak tahu, mungkin papa sama mamanya sibuk kali.” “Gila sih, hubungan lo sama Archen makin dekat aja, tapi…..” “Tapi apa?” “Tapi gak ada kepastian…” Dean mengucapkan kalimat tersebut dengan berat hati, takut menyinggung perasaan Athena. Sementara Athena pura-pura tak peduli dengan hal tersebut walau kenyataannya tak seperti itu.             Sedangkan di sudut lorong sekolah Archen sedang menunggu sang tante selesai rapat sambil membaca buku Tips Kuliah di Luar Negeri. Hingga tak terasa Tante Tira sudah berada di hadapannya, “Lho kok tante tahu Archen di sini?” tanya Archen kebingungan. “Tahu dong, kan gampang kalau mau cari kamu, tinggal ke tempat sepi atau ke sudut ruang alias di pojokan.” Archen hanya tertawa kecil mendengar jawaban sang tante, “Udah kelar rapatnya, tan? Kok cepat amat?” “Cepet darimana, udah dua jam tahu tante dengerin walikelas kamu ngoceh. Lagian kamu kan suka lupa waktu kalau udah baca buku. Ngomong-ngomong, kamu baca buku apa?” Archen langsung menutup judul buku yang ada di tangannya dan langsung memasukkan buku tersebut ke dalam tas, “Bukan buku apa-apa. Yuk pulang.” “Etttss…bentar, kamu hubungi Athena dulu dong, kita kan mau makan siang bareng.” Archen sangat berharap Tira lupa dengan acara makan siang tersebut, karena sejujurnya ia takut canggung dan membuat Athena merasa tidak nyaman. Tapi begitulah Tira, selalu ingat dengan apa yang telah diucapkan. Archen pun langsung menghubungi Athena, tak sampai lima detik, gadis itu langsung menjawab. Mereka akhirnya sepakat untuk bertemu di parkiran setelah Archen menyebutkan jenis dan plat mobil sang tante. “Athena!” Panggil Tante Tira, yang dipanggil langsung menoleh dan menghampiri. Ketiganya langsung memasuki mobil dengan formasi Tira yang menyetir, Athena di kursi penumpang depan, dan Archen di kursi tengah. Tira sengaja menyuruh Archen duduk di kursi tengah karena ingin berbincang-bincang dengan Athena. Tira menoleh ke arah Athena, “Gimana kalau kita masak-masak di rumah tante aja?” Dari caranya menyetir, Athena langsung tahu bahwa Tira memiliki kemampuan menyetir yang luar biasa, “Pasti waktu bikin SIM gak nembak nih.” Batin Athena. “Boleh banget, tante. Athena juga mau cobain masakan tante hehehe.” Mendengar ucapan Athena, Archen langsung tertawa terbahak-bahak. “Eh?” Athena bingung melihat Archen yang tiba-tiba tertawa. “Tante Tira itu gak bisa masak, Na. Yang ada lo malah sakit perut kalau nyobain masakan Tante Tira.” Tira ikut tertawa, “Iya benar, saya gak bisa masak. Ets, tapi jangan khawatir, saya punya koki professional lho di rumah.” Archen mengangguk setuju, “Namanya Bi Ijah, dijamin lo bakal nambah kalau makan masakan beliau.” “Oh, aku kira nanti Tante Tira yang mau masak hehehe…” “Saya cuma asisten Bi Ijah di dapur, ya sekedar ngupas bawang dan ngiris cabai mah saya bisa lah hahahaha. Nanti kamu bantuin juga ya.” Ucap Tira pada Athena. “Siap tante.” Begitu sampai, ketiganya langsung memasuki rumah dan disambut oleh Bi Ijah. Tira langsung memperkenalkan Athena dengan Bi Ijah, walaupun sebenarnya keduanya sudah pernah bertemu saat acara ulang tahun Tira. “Bi kenalin, ini Athena, temannya Archen. Eh, teman atau….?” Tira melirik penuh goda ke arah Archen dan Athena. Keduanya tampak malu-malu, “Sen ke kamar dulu ya, mau bersih-bersih.” Jelas sekali Archen mengalihkan pembicaraan. Tira dan Bi Ijah hanya tertawa, baru kali itu mereka melihat Archen canggung di depan perempuan. Athena, Tira, dan Bi Ijah langsung menuju dapur karena sebentar lagi akan masuk jam makan siang. “Masak apa hari ini, Bi?” tanya Tira sambil melihat bahan makanan yang sudah diletakkan di atas meja oleh Bi Ijah. “Udang saos padang, tumis kangkung, sama bakwan jagung, Non.” “Waaaahhhh, kamu harus cobain saos padang buatan Bi Ijah, mantul! Alias mantap betul!” ucap Tira kepada Athena. “Hehehe, jadi gak sabar. Apa yang bisa aku bantu, nih?” “Hemm…kamu kupasin kulit udang aja ya, Archen gak suka soalnya kalau makan udang masih ada kulitnya.” Perintah Tira. “Siap, tante.” Bi Ijah langsung memberikan baskom kecil dan kantong plastik untuk memisahkan udang dan kulitnya. Sementara itu Tira menyiapkan kangkung dan jagung. “Tante, maaf Athena mau nanya. Memang Archen tinggal di sini?” “Iya, sudah beberapa tahun terakhir Archen tinggal sama tante.” Tira dapat melihat rasa penasaran yang ada dalam diri Athena. “Sen belum pernah cerita apa-apa ya sama kamu?” Athena menggeleng, “Belum, tante. Sen orangnya tertutup banget.” “Athena, maaf ya tante gak bisa ceritain semuanya ke kamu. Biar suatu saat Sen aja yang langsung cerita sama kamu, karena bagaimanapun juga Sen sudah dewasa dan hal itu menyangkut privasinya Sen. Jadi tante rasa hanya Sen yang punya hak untuk menceritakan.” Athena melihat dengan jelas perubahan rawut wajah Tira. Ia baru sadar sepertinya hal itu adalah pembahasan sensitif. Athena pun jadi tak enak hati, “Iya tante, gak apa-apa, Athena mengerti kok. Athena juga minta maaf ya tante kalau terkesan mau tau urusan Archen.” Tira menatap Athena, “Gak apa-apa sayang, tapi tante yakin cepat atau lambat Archen pasti akan cerita sama kamu.” Bagai tim yang sedang mengikuti perlombaan masak, ketiganya kompak membagi tugas. Bi Ijah membuat udang saos padang, Tira menumis kangkung, sementara Athena bertugas untuk menggoreng bakwan jagung. Maka dalam waktu kurang dari empat puluh lima menit, semua makanan sudah siap untuk disajikan. Tira menyuruh Athena untuk memberitahu Archen bahwa makanan sudah siap. Ya, itu memang sudah jadi bagian dari rencana Tira. Athena pun bergegas menuju kamar Archen yang terletak di lantai dua. Di rumah itu hanya Archen saja yang tidur di lantai dua, sementara kamar Tira dan Bi Ijah berada di lantai dasar. Athena melihat sekeliling, lantai dua di rumah itu terasa hening dan tenang sekali, pantas saja Archen nyaman berada di sini, batin Athena. Gadis itu mengetuk pintu, “Archen, udah waktunya makan siang, turun yuk.” Tidak ada jawaban, “Sen, ayo makan.” Masih tak ada respon. Athena berpikir bahwa Archen ketiduran, ia pun berniat untuk membangunkan Archen. Namun tepat saat Athena membuka pintu kamar, Archen juga keluar dari pintu kamar mandi hanya menggunakan handuk. Ya, lelaki itu bertelanjang d**a. Athena dapat melihat dengan jelas d**a Archen yang bidang dan putih, serta ada bekas jahitan di atas p******a Archen. Baik Athena maupun Archen keduanya sama-sama terkejut. Setelah sepuluh detik mematung, Athena akhirnya bisa mengendalikan diri, “Engg….itu, kata Tante Tira makanannya udah jadi, lo disuruh turun sekarang.” Ucap Athena sedikit gagap. Archen tak kalah canggung, ia pun hanya menganggukkan kepala sebagai isyarat bahwa sebentar lagi ia akan turun dan sebaiknya Athena keluar sekarang karena Archen takut tak bisa mengendalikan diri. Isyarat itu seolah sampai kepada Athena, tanpa basa-basi Athena langsung keluar dari kamar Archen dengan pipi merah. Tira hanya tersenyum melihat ekspresi Athena saat tiba di meja makan, “Gimana?” tanya Tira. “Iya, bentar lagi Archen turun tan, sekarang dia lagi pakai baju dulu.” Jawab Athena polos. Kini Tira dan Bi Ijah pun tertawa bersama.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD