BAB 2. JEFF

866 Words
"Putri tidur sudah bangun?!" ujarnya melihat ke arloji yang melingkari pergelangan tangannya. "Kau tidur selama tujuh jam, lebih lima belas menit," dia berkata lagi. Lelaki itu berjalan mendekat.  "Siapa kau? Apa yang kau inginkan?" Sofia ketakutan, dia memundurkan langkah. Untunglah ada dinding yang menahannya, jika tidak, pastilah Sofia jatuh ke dalam sungai. Dia sangat ingin berlari dan menyelamatkan diri.  Lelaki itu menyapukan pandangannya ke seluruh tubuh Sofia. Dia menarik napas panjang, lalu membuangnya melalui mulut dengan kasar. Dia duduk di atas kursi, pandangnya tak lepas dari wanita di depannya.  "Dokter So ... fia, kenapa kau bisa berakhir di tempat ini?" lelaki itu bertanya. Lebih tepatnya kata-kata yang dia ucapkan lebih mirip gumaman. Seakan-akan dia menyesalkan wanita itu berada di sarang mereka saat ini.  "BAGAIMANA AKU BISA TAU?!" Sofia berteriak nyaring, "BUKAN AKU PENCULIKNYA DI SINI!!!" Sofia semakin berang. Lelaki itu berdecak kesal, dia keluar ruangan. Beberapa saat kemudian dia kembali membawa nampan berisi makanan. "Makanlah," ujarnya meletakkan nampan di atas meja. Sofia menatap makanan itu. Dia terdiam membeku. Tanpa gerak, tanpa kata.  "Dengar Sofia, kau harus tetap hidup. Kau hanya berharga jika kau tetap begitu. Jadi, bersikap baiklah. Bekerjasama itu lebih baik untukmu. Mereka ... para lelaki di luar sana," ujarnya sambil menunjuk pintu. Lamat-lamat terdengar suara beberapa orang lelaki sedang berbincang "Percayalah. Mereka tidak akan segan untuk menghabisimu, juga 'menghabisimu' dengan cara lain," dia memberikan tatapan mendalam di seluruh tubuh Sofia. Sungguh, dia sangat mengakui betapa cantiknya Sofia. Dress berwarna mocca yang dia kenakan semakin memperindah penampilannya.  "Makanlah sebelum mereka menjejalkannya dengan paksa. Aku yakin, mereka juga akan berusaha menjejalkan makanan yang lain ke dalam mulutmu," dia bicara dengan senyuman yang rumit sambil mengedipkan mata.  Sofia menggigil saat mendengar kata-kata yang meluncur dari bibir lelaki itu. Embun hangat menetes dari kedua sudut matanya.  "Apa maumu?!" Sofia terduduk lemas. Suaranya lirih.  "Bukan apa mauku, Sofia ...  tapi apa mau dia-yang melakukan ini kepadamu? Aku hanyalah seorang pesuruh. Makan, dan bersikap baiklah. Mereka tidak akan segan berbuat kasar," lelaki itu meninggalkan Sofia.  Sofia sendiri dalam tangis. Dia merindukan suami dan anaknya. Bagaimana keadaan putri mereka, apakah dia baik? Apakah ayahnya mengurusnya dengan baik? Pikiran itu semakin menyakiti Sofia.  *** Sofia tersentak dari tidurnya saat mendengar banyak derap langkah kaki memasuki kamarnya. Setidaknya ruangan itu menjadi miliknya dalam tiga hari terakhir. Sofia ketakutan.  Tiga orang lelaki berada di dalam kamarnya. Salah satu dari mereka menyibak dress-nya. Pakaian yang sama dia kenakan sejak tiga hari yang lalu. Pakaian dalamnya terlihat. Pahanya yang semulus porselen tersingkap. Mengetarkan jiwa ketiga pria itu. Dia menyapukan tangannya ke paha sofia.  "Kau memiliki kulit selembut sutra," ujarnya antusias. Tatapan matanya liar menjelajahi tubuh sofia.  Sofia segera bangun dan menutupnya kembali. Dia mengigil ketakutan membayangkan apa yang akan dia hadapi. Sofia seakan mencium aroma kesengsaraan yang akan dia dapatkan.  Nanar matanya yang basah menatap mereka satu persatu, "MAU APA KALIAN?!" Sofia berteriak nyaring. Peluh dingin membasahi kening. Dia meringkuk di sudut ranjang. "Aku mau kau ... Sayang," ujar lelaki itu semakin mendekat. Dia menarik tengkuk Sofia lalu melumat bibirnya.  Lelaki itu melepaskan pagutan bibirnya. Tangan kirinya menjambak rambut Sofia dengan kasar, sementara tangan kanannya menyapu bibirnya yang terasa perih.  "Puh!" lelaki itu meludah dengan kasar penuh amarah, "APA YANG KAU LAKUKAN?!" dia membentak Sofia. Matanya merah menahan kemarahan.  "Cuh!" Sofia meludahkan air liurnya yang berwarna merah darah tepat ke wajah lelaki itu. Sofia mengigit bibir lelaki itu sangat kuat.  "KURANG AJAR!!!" dia memaki sambil mengayunkan tangan. Kepala Sofia terbentur dinding akibat kerasnya ayunan tangan yang ditimpakan ke pipinya. "Pegangi dia," ujarnya kepada kedua temannya.  "Patrick, tinggalkan dia," kata lelaki yang mengantarkan makanan Sofia tiga hari yang lalu.  "Jeff?! Mari bersenang-senang sedikit," Patrick tertawa renyah. Patrick menaiki bibir ranjang. Sofia menarik kedua kakinya semakin merapat ke dadanya. Tidak ada lagi tempat berlari.  "Tinggalkan dia Patrick," Jeffery berkata sambil menarik lengan Patrick.  Patrick melepaskan tangan Jeffrey kasar, "Apa-apan ini? Tidak tahu sampai kapan kita berada di tempat ini. Apa salahnya kita menikmatinya," Patrick kesal dengan sikap Jeffrey yang tidak sejalan sepemikiran dengannya.  "Kau juga mau 'kan?" tanya Patrick kepada lelaki lainnya yang sejak tadi terdiam memandangi mereka.  Yang ditanya terdiam. Dia memandangi wajah Jeffrey yang terlihat sangat tidak suka menyaksikan kejadian ini.  "Crist? Kau juga mau 'kan? Ayolah! Sangat membosankan berada di tempat tak berpenghuni ini," Patrick membujuk Cristian. Dia mencari teman untuk melakukan keinginannya.  Sofia semakin ketakutan. Mereka berdebat dan saling bujuk untuk menikmati tubuhnya. Dia merasa ingin mati saja.  "Kalian pergilah bersenang-senang, biar aku yang mengurusnya," Jeffery kembali menarik lengan Patrick. Dia mengambil sejumlah uang dari dompet yang berada di saku belakang celananya. Dia mengacungkan uang itu di wajah Patrick. Dia memberi kode kepada Cristian untuk segera membawa Patrick keluar.  "Ambillah." Jeffery membujuk.  "Katakan saja kau ingin menikmatinya sendiri," Patrick merampas uang itu dari tangan Jeffrey.  Jeffrey tertawa, "Mungkin begitu. Aku tidak suka berbagi." Jeffery menepuk punggung Patrick sambil mendorong pelan. Dia bermaksud menyuruh Patrick segera keluar. Dia menatap dalam wajah Cristian, lelaki itu pun paham "Ayo, cepat Patrick. Jika terlalu malam, kita hanya punya waktu sedikit. Pestanya usai," Cristian mengamit lengan Patrick. Mereka melangkah pergi meninggalkan Jeffrey dan sofia.  "Sofia, apa aku dapat hadiah?" tanya Jeffrey kepada Sofia yang masih termanggu di sudut ruangan, dia masih meringkuk di atas ranjang dengan tubuh yang gemetar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD