BAB 5. MAAFKAN AKU ALAND

1358 Words
"Kita bersenang-senang," ujar Patrick sambil menyerahkan anak kunci kepada Christian. Cristian tertawa pelan. Dia pun sudah tidak sabar lagi ingin segera merasakan halusnya kulit Sofia saat bersentuhan dengan kulitnya, "Baiklah," ujar Christian. Dia menyambutnya dengan senang hati.  Patrick mendekat ... "Tidak! Tidak. JANGAAAN!" Sofia berteriak. Seluruh tubuhnya dingin, dia gemetar ketakutan.  "Tolong jangan lakukan ini kepadaku. Aku mohon," Sofia mengiba. "Tidak akan ada yang menolongmu di sini, Sayang. Kau milikku," ujar Patrick disertai seringai yang menakutkan. Dia mencondongkan tubuhnya, menarik pergelangan kaki Sofia sangat kuat.  Segera saja, tubuh Sofia meluncur turun dengan cepat ke bibir ranjang. Sofia menendang ke segala arah, pergelangan kakinya terlepas dari tangan Patrick. Sofia menendang ke area vital Patrick. Sayangnya Sofia terlambat, lelaki itu sudah memundurkan tubuhnya. Tendangan Sofia meleset dengan telak. Patrick kembali mencengkeram pergelangan kaki Sofia, kali ini lebih kuat. Sofia bangun, dia duduk dan berusaha memukuli wajah Patrick.  "Christian, pegangi tangannya!" seru Patrick, dia kewalahan menghadapi Sofia, wanita itu terus melakukan perlawanan. Dengan sigap Cristian menarik kedua pergelangan tangan Sofia sekuat tenaga lalu merebahkan wanita itu dengan paksa ke atas kasur.  "Tenang Sayang ... aku tidak akan menyakitimu. Aku akan melakukannya pelan-pelan, aku ahli dalam hal ini," Patrick tertawa renyah. Suara tawa itu terdengar seperti ledakan halilintar di telinga Sofia, menyakiti indra pendengarannya. Patrick membuka paksa kemeja yang menutupi separuh tubuh Sofia, seluruh kancing kemeja itu terlepas dan berjatuhan ke lantai. Patrick semakin kalap melihat tubuh mulus Sofia. Bagian depan tubuh Sofia sepenuhnya terlihat meski dia masih mengenakan kemeja pemberian Jeff, hanya bahu dan punggungnya yang masih tertutup.  "Astaga ... kau indah sekali," ujar Patrick. Dia menaikkan tubuhnya di atas tubuh Sofia yang dingin.  Patrick meraup dan meremas d**a Sofia sangat kasar. Napasnya tersengal, gairah terasa membakarnya hingga ke ubun-ubun. Patrick merasai, mengecupnya dan menjilatnya inci demi inci.  Sofia berteriak nyaring, dia merasa jijik dan geli atas perlakuan Patrick. Sofia menggelinjang, menolak apa yang dilakukan Patrick. Cristian melihat apa yang dilakukan Patrick, dia menelan air liur yang terasa mencair di dalam mulutnya. Dia berganti posisi, Cristian naik ke atas kasur dan meletakkan tangan Sofia di bawah lututnya lalu menekannya kuat-kuat, bibirnya ikut merasai dan mengecap kulit sehalus sutra milik Sofia.  "JEFF ... TOLONG AKUUU!" Sofia berteriak sekuat tenaga. Patrick tertawa, "Jeff-mu tidak ada di sini, Sayang," ujar Patrick dia menurunkan kecupannya ke perut Sofia.  Cristian mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, dia tersenyum saat menemukan apa yang dicarinya. Patrick semakin liar mengecup dan mengecap kedua paha Sofia.  Sofia menahan napas.  Air matanya mengalir.  Rasa jijik, geli dan takut begitu kuat memagutnya. Dia sudah lelah terus meronta-ronta.  "Jeff ... tolong aku," Sofia terisak dengan suara yang lemah, sementara Patrick merentangkan kaki Sofia lebar-lebar.  Pandangan Patrick tertuju di bagian intim Sofia. Tatapannya nanar penuh napsu. Dia merasa seakan terbang tinggi dan tak lagi berpijak di bumi.  Christian bangkit dari kasur, dia mengambil lakban yang tergeletak di atas meja nakas. Sofia segera bangkit saat Cristian melepaskan tangannya. Dia mendorong kepala Patrick yang berada di antara kedua pahanya, "Hentikan, b******n!" Sofia sangat murka. Patrick sangat terkejut kepalanya didorong sangat kasar saat dia tengah mengecap lembut area intim Sofia. Patrick seakan tak pernah puas, dia sangat ingin melakukannya sejak pertama kali melihat Sofia di mobil. Pada hari pertama mereka menculiknya, Sofia meronta sangat kuat hingga bajunya tersingkap. Sejak itu pikirannya tak dapat lepas dari imajinasi liarnya tentang Sofia. Patrick tak peduli, dia kembali menarik kedua paha Sofia, pemandangan berwarna pink tepat di depan wajahnya membuat dia semakin tenggelam dalam gairah. Cristian mendekat, "Patrick!" ujarnya nyaring, suaranya gemetar menahan hasrat, dia pun sangat ingin merasai hangatnya area intim Sofia di bawah sana. Dia kembali menarik tubuh Sofia dan merebahkannya di atas kasur. Dia menekan tangannya lebih kuat.  "Apa?! ujar Patrick gusar. Dia marah karena merasa diganggu dari kesenangannya. "Kita pindahkan dia," ujar Christian. Dia memberikan isyarat menuju kursi.  Patrick tersenyum, "Baiklah," ujarnya bersemangat. Sofia terus berontak dengan sisa tenaganya yang lemah. Sungguh! tidaklah sebanding dia dengan dua orang lelaki yang kini memeganginya sangat erat. Patrick mengangkat di bagian betis Sofia, dan Christian mencengkeram erat pergelangan tangannya. Mereka mengangkat Sofia menuju kursi.  Sofia berontak lebih keras, mengamuk, menendang, ke segala arah. Dia terjatuh di lantai. "Kau!" bentak Patrick. Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, "Bersikap baiklah! Kau mau aku menggunakan cara kasar hah?!" Patrick kembali melayangkan telapak tangannya di wajah cantik Sofia yang sepucat kertas. Sofia merasakan perih di kedua pipinya. "Tidakkah kau lihat usahaku menyenangkanmu?!" Patrick berteriak lebih keras. Dia menjambak rambut Sofia sangat kasar.  Sofia tersedu-sedu dalam tangis. Wajahnya bengkak dan basah oleh air mata. "Sakiiiit! Kau menyakitiku. Tolong jangan lakukan ini kepadaku," Sofia bicara dengan suara yang lirih sambil beruraian air mata. Dia berharap mereka masih memiliki sedikit rasa kasihan. "Dengar Sofia!" Patrick menarik rambut Sofia semakin kuat lagi.  "Aku tidak ingin menyakitimu. Sejak awal aku berkata, mari kita bersenang-senang. Kau yang terus menyakiti dirimu. Jadi ... cobalah bersikap manis." "KAU PAHAM?!" ujar Patrick sambil mencengkeram rahang bawah Sofia.  Sofia menangis semakin keras.  "KAU PAHAM!" ujar Patrick lebih keras.  Sofia menganggukkan kepalanya. "Jika kau masih meronta-ronta, aku berjanji, ini sama sekali tidak akan menyenangkan!" Patrick berkata dengan mata yang terbelalak lebar.  Sofia mengerti, dia menangis dan pasrah.  Mereka mendirikan Sofia dengan mengamit lengannya lalu mendudukannya di atas kursi. Christian tertawa senang. Dia menarik tangan Sofia ke belakang kursi dan menyatukan pergelangan tangannya memakai lakban. Di mata mereka, Sofia luar biasa cantiknya. Wajahnya yang seputih kertas terlihat sangat indah. Patrick kembali merentangkan kaki Sofia lebar-lebar. Dia kembali merasai Sofia dengan indra pengecapnya. Dia sangat menyukainya. Patrick berdiri dan melepaskan celananya, dia merasai Sofia sambil mengusap miliknya perlahan.  Christian membuka resleting celananya, dia menarik kepala Sofia merapat ke tubuhnya, mengarahkan 'miliknya' ke bibir Sofia.  "TIDAK!" Sofia menolak, dia memalingkan wajahnya.  Cristian menarik dagu Sofia dengan kasar, "LAKUKAN!" ujarnya memaksa.  "JEFF ... TOLOOOOO!" Sofia berteriak nyaring. Perkataannya terhenti, mulutnya telah disumpal paksa Christian menggunakan miliknya yang sudah menegang dengan sempurna.  "Chris, gantian!" ujar Patrick dengan suara parau saat melihat bibir Sofia yang basah mengecup lolipop milik Christian. Kedua kelopak mata Christian terpejam. Sesekali Sofia terlihat hampir muntah akibat Christian yang terlalu dalam menekan lolipop-nya. Cristian mendengus kasar, dengan terpaksa dia melepaskannya.  "Aku lebih dulu!" ujar Patrick mewanti-wanti. Dia menarik kepala Sofia, dia memasukkan lolipop-nya ke dalam mulut Sofia yang hangat.  Air mata Sofia tumpah. Dia berjanji akan membalas mereka semua. Tubuhnya gemetar penuh amarah.  Sementara Cristian, dia merentangkan kaki Sofia dan merasainya. Lidahnya sangat lembut menjelajahi area intim Sofia. Sofia menangis, tapi ... dia tak sanggup menahan rasa nyaman yang mulai menyapanya, "Maafkan aku Aland, aku tidak bisa menolaknya," kata Sofia dalam hati. Meski dia menolak hingga jutaan kali kematian dan jutaan kali kebangkitan kembali, area pribadinya juga memiliki jutaan saraf yang sensitif, saat Cristian memperlakukannya sangat lembut, rasa geli yang dia rasakan berubah menjadi rasa nyaman.  Beberapa saat kemudian, "Kau sudah siap," ujar Cristian melepaskan bibirnya dari keindahan milik Sofia, dia berdiri dan bersiap menekan miliknya.  Cristian menelan air liurnya, wajah Sofia terlihat semakin cantik saat terpejam dengan napas yang tersengal. "Eh tunggu! Aku pertama!" ujar Patrick dia melepaskan dirinya dari hangatnya bibir Sofia lalu mereka bertukar tempat. Patrick bersiap menyatukan dirinya dengan Sofia. Sofia menarik pinggulnya menjauh walaupun dia menginkannya, tapi nalarnya masih bekerja, dia ketakutan memikirkan apa saja yang sudah mereka lakukan tadi malam? Bisa saja mereka berdua menularkan virus berbahaya kepadanya. Sofia menutup kedua pahanya rapat-rapat, "JEFF ...TOLONG AKU. TOLONG AKU JEEEFF!" Sofia kembali berteriak. Dia mendengar sesuatu. "JEEEF ... TOLONG JEFF," Sofia berteriak lebih keras. Patrick sudah merentangkan kedua paha Sofia.  Sofia merasakan sesuatu yang hangat menyentuh vulva-nya.  "JEEEF!" teriak Sofia. "SOFIAAA!" "PATRICK BUKA PINTUNYA!" teriak Jeffery sambil menggedor kuat daun pintu. Dia memutar knop sangat kuat dan berulang kali. Pintu itu tetap tak bergerak. Masih tertutup rapat. **** "ADEGAN INI TIDAK UNTUK DITIRU. INI HANYALAH IMAJINASI PENULIS. BARANG SIAPA YANG MENIRU ADEGAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM ADEGAN INI, MAKA AKAN DIKENAI PASAL UU YANG BERLAKU SEBAGAI TINDAKAN KRIMINAL. HUKUMAN PENJARA SEKIAN TAHUN MENANTI BAGI PARA PELAKUNYA. BIJAKLAH DALAM MEMBACA. AMBIL YANG BAIK, BUANG YANG BURUK. KHAYALAN TIDAK SEINDAH KENYATAAN. NOVEL INI BERTUJUAN UNTUK MENGHIBUR DAN DIAMBIL HIKMAHNYA. SETIAP BENTUK KEKERASAN SEKSUAL DI CERITA INI HANYALAH SEBAGAI KETERANGAN BAHWA KEKERASAN ITU SENDIRI ADALAH PERBUATAN b***t, KEJAM DAN BIADAB DAN BETAPA BERDAMPAK BURUK BAGI ORANG LAIN.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD