Bab 4. Menikah Lebih Cepat

1234 Words
Air mata Lily terus bercucuran saat beberapa wanita membawanya ke sebuah kamar di rumah Pak RT. Seorang wanita paruh baya, tak lain istrinya Pak Iman memberikan selendang putih panjang pada Lily. "Pakai ini. Sebentar lagi kita keluar. Ijab qabul akan segera dilaksanakan." Ibu itu tampak tenang, tapi ada kesan tidak suka setiap kali dia melirik Lily. "Saya mohon izinkan saya menjelaskan semua. Tolong saya, Bu, Kak," ucap Lily meriah tangan istri Pak Iman dan wanita lain yang beberapa tahun lebih tua darinya. "Sudah. Jangan membantah. Kamu sudah dengar keputusan perangkat desa ini. Lebih baik menikah daripada kalian dibawa ke pengadilan. Ibu tidak sanggup membayangkan kamu dicambuk kuat berkali-kali." Ibu itu menggiring Lily berjalan keluar pintu. Tangisan Lily semakin kencang. "Tapi saya nggak bersalah. Ini cuma salah paham." "Sudahlah, Dek. Sabar dan turutin apa kata Bapak-Bapak di sini. Bagaimana Adik dan lelaki itu sudah salah. Lebih baik menghindari fitnah dengan menikah," ujar kakak yang menyertai Lily. Lily masih belum terima. Sabar dan menurut? Semudah itu mereka menyuruh Lily melakukan itu semua? Padahal Lily dan Varun sama sekali tidak bersalah. Mengapa harus dinikahkan seperti ini? Ada niatan di hati Lily untuk kabur. Bukan karena tidak mencintai Varun. Dia sangat tertarik pada Varun. Namun, untuk menikah secara mendadak seperti ini tidak pernah dibayangkan Lily. "Hapus air matamu," kata istri Pak Iman sembari mencengkeram tangan Lily kuat. Seperti tahu niat Lily untuk kabur. Meskipun itu terasa tidak mungkin. Mereka dikelilingi dan dijaga ketat oleh hampir semua orang di desa itu. "Setidaknya, tolong izinkan saya telfon Mama dulu. Mama harus dikabarin," pinta Lily hancur. "Nanti saja, Dek. Setelah akad nikah, kamu bisa telfon semua keluargamu sepuasnya." Kakak itu memegangi Lily juga. Sudah tidak ada harapan Lily untuk kabur. Begitu Lily dibawa ke ruang tengah, di sana sudah ramai warga desa. Sementara Varun juga tidak berdaya duduk di atas tikar di ruangan itu di antara para lelaki. Varun tampak sedih dan sama terpukulnya dengan Lily. Ketika tatapan Lily dan Varun beradu, keduanya emosional. Saling merasa bersalah dan ingin meraih satu sama lain untuk bisa lari dari masalah di hadapan mereka. Itu tidak akan terjadi karena mereka dijaga ketat oleh warga desa. Varun lama menatap Lily. Sungguh jantungnya berdebar kencang melihat kekasihnya yang cantik itu terlihat semakin mempesona meskipun dengan gamis putih seadanya. Aura kecantikan Lily memancar lebih kuat dari sebelumnya. Varun sangat senang jika Lily menjadi istrinya, tapi sama seperti Lily, dia sendirian belum siap untuk menikah. Bukan pernikahan buru-buru dan berlandaskan kesalahpahaman seperti ini. "Duduk di sini," perintah para wanita lebih tua kepada Lily, mengarahkannya duduk di tengah barisan para wanita. Bapak penghulu sudah dipanggil dan bergabung bersama para pria, tepat di depan Varun. Tidak lama kemudian seseorang yang dinantikan semua orang hadir. Jamal, paman kandung Lily yang masuk ke dalam rumah dengan langkah tertatih dan wajah sedih. Saat Paman Jamal melihat ke arah Lily, pria itu mengepalkan tangannya. Pasti sangat kecewa dan terpukul atas apa yang terjadi pada Lily. Lily langsung pecah tangisnya dan meraih tangan pamannya. "Paman, ini cuma salah paham. Tolong aku, Paman. Jelaskan sama mereka, Paman." Paman Jamal menatap Lily dalam waktu lama. Ada kasih sayang yang kuat terpancar di matanya kepada Lily. Namun, akhirnya ia memalingkan muka dan menepis tangan Lily. "Paman, maafkan aku!" seru Lily pilu karena telah mengecewakan pamannya. Paman Jamal duduk bergabung bersama Varun dan Pak Penghulu. Dari atas hingga ke bawah diperhatikannya Varun. Ada amarah yang jelas ia tahan. Sementara Varun menundukkan kepala memberi hormat pada Paman Jamal. Sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh Varun nasibnya dan Lily akan jadi seperti ini. Niatan berlibur dan bertemu kekasih yang dikenal dari dunia maya berujung dengan pernikahan dalam situasi aneh. "Dimulai saja. Tidak boleh lagi lama-lama kalau sudah seperti ini. Jangan sampai desa kita tercemar dengan dosa besar." Seorang warga yang diketahui sebagai RT desa itu memulai pembicaraan. Pak Penghulu mulai membacakan doa-doa dan memberikan nasihat pernikahan selayaknya acara pernikahannya. Di detik-detik mendebarkan itu, Varun memandang ke arah Lily. Lily segera menangkap tatapan Varun. Tangisan Lily membuat hati Varun hancur. Rasa cintanya pada Lily bertambah kuat. Saat itu juga Varun ingin melindungi dan menjaga Lily seutuhnya. Dengan penuh keyakinan Varun menerima ukuran tangan Paman Jamal. Kata-kata sakral ia ucapkan. "Saya terima nikahnya Alexa Edelia Darwis binti Darwis Cek Nawi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang seratus ribu rupiah dibayar tunai," tegas Varun. Deg! Lily tertegun. Seperti ada gendang yang ditabuh kuat di dadanya. Ia mengangkat kepalanya memandang laki-laki yang berjarak beberapa meter darinya. "Bagaimana? Sah?" tanya Pak Penghulu pada pak saksi pernikahan. "Sah!" ujar para saksi. "Barakallah," ucap Pak Penghulu diikuti warga lainnya. Semua mengangkat tangan berdoa. Lily mengangkat tangannya dengan air mata menetes jatuh ke telapak tangannya. Sekarang ia sah menjadikan istri seorang laki-laki bersama Varun Elang Bharatan. Kekasih yang sudah dua tahun ia kenal melalui media sosial. Lelaki yang selalu memuji dan menjadi penggemar setia karya-karya tulisannya. Lelaki yang selama ini menjalani hubungan percintaan romantis secara LDR dengannya. Varun tersenyum pada Lily. Senyuman yang begitu manis dan terasa meneduhkan hati. Varun menganggukkan kepalanya seolah ingin mengatakan pada Lily semua akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu ditangisi. Sementara Lily hanya diam sambil terus bertatapan dengan Varun dalam jarak yang memisahkan mereka. *** "Mama, please. Jangan marah. Aku butuh dukungan Mama." Lily terisak saat bicara dengan ibunya lewat video call. Bukan dukungan atau penghiburan yang ia dapatkan. Wanita yang melahirkannya itu marah besar. Lily dianggap telah mencoreng nama baik keluarga mereka. "Ma, please. Ini nggak seperti yang Mama bayangkan. Setelah keadaan membaik, aku akan pulang ke Surabaya." Mama Lily sangat shock dan tidak mengatakan sepatah kata pun lagi. Sambungan telepon diputuskan mamanya. Sementara Lily terpaku di tempatnya. Di saat ia sangat mengharapkan mamanya membantunya atau memberikan kata-kata terbaik untuknya, yang ia dapat malah kemarahan dan penolakan. "Mama ...." Lily menangis putus asa. Wajahnya ia tutupi dengan tangan. Rasanya sudah tidak sanggup menghadapi dunia lagi. Seperti saat ini. Sejak dianggap menjadi istri Varun dan melangkah keluar dari rumah Pak RT, pikiran Lily sudah buntu, jiwanya seolah ditarik keluar dari tubuhnya dan dia menjadi robot yang terprogram untuk bergerak. Tahu-tahu dia sudah sampai di rumah Paman Jamal. Satu-satunya yang langsung ingin dilakukan Lily adalah menelepon mama. Sekarang harapannya berakhir dengan kesedihan panjang. "Maaf untuk apa semua yang udah terjadi," ucap Varun yang sudah berdiri di pintu kamar menatap Lily. Lily tersentak kaget dan langsung kikuk. Ia berusaha tenang, tapi tetap saja panik. "Ini bukan salah kamu. Aku yang bodoh. Aku terobsesi dengan novel itu. Kalau saja aku tidak senekat ini." Kata-kata Lily terputus dengan tangisannya. Lily terus menangis. Larut dalam penyesalan. Varun sudah tidak tahan lagi dan langsung menarik Lily dalam dekapannya. Lily masih menangis dan merengkuh d**a Varun. "Aku tidak tahu kamu akan sesedih ini menikah sama aku. Tapi aku cuma mau bilang kalau ini juga bukan salah kamu. Bukan salah proyek novel kamu. Jangan salahkan diri kamu ataupun menganggap hobi kamu sebagai alasan kesedihan ini." Lily terdiam. Kata-kata Varun meresap dalam hatinya. Berada dalam pelukan Varun terasa sangat nyaman. Semua kesedihan dan kesakitan yang ia rasakan lenyap untuk sejenak. Lily mengangkat wajahnya dan menatap Varun. Mereka saling memandang dalam diam. Sensasi aneh mulai hadir di antara mereka. Varun merasakan getaran kuat yang sudah lama ia rasakan. Semua tertahan karena kesedihan Lily. Sekarang keinginan itu semakin kuat. Varun mendekati Lily, ingin mencium bibir merah wanita cantik yang telah ia nikahi itu. Terbius dengan pesona ketampanan Varun, Lily memejamkan matanya dan semakin mendekat ke Varun. Jarak mereka sudah semakin dekat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD