Terkejut

506 Words
SAAT PELAKOR MEMBAGIKAN FOTO PERNIKAHANNYA BERSAMA SUAMIKU #ISTRI_CERDAS #2 "Kenapa kamu bisa ada disini Mey?" tanya Mas Irwan gugup. Sementara itu, wanita yang baru saja resmi menjadi istri Mas Irwan nampak berlindung di belakang tubuh suamiku. "Tanyakan saja pada istri baru mu Mas," tegasku. Mas Irwan melirik ke arah wanita yang terus melingkarkan tangannya di lengannya. Wajah wanita itu pucat karena bingung harus menjawab apa pada suaminya yang juga masih sah menjadi suamiku. "Mey, maaf ... aku hanya ...." Mas Irwan menahan ucapannya setelah dua orang yang juga memakai seragam pernikahan menghampiri kami ke atas pelaminan. "Ada apa ini Wan?" tanya wanita paruh baya yang aku tafsir usianya sekitar empat puluh lima tahun. Mungkin, ia adalah orangtua dari wanita yang kini menjadi istri dari suamiku. Namun, sedikitpun aku tidak akan takut selama aku tidak bersalah. "Mey, kita selesaikan di rumah ya," pinta suamiku lirih. Aku tersenyum kembali, mungkinkah ia malu dengan kehadiranku? "Maaf Pak, Bu, saya datang hanya ingin mengantarkan koper mantan suami saya yang ketinggalan," ucapku penuh penekanan. Mereka berdua kaget mendengar pernyataan dariku. Hanya saja, aku terus berusaha untuk tak menyombongkan diri. Sekuatnya ragaku, hatiku tetaplah hati seorang wanita. Aku tetap merasakan sakit, ketika melihat orang yang pernah aku cintai bersanding dengan wanita lain. Tangan yang dulu selalu lembut menyentuhku, kini telah menggenggam jemari wanita lain. Sakit? Tentu, sakit tak lagi tertahankan. Hanya saja, aku berusaha menipu diriku sendiri agar Mas Irwan tak pernah tahu jika aku terluka. Bagiku, ia sudah memilih jalannya untuk pergi dariku. Percuma menahan dia dalam rumah tangga yang sudah tak lagi ia inginkan. "Lebih baik kamu ikhlasin Irwan, dia sudah memilihku!" sentak wanita muda yang berlindung di belakang Mas Irwan. Aku tersenyum, "Kemarilah Mbak, jangan bersembunyi. Aku tidak akan menamparmu di hadapan banyak orang, setidaknya aku ingin menjaga harga diriku, karena aku tahu kalau kamu memang sudah tidak punya harga diri!" balasku. Wajah wanita itu langsung merah padam, ia menahan amarah saat aku menyindirnya dengan kata-kata pedas. "Jaga ucapan kamu ya! Terima kenyataan, Mas Irwan jauh lebih memilih aku daripada kamu!" seru nya. Deg! Aku memang telah kalah, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku datang jauh-jauh ke tempat ini bukan untuk mendapatkan luka yang jauh lebih dalam. "Tentu, tentu saja saya mengikhlaskan. Bukankah barang bekas memang sudah seharusnya berada di tempat sampah?" ucapku penuh ketenangan. Wanita itu maju, meski Mas Irwan berusaha menahannya. Entah, karena ia malu atau karena ia tak ingin istri baru nya menyakiti aku sehingga ia tak mengizinkan wanita itu mendekat ke arahku. "Semua baju, sudah aku bawa. Surat perceraian akan menyusul secepatnya, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan selalu bahagia bersama Laura," lirihku sembari melewati mereka berdua. Kemudian, aku menarik kunci mobil yang di bungkus kotak kaca kecil, yang tengah di pegang oleh wanita paruh baya yang memang adalah mertua Mas Irwan saat ini. kemungkinan mobil itu akan di berikan Mas Irwan untuk hadiah pernikahan mereka. "Maaf Bu, ini mobil atas nama saya," ucapku seraya menatap netra beliau. Aku paham sekali dengan kunci mobil itu karena masih tergantung inisial namaku di gantungan kuncinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD