Air Mata

607 Words
SAAT PELAKOR MEMBAGIKAN FOTO PERNIKAHANNYA BERSAMA SUAMIKU #ISTRI_CERDAS #3 "Apa maksudnya semua ini Irwan? Siapa wanita ja*ang ini?" teriak ibu mertua Mas Irwan. Beliau menatapku dengan tatapan penuh dengan kebencian, sedangkan aku tetap bersikap elegan dengan melipat kedua tangan di depan d**a. Semua tamu melihatku, mereka seakan menatapku penuh selidik. Hingga tiba-tiba Mas Irwan menarik tanganku dan berusaha membawaku turun dari pelaminan. Namun, dengan sekuat tenaga aku tepis tangan kotor yang telah menghianati pernikahan kami. "Dengar Mey! Kamu gak usah bikin keributan disini! Pulanglah, tidak usah menjelaskan apapun lagi. Kalau tidak, akan aku buat kamu mati sengsara bersama Laura!" ancam Mas Irwan setengah berbisik. Aku menatap netra hitam itu, mata yang dulu selalu memandangku penuh cinta. Kini hanya kebencian yang aku lihat disana. "Kamu tidak perlu mengancamku Mas! Aku bisa hidup tanpa kamu, silahkan nikmati kebahagiaanmu bersama wanita yang kamu pilih!" jawabku. Seketika, nyeri terasa merasuki seluruh tubuh ini. Aku tidak benar-benar kuat, hingga akhirnya air mata jatuh tepat di pipiku. Mas Irwan terus mencengkram lenganku, ia tak perduli apakah aku kesakitan atau tidak. Ia hanya perduli tentang pernikahan ini. "Pergilah!" usirnya seraya mendorong tubuhku. Di hadapan semua orang, ia memperlakukan aku seperti ini. Aku tetap berusaha bangkit, meski lutut sudah terasa sangat lemah. "Kamu tidak perlu mengusirku, karena aku pun akan pergi tanpa kamu minta. Dengar Mas, kamu yang menghianati pernikahan kita. Namun, kamu ingin membuat seolah aku yang menghancurkan pernikahanmu. Tenang Mas, aku tidak akan pernah meminta kamu kembali padaku, bahkan atas nama anak kita Laura, aku tidak akan sudi meminta kamu untuk kembali padaku." Dengan suara lantang, aku berusaha mengucapkan semuanya. Gedung yang besar membuat suaraku lebih terdengar keras, apalagi suasana hening karena semua orang hanya diam menyaksikan kejadian ini. Sehingga, suaraku semakin jelas terdengar di setiap tamu yang hadir disini. Aku membalikkan badan, kemudian berjalan pergi keluar dari gedung mewah yang menjadi tempat mereka melakukan resepsi. "Mey, tunggu!" tahan Mas Irwan. Aku menghentikan langkah, tak ada yang aku harapkan dari suamiku. Bahkan, ucapan maaf pun aku tidak pernah menginginkannya. "Tunggu aku di rumah, kita harus bicara lagi," ucapnya. Tanpa menoleh, aku lanjutkan langkahku. Ternyata, pekerjaan di luar kota itu hanya sebuah kebohongan. Mas Irwan bahkan menyelenggarakan pesta di sebuah gedung mewah di dekat bandara demi bisa mempermudah akses untuk keluarganya. Ya, saat aku berjalan keluar, aku melihat kedua mertuaku ada di sudut ruangan tengah menikmati hidangan yang ada. Sungguh, mereka benar-benar tidak memiliki perasaan. Apa salahku selama ini? Sehingga mereka tega melakukan ini semua padaku? "Mey," panggil seseorang saat aku tengah mencari mobil milik Mas Irwan yang memang Mas Irwan beli atas namaku saat kami berlibur ke kota ini. Dulu, ia berjanji akan selalu mengajakku ke kota ini karena memang ia hendak membuka proyek di kota ini. Hingga akhirnya, Mas Irwan memang telah memiliki mobil dan satu rumah sederhana di dekat bandara. Mungkin, ia akan menggunakan rumah itu sebagai rumahnya dengan pelakor itu. Aku menoleh ke sumber suara, ternyata sahabat Mas Irwan yang juga sahabatku. Ia menunduk saat melihat keadaanku. "Aku ga apa-apa kok Mike, santai aja," ucapku. Namun, pria berwajah oriental itu justru memberikan aku sapu tangan dan menatapku semakin tajam. Akhirnya, aku tak mampu lagi menahan air mata yang sudah aku tahan sedari aku di Jakarta. "Menangis lah Mey, aku tahu ini menyakitkan, maaf, Irwan mengancam aku untuk tidak memberitahukan semuanya sama kamu," ungkap Mike. Aku hanya mengangguk seraya mengusap air mata yang terus berjatuhan. "Sudahlah Mike, ini semua yang terbaik untuk kami berdua. Tuhan hanya tengah membuka mataku untuk melihat kebusukan seseorang," ungkapku. Aku memutuskan untuk bermalam di sebuah hotel, karena aku benar-benar tak ingin Laura melihat kesedihanku. Biarlah aku puaskan kesedihanku di tempat ini. Sebelum aku pulang ke Jakarta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD