3. Keluarga Wijaya

1016 Words
Tindakan Arnold mencium kening, dengan posisi yang intim, membuat Mey terjengit kaget. Dia yang belum pernah pacaran, bahkan belum pernah bersentuhan secara intim dengan laki laki, bahkan sekarang harus menerima kenyataan kalau ia harus menjadi calon istri yang notabene harus siap untuk menerima keintiman yang seperti itu, bahkan ia yakin nantinya ia harus melayani kebutuhan biologis seorang laki laki tampan dihadapannya itu dengan identitas yang berbeda yaitu Keyra Wijaya. Karena orang yang di hadapannya itu adalah calon suami dari Keyra yang akan menikah dengan Keyra sebentar lagi. Ada perasaan aneh yang menghinggapi Mey, saat menerima perlakuan romantis dari seorang Arnold yang notabene adalah calon suami dari temannya, yaitu Keyra. Ia berasa seperti selingkuh, berasa menjadi pelakor? Tapi sayangnya Mey yang belum pernah menikmati keintiman bersama laki laki, tidak bisa mendefinisikan perasaan yang datang saat ini. Wajah Mey berubah menjadi merah merona, membuat Arnold terpana, ia merasa ada aura yang berbeda saat melihat istrinya kembali sadar dari komanya, wajah Key tampak bersinar dan lebih menarik. Wajah Keyra sangat cantik, berbeda dengan wajah Mey, Mey yang asli bukan saja cantik tapi dia menarik dan mempesona. Mungkin perpaduan itu yang ditangkap Arnold, yang membuatnya tidak berhenti menatap wajah istrinya lalu kembali mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir calon istrinya yang tampak melambai lambai ingin dicium. Cup! Arnold menahan kepala Mey agar ciumannya semakin dalam dan menuntut.Mey tercengang, saat bibirnya menempel erat dengan bibir tebal Arnold. Matanya terbuka lebar, Mey terkejut parah, ia tidak menyangka bakal menerima lumatan gairah dari Arnold yang tampaknya sudah tidak bisa menahan lonjakan hasrat yang ia tahan selama sebulan calon istrinya mengalami koma. Ia takit, padahal acara pernikahan nya hampir dekat dan seharusnya saat Key koma, itulah saat dimana dirinya menikah dengan calon istrinya itu. Arnold menggigit bibir bawah calon istrinya, supaya bibir Mey memberinya akses untuk mengabsen rongga dalam mulut Mey, saat Mey hanya diam tak membalas pagutan liar Arnold. Dan saat Mey membuka bibirnya sedikit, lidah Arnold langsung menerobos masuk seakan menggoda Mey untuk membelit dan merasakan surga dalam decapan gairah yang disodorkan laki laki tampan berlabel calon suami sah. Arnold mengungkap semua rasa dan kecemasannya saat calon istrinya itu koma dan hampir saja tiada, lewat ciuman panas seakan menyalahkan calon istrinya yang menghilang dan koma saat ditemukan di gunung Lawu. Mey bahkan bisa merasakan sensasi yang berbeda saat pagutan Arnold semakin liar dan menuntut. Bahkan baju pasien yang dipakai Mey sudah terbuka dibagian bahunya karena tangan Arnold yang mulai bergerilya menaklukan d**a yang cukup menjulang saat desakan gairah yang melingkupi sekujur tubuh Mey. Ciuman itu membuat Mey seakan melayang dalam gairah yang tidak pernah ia rasakan, membuat Mey mendesah lirih saat ciuman Arnold turun di leher dan bahu Mey yang sudah polos, karena baju pasiennya sudah melorot memperlihatkan d**a polos wanita itu yang memang selama di rumah sakit ia tidak memakai penutup d**a. " Mas, jangan! Inih rumah.. sakit"kata Mey terbata sambil berusaha menolak ciuman Arnold yang sudah turun ke area dadanya dan meninggalkan bekas kemerahan di sekitaran dadanya. Arnold seakan tidak mendengar penolakan Mey, karena sebenarnya tubuh Mey justru menerima semua perlakuan calon suami temannya itu, hingga malah membuat sisi liar dari Arnold semakin naik. " Masss.." Mey melentikkan tubuhnya saat Arnold bukan hanya menghisap tapi juga meremas puncak yang lain dengan tangannya yang besar. Tok.. tok... tok Suara ketukan pintu ruang rawat inap VVIP yang ditempati Mey berbunyi cukup keras, membuat aktivitas panas tadi terhenti. Arnold mengumpat dalam hati, saat kabut gairah itu melingkupi dirinya, ketukan tidak tahu diri itu membuat Arnold harus menahan diri dan mendinginkan sesuatu yang sudah meronta minta dipuaskan. Arnold menatap wajah sayu Mey yang masih terengah menahan gairah yang belum sempat meledak menuju puncaknya.Arnold mengumpat dalam hati, sambil membetulkan baju pasien Mey yang sudah amburadul diterjang topan gairah Arnold yang menggebu. " s**t, untung saja pintu udah kukunci. Jadi orang diluar ga bisa memandang tubuh calon istriku yang sudah separuh telanjang." umpat Arnold lirih, sambil menuju pintu yang terkunci dan membukanya, agar ketukan di pintu itu berhenti.Mey tidak tahu perasaan apa yang menyerangnya, ia membiarkan Arnold meraba dan mengintimidasi tubuhnya tanpa penolakan. Padahal Arnold baru sebatas calon suaminya, apakah jangan janagan Key emang sering melakukan hal ini dengan tunangannya itu. Sialnya ia menikmati setiap rayuan tangan dan bibir calon suami Keyra itu. Dan bahkan ada rasa kehilangan saat Arnold menjauh untuk membuka pintu. Mey bahkan ingin Arnold ada di atas tubuhnya dan membelai tubuhnya yang hampir polos.Mey menggelengkan kepalanya dengan kuat, ia berusaha mengusir pikiran pikiran m***m yang tidak pernah ia rasakan dengan laki laki manapun.Arnold kembali ke samping ranjang Mey dan melihat Mey yang sedang menggelengkan kepalanya dengan kuat, menjadi takut. " Sayang? Apa yang kamu rasakan? Apa kamu merasa pusing lagi? Tadi aku sudah bilang, jangan dipikirkan. Tidak apa kalau kamu belum mengingat apapun. Jangan berusaha untuk mengingatnya. Biarkan ingatanmu kembali dengan sendirinya, sayang. Aku panggilin dokter ya?" cecarnya dengan nada penuh kekhawatiran. " Aku gak apa , mas. Ga usah panggil dokter." sahut Mey dengan cepat. Ia hanya lagi berpikir m***m. Bukan memikirkan masa lalunya yang tidak ia ingat, karena dirinya emang bukan Keyra. Jadi wajar, ia tidak memiliki ingatan masa lalu Keyra.Ia memandang wanita paruh baya yang ternyata masuk bersamaan dengan Arnold. Rupanya wanita itu yang mengetuk pintu. Wajah cemas juga menggelayuti wajah wanita paruh baya itu. Mey hanya memandang nanar wanita itu tanpa berusaha menyapanya. Wanita itu meneteskan air mata, membuat Mey menjadi tambah bingung. Tatapan bingung ia layangkan pada Arnold yang membalas tatapannya dengan helaan nafas. " Mam, Keyra amnesia. Dia tidak mengingat apapun dan siapapun. Tolong jangan paksa dia mengingat apa apa. Karena Ar takut kalau Key pingsan lagi. Karena tadi, Keyra sudah pingsan gara gara Ar paksa dia mengingat masa lalunya." jelas Arnold kepada wanita paruh baya itu dengan lembut dan penuh hormat. " Gak pa pa, Key. Kamu gak usah mengingat terlalu keras, biarkan itu datang dengan sendirinya. Mama sudah senang kalau kamu sadar, Key. "kata wanita itu dengan aliran air mata yang tidak berhenti di pipinya yang masih terlihat kencang itu.Mey hanya memandang wanita itu dengan tatapan bingung, dan mengalihkan pandangannya kepada Arnold , seakan ingin meminta pejelasan tentang siapa wanita yang ada di hadapannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD