Bab 1 - Pertunjukan Besar

1078 Words
Ruangan itu dipenuhi oleh penonton yang sedang antusias menunggu penampilan seorang gadis cantik yang menjadi kebanggaan untuk sekolah mereka sekaligus kota itu. Viora Alexander D’orion . Gadis manis berusia 22 tahun itu menjadi atlet muda berbakat dengan begitu banyak prestasi dan penghargaan atas prestasinya sebagai penari Ice Skating. Penampilan Viora selalu memukau dan elegan. Tak heran, jika putri dari Queen dan Robert itu, menjadi idola kaum remaja juga para pria yang bermimpi untuk menjadikan Viora sebagai kekasih mereka. “Vio, jangan khawatir, Sayang. Kau pasti bisa melakukannya.” Ucap seorang wanita membuat Viora mendongak. Dia menghembuskan napasnya sedikit kasar melalui mulutnya yang bergerak-gerak kecil. Meski sudah puluhan kali dia mengikuti lomba dan tampil di depan khalayak ramai, kebiasaannya yang gugup tak pernah hilang sehingga membuat kening dan tangannya dipenuhi oleh bintik-bintik keringat dingin. “Aku gugup, Bu,” cicit Viora kepada wanita yang selalu menemaninya di mana pun dia berada. Karena hanya ibunya lah yang bisa memberinya semangat di saat-saat seperti ini. Queen tersenyum lembut. Dia tak pernah menyangka roda kehidupan berputar secepat ini. Dia tidak pernah menyangka, akan hidup di masa ini dan memiliki seorang putri yang begitu cantik juga membanggakan. Viora, satu satunya putri yang dia miliki, tumbuh begitu cantik dan berprestasi. Viora juga gadis rendah hati dan tak pernah membanggakan apa yang dia miliki. Viora sederhana, dan tak pernah membedakan derajat orang lain yang menjadi temannya. Saat melihat Viora menari, Queen terkadang mengingat bagaimana masa mudanya dan Jasmine dulu. Saat itu, Jasmine adalah penari latar yang begitu hebat, sayang kemampuan hebat Jasmine tidak pernah terlihat oleh dunia karena kekuasaan yang dia miliki berhasil membuat Jasmine hanyalah seorang tokoh utama dibalik topeng yang selalu dia pakai. Saat Jasmine selesai menari, maka dirinya yang akan mendapatkan tepuk tangan dan sanjungan dari orang-orang. Mengingat saat-saat paling menyedihkan dalam hidupnya itu, dia selalu merasa menyesal sudah memperlakukan Jasmine dengan begitu tak adil. Dan sekarang, justru Jasmine yang selalu ada dan mendukung setiap langkahnya. Permainan takdir memang begitu hebatnya. “Bibi Jasmine selalu mengatakan, menari lah dengan sepenuh hati. Bukan mengharap pujian atau apa pun, jadikan tarianmu adalah untuk membahagiakan dirimu sendiri.” Queen mengangguk. Yang Jasmine lakukan saat itu pastinya bukan karena mengharap pujian atau apa pun, tapi untuk membahagiakan dirinya sendiri. Jasmine selalu terlihat bahagia setelah menari, meski yang mendapatkan apresiasi bukan Jasmine melainkan dirinya yang hanya menggantikan peran Jasmine setelah lampu latar mati selama beberapa detik. Bahkan, ayahnya-- mendiang Alex berhasil dia tipu dengan memberi Alex pertunjukan Jasmine atas nama dirinya sendiri. “Bibi Jasmine, adalah penari terbaik yang pernah ibu lihat selain dirimu, Vio. Saat bibi Jasmine menari, semua mata pasti hanya akan terpaku pada bibi Jasmine seorang,” ucap Queen membuat Viora mengangguk setuju. “Aku pernah melihat rekaman video bibi Jasmine yang sedang menari sebagai seorang putri dengan begitu indahnya. Sejak saat itu, aku pun memiliki keinginan untuk menari dan mencurahkan semuanya lewat tarianku, Bu.” Queen mengusap pipi Viora dengan lembut. Viora itu bisa melakukan apa pun dan selalu memberikan penampilan terbaik. Hanya saja kepercayaan diri Viora yang naik turun, membuat Viora selalu seperti ini sebelum gilirannya untuk tampil dan menunjukkan tariannya yang indah. “Jika seperti itu. Maka jadilah seperti bibi Jasmine. Jangan pernah takut dan merasa jika kau akan gagal memberikan penampilan yang terbaik. Gunakan hatimu, dan curahkan semua perasaanmu lewat tarianmu, Sayang. Ibu yakin, semuanya akan baik-baik saja, “ ucap Queen dan Viora menganggukinya lagi. Dia menatap ibunya dengan pandangan semangat membara dan tekad yang kuat. Dia yakin, dia pasti bisa melewati malam ini dengan kesukaran besar. “Selama ini, kau selalu menampilkan yang terbaik, Sayang. Percaya pada kemampuanmu. Kau akan bisa menyelesaikannya dengan baik,” ucap Queen lagi. “Pertunjukan malam ini, adalah pertunjukan terbesar dalam hidupku, Bu.” “Oleh karena itu, kau harus membuktikan jika kau paling bersinar malam ini. Tetaplah tenang, dan jangan menjadikannya beban, Vio,” jawab Queen. “meski begitu, yang paling utama adalah kau harus mengutamakan keselamatan dirimu sendiri. Ibu sama sekali tidak masalah dengan penampilanmu nanti. Tapi, keselamatanmu tetaplah yang ibu nantikan setiap detiknya. Mengerti?” lanjutnya dan Viora mengangguk lagi. Saat ini, dia lebih banyak mengangguk, karena rasa gugup membuatnya sulit untuk berkata-kata. Viora menarik napasnya lagi. Apa yang ibunya katakan memang benar. Yang harus dia lakukan adalah, menari dengan baik dan tetap menjaga keselamatannya sendiri. Yang terpenting, dia bisa menyelesaikan penampilan malam ini dengan baik, tanpa kesalahan apa pun. “Baiklah, Ibu. Aku siap!” Viora bangkit dari duduknya. Malam ini, dia mengenakan gaun hitam yang begitu indah dengan dua tali yang menjuntai di kedua bahu dan membentuk pola silang di bagian lehernya. Gaun hitam itu, memiliki pola lebar di bagian d**a sampai sudut bahunya. Sementara di bagian atas lengan gaun itu memiliki potongan lengan panjang dengan motif kain bunga-bunga kecil yang bertabur mutiara yang indah. Simpel namun elegan. Make up Viora juga tak begitu mencolok. Sedangkan rambut Viora ditata membentuk gulungan kecil dengan anak rambut yang masih jatuh di kedua pipi tirusnya. Viora, memang selalu menjadi pusat perhatian dengan penampilan se sederhana itu namun begitu elegan dengan wajah cantik dan porsi tubuhnya yang indah. Viora dan Queen mendekati tirai yang ada di belakang panggung atraksinya nanti. Beberapa menit lagi, dia akan tampil. Oleh karena itu, Viora segera memasang sepatu yang selalu menemaninya selama ini. Sepatu pemberian ayahnya, saat penampilan Ice Skating pertamanya yang sukses besar. “Apa ayah tidak akan datang, dan melihat penampilanku, Bu?” Suara Viora terdengar cemas. Mungkin, keterlambatan Robert juga yang membuat Viora merasa tidak tenang. Queen mengusap lengan Viora dengan lembut. Malam ini, Robert tidak bisa ikut serta bersama mereka, karena masih ada tugas di kepolisian. “Ayah pasti datang. Maaf, jika ayah terlambat ya?” ucap Queen. “Tidak apa-apa, Ibu. Yang terpenting, ayah menyelesaikan tugasnya dulu.” Sambutlah penampilan penari terbaik kita, Viora Alexander D’orion ...! Viora menghembuskan napasnya pelan se iring tepukan bergemuruh yang terdengar di sana. Waktunya sudah tiba. Waktunya, untuk memberikan penampilan terbaik dan tak mengecewakan orang-orang yang sudah menaruh harapan besar padanya. Viora melepaskan tangan Queen yang memegangnya. Mengecup pipi ibunya pelan kemudian membuka tirai itu dan menatap seisi ruangan yang saat ini menyorot penuh padanya. Rasa dingin mulai menjalari tubuhnya. Riuh tepuk tangan yang terdengar semakin bergemuruh, membuat jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Inilah saatnya. Saatnya memberikan penampilan terbaik untuk dirinya dan semua orang. Tak terkecuali seseorang yang mungkin sedang melihat dirinya dari kejauhan bertemankan kegelapan. “Menarilah, Viora. Menarilah dengan hatimu,” lirihnya sambil memejamkan mata sebelum mulai mengayunkan kakinya dan menari dengan begitu indahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD