2. Imbalan

612 Words
Gading baru saja sadar saat kami semua baru setengah perjalanan yang entah ke mana. Tatapan mereka seolah ingin membuat nyali ini ciut. Subuh baru saja menjelang ketika kami tiba di sebuah rumah besar di pinggiran kota. Dari luar, bangunan itu tampak biasa—tidak mencolok, tidak mewah. Aku merasa sangat takjub dengan interior bangunan rumah ini. Semua perabotan tampak terawat dan pasti harganya bisa membeli banyak rumah di kampung. Aku seperti sedang memasuki sebuah istana. Baru pertama kali, kaki ini masuk ke dalam rumah mewah. “Ini rumahmu?” tanyaku pada Gading, yang saat ini berada di sisi lain ruangan. Tubuhnya terkulai lemah, darah di perbannya terlihat semakin banyak. Namun, ekspresinya tetap tenang, seperti seseorang yang sudah terbiasa dengan rasa sakit. Gading tidak menjawab, hanya mengangguk tipis. “Kami harus segera pergi dari tempat kejadian. Polisi akan datang sebentar lagi setelah laporan perkelahian itu,” jelasnya dengan nada terukur. Aku mengangguk paham. Tidak ada waktu untuk bertanya lebih jauh, aku tahu kami harus bergerak cepat. Hari sudah Subuh saat ini. “Bolehkah saya salat dulu?” tanyaku pada salah satu anak buah Gading, yang tampaknya memiliki jabatan cukup tinggi di antara yang lain. Tatapannya tajam, namun dia mengangguk singkat. Aku berjalan menuju sudut ruangan yang sepi, mengambil mukena yang sudah kumasukkan ke dalam tas kecil. Ada rasa tenang setelah salat Subuh. Namun, kedamaian itu pecah saat aku mendengar suara rintihan dari arah sofa tempat Gading berbaring. “Cepat! Bawa dia ke ruang medis!” perintah salah satu anak buah Gading dengan tegas. Sebuah ruangan yang sangat lengkap dengan peralatan operasi. Aku tidak punya waktu untuk heran lebih lama. Fokus, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menyelamatkan Gading. Untungnya, ada banyak kantung darah yang tersedia di lemari penyimpanan. Aku segera melakukan transfusi darah, tangan dan pikiranku bekerja dengan tenang, meski detak jantungku berpacu. "Kenapa bisa seperti ini?" tanyaku pada pria besar yang memakai jaket cokelat dan tidak mendapatkan jawaban darinya. Waktu berlalu tanpa terasa. Entah berapa lama aku berada di ruangan itu, melakukan segala upaya untuk mempertahankan nyawa Gading. Keringat menetes dari pelipis, tetapi aku tidak peduli. Yang penting saat ini adalah memastikan Gading selamat. “Dia akan baik-baik saja,” kataku kepada anak buahnya, yang berdiri di pintu dengan wajah cemas. Mereka semua tampak lega, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang mengucapkan terima kasih. Aku sudah menduganya. Di dunia seperti ini, ucapan terima kasih mungkin dianggap tidak perlu. Aku sadar diri dan harus membiasakan akan hal itu. “Saya ingin istirahat." Aku berkata dengan suara lemah. “Dan, kalau bisa, saya butuh makanan sebagai imbalan dari apa yang sudah aku lakukan," lanjutku dengan menahan malu yang luar biasa. Salah satu anak buah Gading menatapku dengan wajah kaget, seolah tidak percaya dengan permintaan yang baru saja kuucapkan. Mereka segera bergerak. Salah satu dari mereka memesan makanan untukku, dan tak lama kemudian, di atas meja penuh dengan berbagai macam hidangan. Perutku langsung bergejolak saat mencium aroma makanan itu. Tanpa berpikir panjang, aku segera mulai makan. Aku menangis. Setelah makan, tubuhku akhirnya menyerah pada kelelahan. Aku meminta izin untuk tidur, dan salah satu dari mereka menunjukkan kamar yang bisa kugunakan. Begitu kepala ini menyentuh ranjang yang empuk itu, mata ini langsung terpejam dengan sempurna. Ya, aku lupa kapan terakhir kali bisa tidur dengan tenang. Dalam tidurku, aku memikirkan Gading. Siapa dia sebenarnya? Mengapa dia hidup di dunia yang penuh kekerasan ini? Dan, yang paling penting, mengapa aku harus terlibat? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalaku, tetapi untuk saat ini, aku terlalu lelah untuk mencari jawabannya. Lagi pula, apakah itu penting untuk dicari tahu? Sedangkan aku harus kembali ke rumah sakit besok. Entah hukuman apa yang akan diberikan oleh Martin Praja dan anak buahnya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD