"Ada apa?" Aku masih ingat raut wajah Gading yang penuh kekhawatiran saat aku kembali menemuinya setelah berbicara dengan Martin. Sore itu, aku sedang duduk di bangku depan ruang tunggu rumah sakit, mencoba meredakan kepenatan yang terus menggelayuti sejak tadi pagi. Nama Martin terus berputar di kepala, apalagi setelah dia mendesak untuk mengungkapkan siapa dokter baru yang membantuku dalam operasi terakhir. Gosip aneh ini entah dari mana berasal dan mulai membuatku gerah. Aku juga tidak tahu siapa dokter itu. "Aya, aku tanya sekali lagi," suara Martin tiba-tiba terdengar tegas di hadapanku, memotong lamunanku. "Kau tidak usah pura-pura tidak tahu. Beritahu aku siapa dokter itu." "Aku memang tidak tahu, dokter Martin. Aku yang jadi pasien!" Aku jelas kesal dengan tingkah Martin saat in

