bc

The Bastard Billionaire

book_age18+
9.7K
FOLLOW
66.6K
READ
billionaire
others
possessive
sex
CEO
boss
drama
city
virgin
like
intro-logo
Blurb

WARNING? 18++

---------

David Jeff Willton Seorang Billionaire, memiliki perusahaan yang tersebar diberbagai belahan dunia, dan yang pastinya ia pria tampan. Ia tidak mempercayai suatu komitmen hubungan, yaitu pernikahan, itulah yang menyebabkan dirinya belum menikah hingga sekarang dan membuatnya bermain dengan banyak wanita.

------------

Kemalangannya berawal dari Club laknat ini, Alodie Zetana Allighiero harus menerima bahwa dirinya bukanlah miliknya lagi, tapi milik seseorang yang membeli tubuhnya.

-----

David Jeff Wilton (30 Tahun)

Alodie Zetana Allighiero (21 Tahun)

-----

Cover by STARY

chap-preview
Free preview
Prolog + 1. Mencari Pekerjaan
Prolog "Ya dirimu akan menjadi milikmu, kalau kau bisa membayar uang sebesar 20 Juta!" *** “Tenang, baby. Aku lebih menyukai bermain disaat malam hari,” *** "Aku tidak peduli, selama kau jadi wanita pemuasku, kau tidak boleh hamil! Kau tau batas itukan? Kau wanita pemuasku dan aku tuanmu. Tidak boleh ada yang mengikat diantara kita.” *** David mematung melihat Ana yang meringis sakit dengan darah yang banyak keluar dari kedua pahanya. Ia sama sekali belum bergeming dengan keadaan yang tengah menimpa Ana. Pupus sudah semuanya. Rasa cinta untuk pria itu telah hancur menjadi rasa kekecewaan dan kebencian. Tak ada lagi yang ia harapkan dari cintanya ini, karena semuanya sudah berakhir. *** Seorang Billionaire, Perusahaan tersebar diberbagai belahan dunia, dan yang pastinya ia pria tampan. Siapa yang tak menginginkan dirinya? Hanya Wanita bodoh saja yang tidak menginginkannya. Ya, dia David Jeff Wilton. Usianya sudah terbilang matang, selama 30 tahun ia belum melepaskan masa lajangnya itu, karna menurutnya hidup dengan 1 wanita saja itu tidak akan cukup, apalagi untuk memuaskan hasratnya yang begitu menggebu-gebu. "Yes, i want to hear your voice" Seperti saat ini, ia sedang memuaskan hasratnya kepada seorang wanita bayaran di salah satu club termahal. Menyalurkan hasratnya tanpa menggunakan pengaman. Gila! Bisa dikatakan gila, melakukan hal konyol tanpa melihat kedepannya. Apa pedulinya? Yang terpenting Wanita itu dapat balasan yang setimpal karna telah memuaskan dirinya. *** 1. Mencari Pekerjaan Entah, sudah berapa perusahaan yang didatangi wanita cantik ini, tapi selalu mendapatkan jawaban yang sama, ‘Perusahaan kami sedang tutup loker’ Dan helaan nafas kasar yang selalu ia keluarkan, sehabis ditolak mentah-mentah. “Kenapa hidupku jadi seperti ini..” Ia melangkah kakinya pergi, ia tidak tau lagi harus melangkahkan kaki gontainya kemana. Hampir seluruh perusahaan di kota ini menolaknya. “Kalau Paman tau, pasti Ia akan murka padaku. Setelah itu berkata ‘Apa gunanya paman menyekolahkanmu tinggi-tinggi, untuk diterima disalah satu perusahaan saja tidak bisa!’” Wanita berambut coklat ini mulai merutuki dirinya. Sebenarnya hanya menerka-nerka, karena sudah sekian kalinya ia mengecewakan Pamannya yang dengan sukarela mau mengurusi dirinya semenjak kematian ibunya. Ya Alodie Zetana Allighiero atau Ana ia Harus hidup bersama dengan Pamannya, Marx Georg, sejak usianya 12 tahun Pamannya-lah yang membiayai hidupnya, walaupun ditengah keadaan kesulitan ekonomi Marx mau merawat Keponakannya itu dalam keadaan yang sudah berkeluarga, hingga ia lulus dan menjadi sarjana. Jangan tanya Daddy dan Kakak-nya dimana, Ia saja tidak pernah melihat keduanya. Karena sedari bayi Ana hanya hidup berdua dengan Mommy-nya. Hanya berdua. Jujur, dalam hatinya yang paling dalam ia sangat menginginkan melihat wajah Daddy-nya dan Kakak-nya itu. Tapi setelah difikir-fikir kembali, untuk apa? Untuk apa Ana melihat wajah ke-2nya. Mereka saja tidak memperdulikan dengan wajah Ana ataupun dirinya. Dan kalaupun mereka peduli dengan wajah Ana ataupun dirinya, pasti mereka sudah mencari keberadaan Ana. “Ayo Ana, berfikir jernih. Sekarang yang harus kau fokuskan, diterima diperusahaan yang setara dengan ijazah S1 ini” Katanya, dengan tatapan ter-arah pada berkas yang berada ditangan-nya. Drtt...Drt...Drt... Ana merasakan ada getaran dibalik saku celana jeansnya. Benar saja, Bibinya, Maria yang menelfon. “Ada apa Bi?” “An.. Pamanmu masuk rumah sakit, karena...Kare-na..” Suara Bibi Maria dari sebrang terdengar tercekat, karena diiringi dengan isakan tangisnya. “Kenapa Paman Bi? Katakan pada Ana” Tanya Ana Panik. “Rumah Sakit Quenns An..” Seakan mengerti apa yang dirasakan Bibinya itu. Kalimat Rumah sakit sudah menjelaskan, pasti sudah terjadi sesuatu hal pada pamannya. Ana yang panik mematikan teleponnya, dan segera bergegas ke rumah sakit yang dikatakan bibinya itu. *** Ana berlarian mencari ruangan Pamannya, Berkas-berkas yang tertutup Map coklat, yang awalnya mulus, menjadi lecak karena remasan-remasan dari tangan Ana. Sampai akhirnya ruangan Pamannya ditemukan, saat melihat keberadaan Laura, sepupunya yang terlihat melalui celah pintu. Sepupu yang mungkin, paling membencinya. Ana segera masuk. Semua menoleh kearahnya yang baru memasuki ruangan kamar milik pamannya, termaksud Laura menatapnya dengan tatapan tajam. Ana segera berlari mendekati Pamannya, satu-satunya orang yang ia miliki. Cairan bening dari mata coklat Ana berhasil lolos, saat melihat tubuh Pamannya terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit dengan peralatan yang menempel ditubuhnya. Untuk pertama kalinya setelah dewasa, cairan bening itu kembali keluar. “Ini semua gara-gara kau!” “Kalau saja kau tidak membuat Dad-ku Repot. Ia tidak akan meminjam uang kepada lintah darat itu!” “Dan kau lihat sekarang, Dad Begini gara-gara kau! Puas, membuat menderita Pamanmu sendiri!” Bentak Laura, nafasnya begitu memburu. Laura amat murka pada Ana. Ana hanya menunduk, ia mulai merutuki dirinya. Sudah pasti Ana merasa Bersalah atas kejadian ini semua. “Kenapa diam?” “Entah bagaimana jalan fikiranmu itu.. setelah menyulitkan ku, dan sekarang berfoya-foya. Seharusnya kau.....” “Lau, jangan berkata seperti itu,” “Dia Sepupumu.” Maria akhirnya membuka suaranya dan itu berhasil membuat mata Laura hampir keluar. Laura menggeratkan giginya, lalu ia kepalkan tangannya kuat-kuat. Tanpa bicara, ia hengkang dari ruangan Marx. Yang sudah pasti membawa rasa kekesalannya pada Ana. Maria mendekati Ana, mengusap puncak kepala Keponakan-nya ini, mengusapnya dengan penuh kelembutan. Dan Maria juga pasti tau apa yang dirasakan Keponakan-nya ini, pasti hancur setelah anak bungsunya, Laura, mengatakan kata-kata yang menyakitkan. Ana menatap sendu mata bibinya, lalu menyentuh lembut tangan yang berada diatas puncak kepalanya, menuntunnya untuk turun. “Ana izin ke toilet Bi..” Ana segera keluar dari ruangan Pamannya, ruangan yang cukup besar. Yang pastinya biayanya sangat-lah mahal. Maria masih menatap kepergian Ana dengan penyesalan, bagaimanapun Ana tidak salah dengan semua ini. *** Ana menatap dirinya pada pantulan cermin, tak terasa setetes cairan menetes dengan sempurna. Ia menatap wajahnya penuh kebencian. “Tidak berguna! Mom, kenapa Mom tidak mengajak Ana pergi juga?” “Ana merasa, di bumi percuma. Ana tidak berguna! Ana hanya menyulitkan semua orang saja, termaksud menyusahkan Paman dan keluarganya!” Ana mulai mehardik dirinya sendiri. Menjambak rambutnya. “Hei, apa yang kau lakukan?” Wanita cantik berambut pirang mendekai Ana, mencoba menahan tangan Ana yang mulai menyakiti dirinya sendiri, sampai akhirnya tangan Ana melemas, hanya isakan tangis yang terdengar. “Ana, Kau kenapa?” Wanita pirang ini memeluk Ana, bahkan ia mengetahui Ana. Sesekali tangannya membelai rambut coklat milik Ana. “Cathy,” , “Semua salahku.” Ana mulai histeris, suaranya terdengar menggelegar di toilet sebesar ini. Wanita bernama Cathy ini segera membawa Ana keluar dari ruangan itu. Membawanya menuju luar, menuju parkiran mobil. Membawa Ana masuk kedalam mobil hitam miliknya. “Apa yang terjadi An?” Tanya Cathy, yang kini sudah berada dikursi pengemudi. Ana menghentikan tangisannya, hanya isakan yang masih tersisa. “Semua salahku Cath...” Cathy mengernyitkan dahinya “Apa? Ceritakan padaku An” “Paman terlilit hutang, dan itu semua salahku. Semua itu karena ia harus menanggung beban hidupku, hidup yang sama sekali tidak ada gunanya Cath!” “Lintah darat itu menemui Paman, yang mungkin ia menagih kepada Paman dengan cara kasar dan sekarang Paman mengalami serangan jantung, dan penyebab semua itu adalah aku!” “Seharusnya waktu itu aku tidak jujur saja pada Paman, kalau aku ingin melanjutkan sekolah tinggi. Pasti Paman tidak akan terpaksa melakukan ini semua.” Cathy membawa Ana kedalam pelukannya “An...” Isakan Ana kembali terdengar. Cathy melepaskan pelukannya, tanpa bicara lagi ia menjalankan mobil miliknya. *** “Kita...” Mereka sudah berada di apartement milik Cathy, Apartement yang cukup besar. Cathy membawa Ana untuk duduk disofa miliknya. “Aku tau, pasti ini tidak mudah untukmu.” Ucap Cathy “Aku tidak tau lagi harus mendapatkan uang dari mana, untuk biaya pengobatan Paman, sedangkan hidupku saja masih tidak jelas.” Ana menunduk lemas. “Bekerja di perusahaan tempatku bekerja saja,” Ana menatap Cathy “Aku?” “Ya, yang aku dengar di perusahaan tempatku bekerja sedang ada lowongan pekerjaan." Mata Ana seketika berbinar, aura kebahagiaan-lah perlahan terpancar dari wajahnya. “Kau serius Cath?” Cathy mengangguk, “Tapi, aku akan memastikan kembali, benar ada atau tidak” Raut wajah Ana seketika ditekuk kembali. Melihat ekpresi Ana telah berubah, Cathy segera meralat perkataannya, “Tidak, meyakinkan saja maksudku. Masa aku tidak percaya dengan teman 1 pekerjaanku yang jabatannya lebih tinggi dariku,” , “Pasti ia tidak asal bicara.” Ana tetap tidak merubah ekspresinya. Sesekali ia membuang nafasnya dengan kasar. Ia tidak mengerti dengan keadaan, apa yang harus dilakukan? Peluang kerja isntant yang Ana miliki hanyalah tawaran Dari Cathy. Tapi itupun belum meyakinkan benar atau tidaknya. “Cath, apa aku boleh menginap di Apartemen-mu ini?” Pinta Ana. Cathy menatap Ana tanpa ekspresi “Ya, aku mengerti..” Jawab Ana lemas. Pasti Cathy tidak ingin direpotkan olehnya. Ana sangat bingung untuk malam ini, ia harus tidur dimana? Untuk kembali kerumah Pamannya? Tidak, pasti Laura sepupunya itu masih marah padanya. Apa boleh buat, satu-satunya ia akan mencari per-tokoan kosong di pinggiran jalan untuk ditempatinya untuk tidur didepannya. Cathy menepuk jidatnya lalu mengusap wajahnya kasar “Bodohmu itu tidak pernah hilang!” “Bodoh?” Kata Ana bernada tidak terima raut wajahnya-pun ikut berubah seiring dengan nada bicara yang baru saja ia keluarkan. “Lalu gunanya aku membawamu kesini apa, kalau bukan untuk mengajakmu menginap.” Ana tersenyum terharu, ia memeluk tubuh Cathy dengan erat. Sahabatnya ini memang tidak pernah berubah, walaupun mereka sudah berpisah 3 tahun dan tanpa komunikasi apapun, Cathy masih sama dengan Cathy 3 tahun yang lalu sebelum berpisah. Dan ia sangat bersyukur bisa dipertemukan kembali olehnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mrs. Rivera

read
45.5K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
599.0K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.1K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
571.3K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.6K
bc

The crazy handsome

read
465.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook