3. Dingin

1237 Words
Fany pulang dari rumah ini sudah jam 2 pulang pagi tapi Fany baru pulang, rumah sudah lama pertanda bahwa sang pemilik sudah masuk ke alam mimpi masing-masing, saat Fany tutup gagang pintu rumah tiba-tiba rumah yang baru saja tiba . "Dari mana kamu." pemilik suara bariton itu mengelegegar terdengar di telinga. "Pasti habis balapan Fany kapan saja kamu mau dengerin omongan Papa, Papa nggak suka kamu pergi ketempat seperti itu." Fany bersedekap d**a, "apa urusannya sama lo?" ketusnya. "Jelas itu urusan Papa. Kamu itu anak Papa yang bertanggung jawab Papa," bentak Atmaja Atmaja wiratama adalah ayah Fany dari pasangan Atmaja dan Hani (ibu Fany) dia adalah pengusaha sukses pemilik perusahaan milik kelompok wiratama, jika dilihat dari cerita orang orang Atmaja adalah ceo yang tampan, lemah lembut, rendah hati, dan hot daddy tetapi tidak untuk Fany Atmaja adalah monster yang menjadikan manusia kasar, dan tidak punya hati. "Papa mau ngajarin aku bertanggung jawab, tapi papa sendiri gak tau apa itu tanggung jawab sendiri, papa nelantarin aku sama mama, apa itu yang dinamakan tanggung jawab." "Fany jaga omongan kamu," bentak Atmaja "Kamu gak pantes ngomong kayak gitu, kamu perempuan jaga cara bicara kamu, mau jadi kamu kamu selalu suka itu, dan untuk mama itu cuma kecelakaan yang nggak disengaja, ingat kamu kamu tinggal dirumah ini kamu harus menuruti semua peraturan yang papa buat, dan Kamu tau kan sanksinya apa bagi yang menggantikan aturan apa? " lanjutnya "Kecelakaan gak disengaja, apakah itu kecelakaan?" "Iya, dan kam ..." "Mas," ucap seseorang yang keluar dari kamar lalu memakai pakaian tidur sambil mengucek mata. "Ada apa sih kok ribut banget ini udah larut malem lho," tegur perempuan dengan lembut. "Vania kamu kenapa bangun." suara monster milik Atmaja berubah menjadi lembut Vania adalah ibu tiri dari Fany atau istri dari Atmaja wiratama ralat istri kedua Vania itu lembut, baik, cantik, seksi, tetapi sebaliknya dia sudah punya anak dari suami, dia dulu model tapi suka sama Atmaja dia tidak didukung oleh Atmaja untuk bekerja karena alasannya Atmaja mampu menafkahi karier. Vania melihat anak tirinya yang berhadapan dengan Atmaja, dia mengerti apa yang terjadi antara anak dan ayah saat itu, Fany yang dilihat oleh Vania hanya melihat datar kearah Vania, Atmaja mengalihkan pandangannya ke Arah Fany. "Fany jangan pernah kembali malem lagi kali ini papa maafin kamu, awas kalo lain kali papa liat kamu keluyuran sampai larut malam seperti ini, semua fasilitas yang kamu pakai akan papa sita paham." Atmaja kembali bersuara Tanpa perduli ucapan dari papanya Fany segera melangkahkan kaki masuk ke dalam kamarnya. "FANY!" Teriak Atmaja "Mas udah mas, jangan teriak gak enak lo didenger sama tetangga." Vania mengusap punggung dukungan. "Aku udah gak tau gimana cara mendidik Fany biar dia nurut sama aku." Silakan lihat penyelesaian sendu. "Pelan-pelan kita didik dia mas." Atmaja menghela nafas, tersenyum tersenyum. "Iya udah, ayo masuk kita tidur ini udah larut malam." Vania menggandeng tangan dukungan. Fany duduk di atas kasur ukuran king miliknya dia duduk termenung, setelah beberapa menit termenung dia melihat foto dia dan membiarkan dengan pose mereka berdua tersenyum dengan Fany yang dipeluk erat oleh semuanya. Hanya beberapa menit dari udara saat ia mengingat semua kenangan saat masih masih hangat, saat-saat kebahagiaan itu, tapi sekarang yang tersisa tinggal kenangan. "Ma Fany kangen sama mama." Fany terisak laly memeluk kembali bingkai foto tersebut. Jam 8 lebih dan Fany baru datang kesekolah hari ini dia terlambat ralat bukan hanya harii ini tapi setiap hari dia memang selalu terlambat, entah karena dia yang selalu bebas malam atau apa pun dia selalu susah bangun pagi Saat ini Fany tengah dijemur dilapangan sambil menghormati bendera tetapi tidak Fany mengaku jika ia hanya setuju saat disuruh, Fany adalah preman pelanggar aturan, dia tidak suka mengatur, dikekang, atau pun yang membuatnya dia bebas, dia suka kebebasan. "Fany berjalan santai masuk ke dalam kelas." "Hei," teriak salah satu anggota osis yang sedang berjuang untuk menghukum anak-anak yang tidak disiplin, sontak semua melihat ke arah anggota osis yang sedang menunjuk Fany dan berjalan kearah gadis itu dan tiba di depan gadis itu. "Apa?" Tanya fany ketus. “Gak usah sok pura pura nggak tau, lo tau kan gue mau ngapain kalo gue datengin lo?” Fany mengendikkan bahu acuh lalu kembali berjalan. "Lo udah telat masih aja nggak tau keslahan lo," bentak anggota osis tersebut. "Banyak bacot lo. Kenapa Gak bilang dari tadi," ucap Fany. "Kok lo nyolot sih udah tau salah kenapa gak perbaiki diri lo," bentak anggota osis tersebut. "Nadira Berliana Dirgantara?" Panggil Fany sambil melihat tag nama yang ada di sebelah kiri Nadira. "Gak usah ngatur hidup gue," ucap Fany. "Lo emang salah. Jadi gue berhak negur lo," teriak nadira. "Jangan sekolah di atur sama osis Gak guna kayak lo," "Kalo Lo mau nggak di atur Lo kembali nggak telat," bentak Nadira kembali. "Kok Lo ngebentak gue sih. Jadi gini osis yang seharusnya jadi murid siswa garuda cara negurnya harus ngebentak yang harus sampe teriak teriak kayak tadi." Fany menatap dingin ke arah Nadira. Dan saat ini mereka tengah menjadi tontonan murid SMA garuda yang tengah di hukum. Plak Tamparan mendarat mulus dipipi sesorang bukan Fany yang tertampar tetapi seseorang yang dilindungi Fany. Nadira geram. "s****n," teriaknya Fathur mengusap pipinya yang terasa panas. "Ngapain sih lo lindungin cewek gak guna kayak dia," teriak Nadira kembali. "Ada apa sih ini." Regan datang setelah mendengar teriakan dari Arah sini. "Lo urus tuh anggota osis Lo yang nggak guna," ucap Fany dingin. "Ada apa ini." Pak Handoko datang dari arah yang sama dengan Regan tadi. Regan menghela nafas dia yakin akan panjang setelah ini. "Fathur kamu kenapa." paniknya saat melihat pipi fathur memerah. "Gak apa-apa kok pak." Fathur tersenyum. "Ya sudah bubar-bubar, hukuman hari ini sudah selesai," teriaknya lagi. "Urusan kita belum selesai." ucap Nadira. "Lo gak apa apa?" Tanya fathur sambil berabalik kearah Fany namun gadis itu sudah lebih dulu menghilang. "Cepet banget ngilangnya kayak setan aja," gumam Fathur. Selai kosong adalah kenikmatan yang dunia yany luar biasa karena bisa terbebas dari selisih pelajaran, saat selai kosong, kelas sudah seperti kapal pecah, kelas juga disulap menjadi panggung dadakan, tempat gosip, dll. Banyak yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu yang nyanyi, ada yang membaca, ada yang selfie, ada yang ngegosip entah itu tentang pacar barunya, baju yang sedang ngetren, lipstik yang bagus, lucinta luna yang dikabarkan pacaran dengan cewek dll. ada juga yang sedang menunggu teman-teman ada juga yang tidur, sama-sama mengobrol dengan Fany dia lebih memilih jam tidur ini untuk tidur karena terbebas dari pelajaran matematika yang bisa membuat rambutnya botak seketika. Fathur sedang duduk sambil membaca. "Kipas," panggil Fathur. "Anterin gue ke perpustakaan yuk," ucap Fathur sekali lagi. Belum ada jawaban dari Fany. "Ayo Fan." Fany yang menutup mata namun masih enggan menjawab. "Ayo dong Fan." "Punya kaki kan pergi sendiri," ketus Fany. "Tapi kan gua gak tau mau jalan kemana!" "Punya mulut kan lo bisa nanya sama anak-anak di sini, tubuh lo udah lengkap semua, gak keselamatan saat kayak gini lo harusnya bisa manfaatin uang lo dan jangan lupa pake otak lo," katanya Fany. "Tapi kan gue belum kenal sama orang lain selain lo." "Bukan urusan gue." "Tolong kipas angin." Fany berdiri dari duduknya dan berjalan keluar, membiarkannya datang Fany kembali melihat kebelakang. "b*****t jadi gak kalo gak gue mau pergi, hidup gue nggak harus cuma ngurusin lo," teriaknya, sambil pergi meninggalkan kelas. "Eh eh iya Fan, tungguin." Fany. Seisi kelas terdiam mereka saling melirik tumbenan mereka melihat Fany yang mau menolong orang Fany adalah tipe orang tidak punya hati jangankan bantu anak baru menolong teman kelasnya saja dia tidak mau mau anak baru. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD