bc

should I Thank You

book_age18+
15
FOLLOW
1K
READ
like
intro-logo
Blurb

Adult Romance 21+

Kisah seorang pemuda yang harus melihat sahabat yang ia cintai menikah dengan kakaknya.

Kisah seorang adik yang mencintai kakak iparnya.

Saat kata cinta ia salah artikan, bak sebuah mantra ia agungkan.

Dengan keegoisan mengiringi langkahnya ia halalkan segala cara.

"Aku yang mencintaimu lebih dulu. Dengan siapapun kamu bersanding, kamu tetap milikku. Karena aku, lebih mencintaimu."

Sumpah itu ia ikrarkan.

chap-preview
Free preview
Prolog
Sebuah balroom hotel telah tersulap menjadi istana nan megah. Istana kebahagiaan ratu dan raja semalam. Dekorasi bunga asli menghiasi setiap sudut yang ada. Karpet merah terbentang mengalasi tapak langkah dua insan dalam bahagianya. Dominasi warna putih menampakkan kesan elegannya. Lambaian tirai putih dan keemasan menambahkan kesan mewahnya. Berkelap-kelip cahaya dari lampu kristal di langit-langit gedungnya. Di atas pelaminan sana, berdiri dua sosok nan tampan dan cantiknya. Nan gagah dan anggunnya. Sang raja dan ratu semalamnya. Menampilkan senyum bahagia mereka. Menyambut semua ucapan doa yang ter sematkan padanya. Merekalah. Xavi Rasya Yarendra dan Zavrilly Alka Loise. Rasya dan Ava. Dua insan yang saat ini menjadi pusat perhatian seluruh pasang mata. Dua insan yang baru saja mengikat janji. Dua insan yang baru saja mengikat sebuah tali suci. Menampakkan senyuman manis mereka. Menyebarkan kebahagiaan yang mereka rasa. Membaginya dengan para khalayak keluarga. Dua pasangan yang terlihat begitu serasi. Hilir mudik semua orang mendekati, ingin menyampaikan doa dan keinginan terbaik untuk keduanya. Namun sayang, di tengah kebahagiaan mereka di sana, tersisip seseorang yang menahan gejolak amarah dan sakitnya. Hanya mampu menatap datar ke pelaminan sana. Lebih tepatnya, pada sang mempelai wanita. Dialah. Sang lelaki tampan dengan rahang kokohnya. Dengan mata hitam legam dan pandangan tajamnya. Tubuh kokoh dan d**a bidangnya. Lengan berotot dan harum musknya. Namun sayang, semua yang ia punya, tak mampu menyamai kisah cintanya. Dia lah sang raja patah hati malam ini. Razali Kafka Yarendra. Adik dari Xavi Rasya Yarendra yang tak lain raja di malam ini. Mata elangnya masih menatap wanita yang saat ini telah berstatus istri sang kakak. Memandang dengan tajam, seandainya bisa berbuat, mungkin mata itu akan membawa wanita yang dia lihat sebagai istri kakaknya hilang dari acara ini. Membawanya entah ke mana. Hanya untuk dirinya. Tangan yang terkepal kuat ia sembunyikan di balik celana bahannya. Gigi yang saling bergemeretuk menandakan ia tengah berusaha keras dalam usahanya. "Aku yang mengenalmu lebih dulu. Aku yang mencintaimu lebih dahulu. Tapi kenapa kau memilihnya sebagai pendampingmu?" Satu tangan yang masih memegang gelas kaca berisikan wine, meremas gelas itu untuk menyalurkan amarahnya. Hingga entah kekuatan dari mana, gelas itu pecah seketika. Tak memedulikan tangannya yang terluka. Untunglah keadaan bising dengan musik membuat ia tak menjadi sorotan akibat pecahnya gelas di tangannya. "Diam aja, Kaf, sedang menikmati acara atau ..." Suara seseorang terdengar di sebelahnya. Tanpa harus menoleh pun, ia tahu siapa yang ada di sampingnya. "Gimana?" Ziqry, sang teman mendengus kesal. Merasa tak dianggap pertanyaannya. "Sudah beres. Tinggal lo ucap, kita jalan." Kafka hanya mengangguk sekilas. Setelahnya, ia meninggalkan Ziqry ke arah pelaminan. Meninggalkan Ziqry yang menatapnya tak percaya. "Gila. Kalo bukan temen, udah gue bunuh lo." Kafka memandang lurus ke arah pelaminan. Menguatkan hati untuk tujuannya. "Selamat kakak," ucapnya seraya memeluk sang kakak. "Terima kasih." Rasya menepuk punggung sang adik. Tatapan Kafka kini beralih pada gadis cantik di samping kakaknya. Gadis? Saat ini iya. Tapi nanti, Kafka menyeringai akan hal itu. "Selamat kakak ipar." Kafka mengulurkan tangan kanannya. Sedang tangan kirinya yang terluka akibat pecahan gelas tadi, ia sembunyikan. Akan tetapi, bukan sambutan yang ia dapat. Hanya anggukan dan ucapan terima kasih dari Ava. "Terima kasih, Kaf. " Ava dan Kafka adalah sahabat sejak kecil. Kebiasaan bersama sedari kecil membuat keduanya begitu dekat. Hingga tumbuh perasaan di hati Kafka. Namun Ava, antahlah. Kafka segera berlalu dari hadapan mereka setelah meninggalkan kata-kata "Semoga bahagia." Yang jujur saja sangat tidak ingin Kafka ucapkan. Meninggalkan pelaminan, memasang senyum tak terbacanya. *** Ava baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Setelah acara selesai tadi, Ava langsung pergi menuju ke kamar hotel yang memang sudah di pesan untuk pengantin dan keluarga bermalam. Ava kembali hanya seorang diri. Karena Rasya memutuskan untuk menikmati masa lajangnya terakhir kali di bawah bersama teman-temannya. Ava menatap sesuatu di atas meja. Sebuah botol minuman dan secarik kertas. Layanan kamar untuk raja dan ratu malam ini. Ava tersenyum membacanya. Ava menuangkan minuman itu sedikit pada gelas dan meminumnya. Setelahnya, ia melepas jubah tidurnya dan menggantinya dengan lingerine hitam tipis yang terlihat sangat sexy bagi siapa pun yang melihatnya. Ava memutuskan untuk menunggu Rasya dengan membaca majalah di atas ranjang. Awalnya, Ava terlihat biasa saja. Namun lama kelamaan, Ava merasa ada yang aneh dengan dirinya. Entah kenapa ia merasa sangat panas. Padahal AC menyala. Ia juga merasa gelisah. Kepala Ava tiba-tiba terasa pening dan berat. Ingin sekali Ava melepas lingerine yang ia kenakan. Suara bel menghentikannya. Mencoba berdiri meski rasa pening semakin menyiksanya. Ava hampir saja tumbang karena pandangannya yang mulai kabur. Tapi untunglah, ia masih bisa bertahan. Dengan langkah kaki yang tertatih, Ava mencoba untuk menggapai pintu. Ava melihat sosok laki-laki saat membuka pintu kamarnya. Entah pikiran dari mana, Ava langsung menghambur pada pelukan laki-laki itu. Tidak hanya pelukan. Namun dengan sebuah ciuman yang Ava sematkan. Ava merasa bahwa tubuhnya melayang, dan tak lama terdengar suara pintu yang tertutup. Tapi Ava tak memedulikan itu semua. Hingga tubuhnya terasa mendarat di tempat yang empuk, ia tetap memperdalam ciumannya pada lelaki itu. Tangan yang mulai bergerilya di tubuhnya membuat Ava semakin bersemangat. Meremas rambut hitam yang ada di tangannya. "Rasya," Racaunya. Namun suara Ava menghentikan aksi Laki-laki itu. Membuat Ava merasa kehilangan. "Ayolah Rasya." "No. No honey. Not Xavi. But, Kafka." Tanpa bisa menjawab ucapan itu, Ava langsung dibuat berteriak kala sesuatu menyentuh titik sensitifnya. Membuat Ava lupa akan segalanya. Hingga rasa sakit yang ia rasa, hanya berlaku dalam sekejap. Malam dingin telah menjadi panas. Malam sunyi telah menjadi bising. Ramai akan sahutan-sahutan suara merdu nan indah dari dua tubuh yang telah menyatu. Menyatu jiwa dan raga. Bak syair melodi, suara yang di dengar begitu sangat menusuk angan. Hingga satu teriakan nama, "Kafka!" "Ahhh ... Ava." Menjadi akhir segalanya. Menjadi akhir lirik lagu indah. Menjadi akhir perjuangan sebuah cinta.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Touch The Cold Boss

read
241.9K
bc

FINDING THE ONE

read
34.5K
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
204.5K
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
168.2K
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

Rewind Our Time

read
168.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook