bc

Coklat Bola Basket (Indonesia)

book_age16+
1.1K
FOLLOW
3.9K
READ
badboy
brave
sporty
student
sweet
highschool
basketball
first love
secrets
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Nadia suka banget sama yang namanya coklat tapi dia benci banget sama yang namanya basket.

Joe suka keduanya, dia suka coklat dan juga basket, ah lagi. Dia suka Nadia.

chap-preview
Free preview
Nadia
Ada mimpi yang nggak akan pernah jadi kenyataan, dan ada kenyataan yang akan berubah jadi mimpi. Keduanya sama-sama nggak enaknya. Nadia sudah merasakan itu semua. Mimpi punya keluarga sempurna sudah hilang. Kenyataan yang ada di depan mata pun lari begitu Nadia menunggunya di depan pintu rumah lima tahun yang lalu. Dan sekarang cuma satu hal yang ingin Nadia lakukan, berpura-pura berada dalam zona nyaman dengan mimpi yang sempurna. Berdiri tegap seolah semuanya baik-baik saja. "Ma banyak pesenan nih?" Nadia mencolekkan jarinya ke dalam adonan roti yang ada di meja, lalu menjilatnya. Cuma nyengir saat si Mama mendelik menatapnya. "Mau bikin resep baru?" "Boleh, gimana kalau coklat." Tawar Nadia. Itu ide yang sudah sejak lama ingin dia realisasikan, tinggal menunggu perintah saja dari si Bos Mama. "Oke. Kamu yang bikin. Dan ini bawa buat temen-temen kamu, banana cake." "Siap Bos. Meluncur." Nadia tenteng banana cake menu favorit di toko kuenya itu buru-buru. Dia sudah terlambat, lagi-lagi Nadia selalu bangun kesiangan. Nadia berhenti sebentar di depan rumahnya, mendongak ke atas menatap bangga dengan tulisan yang terpampang disana. Kurang sedikit lagi mimpinya untuk punya toko kue serba coklat pasti bisa terwujud. *** Oke. Mimpinya boleh saja besar. Dia ingin semuanya berakhir dengan indah. Tapi Nadia tetaplah Nadia yang akan sulit berubah jadi seperti sahabatnya Mita, si cewek peringkat paralel di SMA Pelita. Nggak akan pernah bosan Nadia memamerkan deretan giginya saat Bu Ratih mengomelinya habis-habisan depan kelas karena dia sudah terlambat satu menit dua puluh lima detik. "Kau tahu sudah telat berapa menit?!" suara Bu Ratih meninggi menggema ke seluruh ruangan, bahkan kalau Pak Kepsek nggak sedang menyumbat telinganya dengan earphone pasti bisa mendengar lengkingan Bu Ratih itu. "Satu menit Bu." BRAKKK Hantaman keras mengenai meja yang samasekali nggak punya dosa itu. Karena Nadia, si meja harus menerima amukan Bu Ratih yang memukulnya dengan penggaris kayu. Matanya sudah menyalak siap melahap Nadia. Diam-diam 23 siswanya yang sedang menyaksikan kejadian itu bersyukur karena waktu belajar mengerikan mereka bersama Bu Ratih berkurang 30 menit. Mungkin mereka akan mentraktir Nadia setelah ini. Nadia pahlawan tanpa tanda jasa buat mereka. "Satu menit kata kau? Kau sudah terlambat 1 menit 25 detik! Paham?!" "Paham Bu!" jawab Nadia sekenanya tetap menunduk. Meski dia langganan telat, tapi tetap nggak berani menatap mata Bu Ratih. Orang Batak yang punya tingkat kedisiplinan level dewa. "Kalau kau paham, tulis ulang semua buku ini, besok kau taruh di meja." "Meja mana Bu?" "NADIAAAAAAAAA!!!!!!!" *** Jangan mengeluh ya waktu baca ini. Masih tentang Nadia. Yang seenggaknya bisa menghirup udara segar sekarang. Dengan buku sejarah yang tebalnya sekitar 3 cm sebanyak tiga buah, dia duduk di bangku taman, menyalinnya sesuai perintah Bu Ratih. Dari tempatnya duduk dia bisa melihat sosok yang menurut kaum hawa SMA Pelita, dia sangat mengagumkan. Tapi menurut Nadia dia nggak lebih dari brandal manja, sok berkuasa hanya karena bokapnya adalah pemilik SMA Pelita ini. Sosok itu sedang fokus dengan bola basket yang ada di tangannya, menebas satu persatu lawannya. Bagian ini Nadia akui, si sosok itu memang jago dalam basket. Wajar kalau dia ditunjuk sebagai kapten basket. Sedangkan sosok yang lain, yang juga nggak Nadia suka ada di bangku penonton tersenyum manis, menyemangati sang kapten basket. Dua sosok itu lah yang sangat dikenal di Pelita bahkan mungkin juga di luar Pelita. Nino Sebastian dengan pacarnya Vika Larasati. Dua kakak kelas menyebalkan. Nadia nggak pernah berhenti mengerutkan keningnya beberapa hari ini. Pasalnya penampilan Vika berubah drastis. Vika yang modis, yang terkenal sebagai bidadari Pelita berubah penampilannya menjadi cewek kutu buku. Rok panjang, baju dikancing sampai leher, kacamata tebal sampai rambut dikepang dua. Waras nggak sih itu cewek? Nadia geleng-geleng kepala membuyarkan lamunannya kembali fokus dengan hukumannya. Tapi baru dapat beberapa lembar dia kembali memperhatikan arah lapangan. Kali ini fokusnya mengarah ke sang kapten. Nino yang hampir nggak tersentuh. Dia membatasi pertemanannya. Meski kadang Nadia melihat tawa renyah Nino, senyum hangatnya, semua itu cuma tertuju untuk orang-orang yang dekat dengannya. Semua itu samasekali nggak dia tunjukkan untuk siswa-siswa biasa termasuk Nadia. Intinya, Nino itu manusia iblis berwajah malaikat yang congkaknya minta ampun. Kalau saja insiden dua tahun lalu nggak terjadi mungkin Nadia nggak akan menilai Nino seburuk itu. Yah, Nino Sebastian memang b******k. Teramat b******k. Dan sekarang Nadia menyesal membuang waktu hanya untuk memikirkannya. Hukumannya jauh lebih penting sekarang. Karena setiap memikirkan nama Nino Sebastian dia selalu ketiban sial, seperti siang pulang sekolah hari ini. *** "Mitaaaaaa!!!!!" teriakkan terkeras Nadia nyatanya nggak bisa mengalihkan perhatiannya dari pertandingan basket. Mata Mita juga yang lain nggak lepas dari sosok sang kapten yang sedang melawan sekolah tetangga. "Mit, ayo pulang. Katanya mau bareng!" omel Nadia cemberut kuadrat berdiri di samping Mita. Dan hasilnya? Dia nggak digubris samasekali. Mita malah ikut-ikutan teriak menyemangati Nino. Nino memang pembawa sial. Bahkan sahabatnya sendiri pun dirampas dari dirinya. Masa bodoh dengan istilah benci jadi cinta. Dia nggak akan jatuh cinta dengan Nino. Dia nggak akan mengalami cerita cinta indah seperti di novel-novel teenlit. Nadia menghentakkan kakinya kesal. Karena sudah menyerah, Nadia yang badmood sejak kena hukuman tadi pagi memutuskan untuk pulang sendiri, kembali ke parkiran mengambil sepedanya sendiri. Tapi sialnya lagi, baru saja beberapa langkah keluar dari arena menyebalkan itu, sesuatu mengenai kepalanya. BRUKKKK Bola basket menghantam kepalanya. Lagi. Untuk kedua kalinya setelah dua tahun berlalu. Gila! Resek! Cowok tengik! Cowok sialan! Cowok congkak! Cowok yang nggak ada kerennya samasekali! Nadia sudah meradang, menatap tajam cowok yang menatapnya balik datar nggak merasa bersalah samasekali. "Lempar bolanya!" teriak Nino dari tengah lapangan. Meminta, ah bukan. Lebih tepatnya menyuruh Nadia melempar balik bola basket yang tadi mengenai kepalanya. "Mau?" tanya Nadia mengelus-ngelus kepalanya sendiri. "Lo! Lempar bolanya sekarang!" "Ini udah kedua kalinya lo timpuk gue. Sekarang lo nyuruh gue lempar balik? Mimpi lo!" ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.5K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
471.2K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.6K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
206.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook