Ketahuan Selingkuh
Natalie tengah memperhatikan gerak-gerik sepasang kekasih yang saat ini sedang mengantri membeli tiket untuk menonton film.
Sejak tadi hatinya terasa sesak dengan pemandangan yang memang wajar dilakukan oleh dua insan yang sedang dimabuk asmara.
Tapi hal itu tidak bisa dibenarkan karena hubungan mereka tergolong terlarang, apalagi pria di seberang sana adalah kekasihnya sekaligus calon suaminya bernama Rehan, sedangkan wanita yang sedang bergelayut manja adalah sahabat masa kecilnya bernama Ratu.
“Nat, kita harus labrak mereka sekarang,” kata Ayu, wanita yang sejak tadi menemaninya serta menjadi saksi mata kalau keduanya tengah berselingkuh.
Natalie meremas ujung pakaian untuk meredam emosinya yang sejak tadi ingin meledak. Wanita itu berusaha mengatur napasnya.
“Tunggu dulu Yu, kalau kita samperin sekarang pasti mereka bakalan ngelak, setidaknya gw mau ada bukti yang lebih valid.”
“Apa, Nat?” Ayu mengerutkan dahinya dengan raut wajahnya yang terlihat bingung. “Lo mau cari bukti apa lagi? Ini loh mereka udah bener-bener ketahuan selingkuh!”
“Gue mohon tahan emosi lu sebentar ya, sekarang tolong pesenin kursi di deret terdekat dari mereka,” pinta Natalie sambil tersenyum.
Ayu membuang napas kasar lalu beranjak pergi untuk menuruti perintah dari sahabatnya.
“Kalau gue di posisi lo sekarang pasti udah gue labrak cowok dan cewek enggak tahu malu itu, Nat.”
Wanita itu merasa jengkel dengan sikap Natalie yang sejak tadi berusaha terlihat tenang padahal beberapa kali kumpulan awan hitam sudah siap membasahi wajahnya.
Sementara Natalie di tempatnya mengingat kenangan antara dirinya, Rehan, dan juga awal pertemuan mereka dengan sosok Ratu. Enam bulan yang lalu.
“Sayang, maaf ya kita harus jadi balik ke cafe soalnya ada sedikit problem.”
“Iya enggak apa-apa kok, Sayang.”
“Ya udah kalau begitu aku pergi sebentar biar nanti aku minta Tissa anterin makanan buat kamu,” pamit Rehan yang dijawab anggukan kepala serta senyuman tipis dari sang kekasih. Tak lupa sebelum pergi pria itu memberikan sebuah kecupan tepat di dahi Natalie.
Natalie menarik napas panjang lalu membuangnya dengan kasar. Sebenarnya tubuhnya sudah letih bekerja di tambah akhir-akhir ini banyaknya tekanan dari berbagai arah tentang kapan Natalie akan menikah?
Wanita itu tahu tidak mudah membicarakan hal ini kepada kekasihnya yang sedang sibuk mengembangkan usaha cafe yang digadang-gadang akan menjadi mata pencaharian mereka di masa depan.
“Permisi Ibu Natalie, saya ingin mengantarkan makan malam dari Pak Rehan.”
“Terima kasih, Tissa,” balas Natalie sambil tersenyum.
Setelah wanita itu pergi, Natalie menikmati makanan miliknya sambil mendengarkan live music yang memang setiap sabtu dan minggu di sewa oleh kekasihnya.
Lagu yang sedang dinyanyikan malam ini membuat Natalie seakan bernostalgia tentang banyaknya kenangan yang sudah dilewati dengan Rehan selama lima tahun.
“Permisi Ibu Natalie, saya ingin mengantarkan dessert.” Pelayan tadi kembali menghampiri Natalie yang baru saja selesai makan.
Wanita itu sempat terkejut karena kehadiran pelayan itu dan hendak menolak apa yang dia bawa dengan alasan kenyang tapi Natalie ingat kalau semua makanan yang dipesan pasti suruhan Rehan.
“Terima kasih.”
Dahi wanita itu berkerut ketika membaca kalimat ‘Will you marry, me?’ yang ditulis dengan coklat. Dan hal aneh selanjutnya di atas piring itu bukan sepotong cake atau yang lainnya melainkan sebuah kotak merah beludru dengan cincin di sana.
“Natalie, apakah kamu mau menikah denganku?” Suara Rehan terdengar dari atas panggung hingga wanita itu menoleh.
Entah sejak kapan pria itu berdiri di sana dengan band yang mengisi live music malam ini.
Kini semua mata yang ada di cafe memperhatikannya apalagi setelah lampu sorot menerangi meja di mana wanita itu duduk. Sementara di sekeliling sudah padam entah sejak kapan.
Ada rasa senang bercampur haru hingga Natalie pikir dirinya sedang bermimpi. Wajahnya sudah memerah karena ratusan kupu-kupu sudah berhasil menggelitik perutnya. Jantungnya pun berdetak tidak menentu.
“Terima… Terima….”
Kini banyak suara yang seolah mendesak Natalie untuk segera memberikan jawaban kepada kekasihnya di atas panggung tersebut. Tentu mereka ingin wanita itu menerima lamaran tersebut.
Natalie sempat mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafe sebelum akhirnya menganggukkan kepala.
Semua orang bersorak dengan sosok Rehan yang setengah berlari menghampiri Natalie yang masih bergeming di tempatnya. Jujur, wanita itu masih memproses apa yang sedang terjadi dan menepis kalau semua ini nyata.
Ketika Rehan sudah berada di dekatnya dengan kedua tangannya yang terbentang, wanita itu bangkit dari tepat duduknya dan langsung memeluk tubuh kekasihnya.
“Terima kasih, aku mencintaimu, Sayang.”
“Aku juga sangat mencintaimu, Sayang.”
Setelahnya Rehan dan Natalie saling menyematkan cincin itu jari mereka masing-masing. Lalu, keduanya memutuskan untuk segera pergi dari cafe karena hendak menikmati malam yang bahagia tersebut di tempat lain.
“Sayang, terima kasih untuk kejutan malam ini karena aku sangat senang se–”
“Natalie Margaretha,” panggil seseorang yang berhasil membuat keduanya menoleh serta memotong ucapan Natalie ketika keduanya sedang berjalan menuju area parkir.
“Kamu….” Natalie berusaha mengingat sosok yang memanggil namanya tersebut. Wajahnya memang belum berubah tapi ingatannya tentang wanita itu memang sudah lenyap walau belum sepenuhnya.
“Gue, Ratu Ajeng Yustika yang dulu duduk sebangku sama lo dari kelas 1 sampai kelas 5 di SD Mutiara Bunda, apa lo inget?”
Wanita itu masih saja tersenyum walau Natalie sama sekali tidak ingat tentangnya.
“Astaga Ratu….” Natalie menepuk kepalanya. “Maafin gue ya karena udah lama banget kita enggak ketemu.”
Natalie langsung memeluk tubuh wanita yang ada di hadapannya karena merasa rinduku apalagi sejak kelas enam SD sosok Ratu seakan menghilang entah ke mana.
“Enggak apa-apa tapi apa kabar lo? Sepertinya, lo lagi happy banget ya.”
Belom sempat Natalie menjawab ucapan sahabat masa kecilnya itu, Rehan sudah lebih dulu berdehem.
“Oh ya, Ratu kenalin ini Rehan calon suami gue, Sayang kenalin ini Ratu sahabat kecil aku.”
Keduanya saling bersalaman lalu Rehan pamit untuk mengambil mobilnya.
Semua yang terjadi terasa begitu indah malam itu bahkan tidak ada curiga sama sekali kalau Rehan dan Ratu tega menusuknya dari belakang seperti apa yang dilihat Natalie hari ini.
“Gue udah beli tiketnya tapi kalo di dalem nanti lo enggak kuat lihat kemesraan mereka biar gue yang ambil foto atau video mereka jadi—”
Natalie lebih dulu meraih tangan sahabatnya lalu menggenggamnya dengan erat. “Makasih ya, Yu.”
“Sama-sama Nat, gue cuman enggak mau lo terus-terusan disakitin sama manusia b******k itu,” seru Ayu sembari memeluk tubuh Natalie.
Pelukan mereka terlepas ketika petugas memberitahukan kalau pintu sudah dibuka dan film akan segera diputar.
Keduanya pun langsung masuk ke dalam dengan harapan akan mendapatkan bukti perselingkuhan keduanya.