BAB 2

970 Words
Bunyi suara bising serta lampu yang redup tidak membuat gadis itu risih sama sekali. Dia malah asik dengan minumannya.    Kedua sahabatnya pun hanya geleng-geleng kepala memerhatikan Rachel yang sudah terlihat seperti orang kalap, jika dilarang, ia akan memberontak dan jangan coba mengusiknya jika sedang seperti itu.    "Itu yang lagi joget-joget, tampol bego biar tau diri. Badan udah kayak belatung nangka aja belagu lo!"    Rachel memaki sambil menunjuk perempuan yang sedang bergelayut manja di lengan p****************g sambil meliuk-liukkan badannya.    Malik dan kelvin sontak tertawa terbahak-bahak mendengar coloteh Rachel.    "Badan nya gatel kali tuh pengen di pegang-pegang!" Kelvin menyahut sambil masih terbahak. Malik mengangguk dan ikut tertawa, lagi.    Tiba-tiba Rachel berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu keluar dengan sempoyongan. Malik dan Kelvin langsung lari menyusul dan memampah tubuh Rachel yang tidak terlalu berat.    "Pulang ya, Chel?" Malik berbisik ditelinga Rachel yang membuat Rachel sedikit bergidik kemudian mengangguk. Kesadarannya hanya tersisa sedikit.   "Pelan-pelan Lik!" peringat Kelvin pada Malik saat ingin memasukkan Rachel kedalam mobil. Malik mengangguk lalu memasukkan Rachel kedalam mobil.    "Kel, lo bawa mobil Rachel. Biar gue yang bawa Rachel, kita ke rumahnya."    Malik lalu berjalan masuk ke dalam mobil dan mulai berjalan ke arah rumah Rachel yang diikuti Kelvin di belakangnya.    Saat sudah sampai di rumah Rachel, Kelvin membawa tubuh Rachel dengan hati-hati.    "Assalamualaikum, Bang Arda!"    Malik mengetuk pintu rumah itu dan tak lama, pintu terbuka dan muncullah Arda —Kakak Rachel— yang langsung panik melihat adiknya dibawa dengan keadaan tidak sadar oleh temannya.    "Astagfirullah, adik gue kenapa?!"    "Biasa bang, club!" jawab Kelvin sekenanya.     Arda mengangguk kemudian mengambil alih tubuh Rachel dari tangan temannya, dan membawa tubuh adiknya itu ke kamar.    "Makasih ya, gue udah percaya sama lo berdua karena cuma lo doang yang deket sama Rachel. Jaga dia, ya."    "Pasti bang!"    Kemudian keduanya pergi ke rumah mereka masing-masing. ***    Rachel bangun saat merasa kepalanya di usap, karena terusik dia membuka matanya. Disana terlihatlah Arda yang sedang tersenyum hangat kepadanya.    "Pagi."    Arda menyapa dan masih mengelus kepala Rachel. Rachel mengangguk dan kembali memejamkan matanya.    "Sekolah Chel, cepet mandi sana, nanti lo telat!"    "Bawel lo Mas, gue lagi mager, nanti aja jam sembilan gue berangkat, ah!"    Rachel mengibaskan tangan dengan mata terpejam. Arda mendengkus dan geleng-geleng melihat adiknya itu.    "Nggak, cepet lo mandi!"    "Bawel banget sih lo elah. Gue lagi mager, kepala gue juga masih pusing, jangan ganggu gue mulu napa sih!"    Rachel kesal karena tidurnya terganggu. Sedangkan Arda menghela napas beratnya lalu pergi meninggalkan Rachel yang sedang marah dan memilih segera berangkat ke sekolah.    Saat jam sudah menunjukkan pukul delapan, Rachel baru siap dengan perlengkapan sekolahnya. Dengan santai dia turun kebawah untuk sarapan.    Tetapi yang di dengarnya hanya suara berisik benda-benda padat yang saling beradu. Rachel hanya memutar bola matanya malas dan bersidekap d**a melihat kedua orang tuanya yang saling adu fisik melempar benda-benda itu.    "JAHAT BANGET KAMU MAS, AKU SALAH APA SAMA KAMU, HAH?!" teriak Mama Rachel kemudian kedua tangannya bertumpu pada meja di hadapannya.    "SALAH KAMU BANYAK! KAMU LUPA DULU—"    "Berisik amat sih ini berdua, mau berantem sana ambil pisau satu-satu. Bunuh-bunuhan, selesai," Rachel menyahut santai memotong ucapan papanya.     "Kamu gak usah ngurusin urusan orang tua!" Papa Rachel menatap anaknya itu tajam. "Anak gak sopan!"    "Gue gak sopan juga yang ajarin kalian berdua kali!" jawab Rachel sinis sambil berjalan keluar rumah dengan menaiki motor sport hitamnya.    Sesampainya di sekolah, dia berjalan santai lewat gerbang belakang yang sama sekali tidak terkunci.    Tiba-tiba saat dirinya berjalan di koridor sekolah dengan santai, ada yang memanggil namanya dari arah belakang, Rachel menoleh dan menemukan kepala sekolah yang sedang memanggilnya. Dia menghampiri sang kepala sekolah.    "Rachel tolong antar anak ini kekelas kamu ya, dia murid baru," kata kepala sekolah sambil melirik siswa yang hanya cuek memandang ke arah lain sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.    Rachel mengangguk dan langsung berjalan ke arah kelasnya sambil tersenyum tipis.    Alamat gak kena ceramah, batin Rachel sambil berjalan.    "Kamu ikutin anak perempuan itu ya, dia yang akan membawa kamu ke kelas," kata kepala sekolah sambil menunujuk Rachel.    Siswa tersebut mengangguk dan berjalan menyusul Rachel. Tidak butuh waktu lama untuk menyamai langkah Rachel, dengan beberapa langkah saja dia sudah berada di sebelah dengan Rachel.    Rachel hanya berjalan santai kedepan, tidak sadar kalau sedang diperhatikan.    Siswa itu pun berdeham, "Nama lo siapa?"    "Rachel."    "Kenapa lo baru datang?"    "Urusan lo?"    Skak mat.    Siswa itu terdiam kala mendengar jawaban singkat dan ketus yang keluar dari mulut Rachel.    Rachel membuka pintu kelasnya tanpa permisi. Sontak satu kelas menoleh ke arah pintu kelas yang dibuka secara tiba-tiba.    "Rachel, kenapa kamu masuk nggak pakai salam? Nggak sekolah ya kamu? terus kenapa kamu terlambat? Nggak tau ini jam—"    "Ada anak baru!" Rachel memotong santai dan berjalan ke arah tempat duduknya.    Bu Dhira memandang Rachel heran dan tak lama masuk lah seorang laki-laki ke dalam kelas. Seluruh kelas langsung berbisik kala melihat siswa tersebut.    "Permisi Bu," ucapnya sopan.    Rachel berdecih.    "Perkenalkan saya Marchelino Alfaro, panggil saya Marchel," Marchel memperkenalkan diri.    "Kalo Achel aja gimana? Anggap aja panggilan sayang," celetuk Sisil.    Gadis paling menjijikan kalau menurut Rachel. Dia agresif jika dengan lelaki.    Rachel mendelik tidak suka. "HEH, NAMA GUE ITU!" sinisnya pada Sisil yang membuat Sisil langsung terdiam tak berani menjawab.    Marchel tersenyum penuh arti. "Boleh!"    "Sialan!" desis Rachel.    "Sudah sudah, Marchel kamu boleh duduk di samping Rachel!" kata Bu Dhira dan langsung di angguki Marchel dengan semangat. Cowok itu beranjak ke arah tempat duduk Rachel.    "Hola amigo!" sapa Marchel kepada Rachel yang langsung mendapat tatapan maut dari Rachel.    "Jauh jauh lo, hama!"    "Hush mulutnya!"    "Bodo amat!"    "Cewek jangan kasar!"    "Bodo amat!"    "Sekali lagi lo ngomong kotor, gue sumpel mulut lo pake kertas!" ancam Marchel.    "Bodo amat, begitu doang dibilang kasar, cih. Alay!"    "Pokoknya kalau lo ngomong kasar gue bersihin mulut kotor lo itu pakai mulut gue." Marchel menyeringai saat melihat Rachel terdiam.    Kemudian, Marchel menepuk kepala Rachel dua kali, "Bagus!"                                                                            ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD