Seza berjalan masuk ke dalam kampus, dia masih tak punya teman. Di MOS semalam bahkan Seza tak mendapatkan satu pun teman. Banyak orang yang mendekati Seza, tapi menurut Seza mereka semua cuma modus.
"Hay, Seza ...," sapa salah satu mahasiswi baru yang Seza belum kenal siapa namanya.
"Hay," balas Seza dengan senyum paksanya.
"Lo gak punya teman? sendirian aja nih? yuk bareng aja sama gue," ajak gadis itu sok akrab.
"Gak usah deh, gue sendiri aja, gue uda tau kok di mana tempat MOS," tolak Seza halus.
"Ahhh ngapain sih malu-malu? uda yuk bareng gue aja." Gadis itu langsung menarik tangan Seza.
"Apaan sih nih orang? sok kenal sok dekat banget," gerutu Seza dalam hati.
"Eh lo tamatan SMA mana?" tanya gadis itu.
"SMA Rajawali," jawab Seza singkat.
"Waahhh ... itukan SMA yang terkenal itu, itukan SMA anak-anak horkay, gila banget lo sekolah di situ. Lo hebat," puji gadis yang sampai sekarang Seza juga belum tau siapa namanya.
Seza tersenyum canggung. Dia merasa risih pada gadis ini.
"Nanti ngemall yuk," ajak gadis itu pada Seza.
"Gue nebeng sama lo ya, gue gak bawak mobil," lanjutnya kemudian.
Mendengar ucapan gadis itu, Seza langsung berhenti berjalan.
"Loh kenapa berhenti? ayo lanjut jalan, keburu telat nanti." Gadis itu kembali menarik tangan Seza.
Seza langsung menghempaskan tangan gadis itu. "Don't touch me!" ujar Seza sedikit membentak.
Gadis itu menaikkan sebelah alisnya bingung. "Lo kenapa sih? sakit ya lo?" tanya gadis itu sedikit nyolot.
"Uda ayo masuk bareng gue, ngapain sendiri-sendiri, sama gue aja," paksa gadis itu sambil menarik tangan Seza.
"Lepasin!! gue gak mau sama lo, gue bisa sendiri. Lepasin!" Seza kembali meronta, dia kembali menghempas tangan gadis itu.
"Ck, sombong amat lo jadi cewek. Mentang-mentang lo cantik, anak orang kaya dan satu-satunya cewek yang naik mobil mewah, terus lo sombong gini? songong amat lo, dasar sampah!" maki gadis itu pada Seza.
"Liat, meski lo sempurna, tapi gak ada satu pun orang mau berteman dengan lo. Karena apa? karena lo itu ulet bulu, gatal. Semua cowok lo goda, murah-"
Plakk!!
"Lo yang murahan! dasar benalu! haters gila!"
Seza melirik ke sampingnya, melihat siapa orang yang berani menampar gadis yang sudah memaki-maki dirinya tadi.
Mata dan mulut Seza langsung terbelalak lebar saat mengetahui siapa orang yang sedang membelanya saat ini.
"Aqila!!" seru Seza tak percaya.
"Lo beneran Aqila?" tanya Seza histeris.
Aqila mengangguk dengan senyum lebarnya.
"Aaaaa ... Aqila ... lo juga kuliah di sini? lo gak jadi kuliah di Jepang?" tanya Seza yang terlampau kesenangan.
Aqila menggeleng cepat. "Gue gak mau, dan ini surprise buat lo, surprise ...," seru Aqila tak kalah heboh.
"Yeee!! gue punya temen!! yee!! gak sendirian!!! asik ... Aqila balik!!" Seza bersorak kesenangan.
Aqila juga sama, dia ikut melompat-lompat seperti Seza.
"Berpelukan." Aqila merentangkan tangannya lebar, lalu Seza langsung memeluknya.
"Berpelukan!!!" seru Seza sambil memeluk Aqila.
Seza dan Aqila terlampau senang. Bak orang yang tak bertemu selama 30 tahun, Seza dan Aqila benar-benar histeris dan heboh.
Padahal Aqila dan Seza dulunya satu SMA. Hanya saja saat tamat SMA mereka tak pernah ketemu, karena Aqila sibuk dengan mengurus kuliahnya di Jepang. Tapi entah mengapa dan apa alasannya Aqila tak jadi kuliah di Jepang, yang pasti Seza bahagia bisa bersama-sama dengan Aqila kembali. Seza dan Aqila sudah bersahabat sejak SMP. Dan sejak SMP juga mereka selalu berdua ke mana-mana, mereka tak pernah pisah, bahkan mereka sudah seperti saudara.
"Ck, gila," cetus gadis itu pelan. Dia muak melihat Seza dan Aqila yang sangat lebay menurutnya.
"Woy bangke!! gue jahit mulut lo ya! sini gue jambak bibir lo itu, enak aja ngatain kita gila. Gue blender juga lo!" Aqila langsung memaki gadis itu, Aqila mendengar apa yang dikatakan gadis itu tadi.
"Gue hitung sampai 3, kalau lo gak pergi dari hadapan gue, gue bakalan jambak rambut lo sampai botak," ancam Aqila dengan wajah seramnya.
"Satu ... dua ... ti-"
Belum sampai hitungan ke tiga, tapi gadis itu sudah pergi berlari meninggalkan Aqila dan Seza.
"Hahaha ... dasar cumi-cumi, lembek tapi sok-sokan mau lawan gue." Aqila tertawa geli.
"Yeee ... siapa juga yang berani lawan lo? liat wajah lo aja semua orang uda kabur," ledek Seza menggoda Aqila.
"Apaan sih, Za? lo tega bener sama gue," Aqila merengek sedih.
"Seza!"
Seza dan Aqila menoleh ke belakang, melihat siapa yang memanggil Seza.
"Hallo, bidadari minimarket, gimana kabarnya? uda mau jadi pacar gue belum?" tanya Altha sambil senyam-senyum tak karuan.
Seza tersenyum geli, tingkah Altha memang selalu lucu.
Aqila mengerutkan dahinya bingung. "Lo makhluk apaan sih? alay banget," ketus Aqila judes.
Seza langsung melotot. "Sttt!! diam deh, jangan ikut campur!" bisik Seza pelan.
"Iih apaan coba? alay gini, pasti lembek, gak cocok buat lo, Seza," ujar Aqila terang-terangan.
"Memangnya lo makhluk apa? makhluk jadi-jadian?" sambung Danu yang baru saja datang.
Danu menatap Aqila tajam, dia tak suka ada yang meremehkan sahabatnya.
"Iya kan? lo makhluk jadi-jadian kan? dibilang cewek, tapi kayak lakik, dibilang lakik, tapi ya cewek. Gimana sih? gak jelas banget gender lo!" desis Danu sinis, kata-kata Danu memang sangat pedas, Altha juga sudah faham itu.
Plakk!!!
Mata Seza dan Altha melotot lebar saat tiba-tiba Aqila menampar pipi Danu kuat.
"Mulut lo lemes bener, kayak cewek. Lo betina atau jantan sih? jangan-jangan lo spesies melambai yang suka nongkrong cari mangsa di malam hari." Aqila juga tak mau kalah. Dia malah melawan Danu, di dalam kamus Aqila, dia tak pernah takut dengan siapapun kalau dirinya benar.
Danu mengepalkan kedua tangannya kuat. Kilatan api amarah tampak berkobar di matanya. Nafasnya memburu menahan emosi.
Aqila menaikkan sebelah alisnya, lalu dia tersenyum miring.
"Boy, lo itu laki, jadi please bersikap selayaknya laki-laki. Mulut lemes juga gak ada untungnya sama lo, kecuali kalau lo memang banci!" ucap Aqila pelan, tapi menusuk.
"Elo!!! dasar perempuan jadi-jadian!! bentuknya aja cewek! tapi sifatnya cowok!! jangan-jangan lo homo lagi sama Seza, hati-hati lo, Seza, bahaya nih cewek satu!" balas Danu yang sudah tersulut emosi.
Plakk!!!
Mata berserta mulut Seza dan Altha kembali terbuka lebar. Mereka masih tak percaya melihat kebar-baran Aqila.
Sebenarnya Seza sudah terbiasa melihat Aqila seperti ini, tapi Seza terkejut karena Aqila berani melakukannya dengan status mahasiswi baru, bahkan MOS mereka juga belum selesai.
"Banci!! mulut lo licin banget, minuman lo oli ya?" tanya Aqila remeh.
Aqila menarik tangan Seza. "Yuk pergi, eneg liat laki-laki rasa banci," ujar Aqila tanpa rasa takut. Lalu setelahnya Aqila langsung membawa Seza pergi.
Seza menoleh ke belakang, dia melihat raut wajah kecewa Altha.
Altha tersenyum kecewa, lalu dia melambaikan tangannya pada Seza. Seza yang merasa bersalah langsung tersenyum manis, dia membalas lambaian tangan Altha.